Mendy, Pep, dan Kedekatan Keluarga

Cerita

by Redaksi 16

Redaksi 16

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mendy, Pep, dan Kedekatan Keluarga

Benjamin Mendy memulai kariernya di Manchester City pada suatu sore di Los Angeles. Saat itu, Manchester City sedang menjalani tur pra-musim di Amerika Serikat. Mendy pikir Pep Guardiola, Manajer City, akan langsung membahas taktik di pertemuan pertama antara keduanya. Dugaan Mendy seketika terbukti salah.

"Ia [Pep Guardiola] berjalan ke arahku sambil tersenyum lebar. Kedua tangannya memegang kepalaku... dan ia mengecup keningku," tulis Benjamin Mendy di The Players` Tribune.

Kecupan Pep menjaga Mendy tetap di jalurnya. Mendy selalu dekat dengan para pelatih kepala dan manajer yang menanganinya. Ia mengakui bahwa hidupnya bisa seperti sekarang ini, yang semakin matang sebagai pesepakbola maupun sebagai pribadi, tak lepas dari para pelatih dan manajer yang mendidiknya. Pep bukan pengecualian.

***

Pep Guardiola sedang membutuhkan bek kiri selepas kepergian Aleksandar Kolarov pada awal musim 2017/18. Pep lantas memilih Mendy yang sebelumnya membela AS Monaco. Tak tanggung-tanggung, City memboyong Mendy dengan banderol 57,5 juta euro.

Mendy saat diperkenalkan sebagai pemain baru Man City

Pep tampaknya benar-benar menginginkan Mendy, dan hal itu membuat Mendy merasa diinginkan. Pep sampai melibatkan istrinya, Cristian Serra, untuk membantu proses kepindahan Mendy ke City.

“Ketika aku memikirkan untuk pindah ke Manchester City tahun lalu, kami saling mengirim pesan Whatsapp. Bahkan aku tidak hanya bertukar pesan dengan Pep, tapi juga dengan istrinya yang membantu dalam bahasa Perancis.”

Sial bagi Mendy, awal kariernya di City dihantam cedera parah. Awalnya cedera paha membekapnya selama satu bulan penuh, membuatnya melewatkan awal musim. Tak lama setelah sembuh, giliran ligamen lututnya yang cedera. Ia harus mengakhiri musim di awal musim.

Pep tidak menyingkirkan Mendy. Ia memang merekrut Aymeric Laporte pada bursa transfer musim dingin, tapi Laporte berposisi natural sebagai bek tengah, walaupun memang kaki terkuat Laporte adalah kaki kiri. Pep lebih memercayakan pos bek kiri pada Fabian Delph selama Mendy cedera.

Kehilangan Mendy cukup berarti bagi skema Pep. Awalnya Man City bermain dengan skema tiga bek, Mendy bermain sebagai wing-back kiri. Begitu tak ada Mendy, City kembali bermain dengan skema 4-3-3.

"Seperti yang terjadi sebelumnya pada Ilkay Guendogan, aku turut prihatin padanya [Mendy]," tutur Pep seperti dinukil dari Independent. "Untuk cara bermain yang kami inginkan, kami begitu kehilangan. Apalagi ia pemain yang unik, memberikan kesenangan untuk kami baik di dalam maupun di luar lapangan. Ini akan menjadi kehilangan besar."

Selama cedera Mendy pun mendapatkan perhatian lebih dari Pep. Perlakuan Pep terhadapnya yang tak pernah ia dapat sebelumnya membuat Mendy merasa Pep adalah pelatih yang luar biasa.

“Pelajaran yang diberikan tentang kehidupan oleh Pep lebih penting dibandingkan seluruh pelajaran yang kuterima dari sepakbola. Dengan Pep, aku merasa berbicara dengan keluarga, bukan dengan pelatih,” ujar Mendy.

"Kemesraan" Mendy bersama Pep.

Mendy tidak berlebihan. Leroy Sane yang merupakan rekan satu timnya juga ikut merasakan kepedulian dari Pep. Ketika Sane tidak diikutsertakan dalam skuat Jerman pada Piala Dunia 2018 lalu, Pep langsung menghubungi dirinya.

“Ya, Pep menghubungiku setelah kejadian tersebut [tidak diikutsertakan dalam skuat Jerman],” ujar Sane, dikutip dari The Guardian. “Kami berbicara tentang segalanya, tentang bagaimana pikiranku, dan untuk sekarang kami akan memandang ke depan."

Mendy wajar lebih merasakan sentuhan keluarga dari Pep bahkan dibanding keluarganya sendiri. Di masa lalu, ia mendapatkan penolakan untuk bermain sepakbola dari ayahnya. Ketika masih kecil, langkahnya sebagai pesepakbola sempat tidak direstui.

Puncaknya saat sebuah mobil menabrak Mendy kecil. Kecelakaan tersebut terjadi setelah Mendy mengejar bola yang berada di persimpangan jalan. “Di rumah, ayahku berkata: `Sekarang saatnya untuk berhenti bermain sepakbola dan fokus sekolah`."

Meski begitu ia tak pernah berhenti mengejar mimpinya sebagai pesepakbola sukses. Pemain yang berasal dari Palaiseau, pinggiran Paris, itu selalu bermimpi untuk bermain bagi Perancis.

***

Mendy mengawali karier profesionalnya di Le Havre. Awalnya ia merupakan seorang penyerang, namun berpindah menjadi bek kiri atas saran dari sang pelatih akademi. Kegemarannya untuk mengejar bola dan kembali menyerang menjadi alasan.

“Ketika aku berusia 7 atau 8 tahun, aku bukanlah Benjamin. Aku Ribery. Aku Henry. Aku Zidane," kata Mendy mengenang masa kecilnya. "Aku masuk ke Le Havre pada tahun 2007 sebagai seorang penyerang, menginginkan untuk mencetak gol, seperti semua anak pada umumnya. Ketika pelatih menyarankan bahwa posisi alamiku di sisi permainan, aku tidak senang. Aku mencoba untuk memberitahu mereka bahwa aku seorang penyerang. Tetapi mereka semua benar.”

Mendy tumbuh sebagai pemain yang benar-benar menghormati keputusan setiap pelatih. “Hidupku telah dibentuk oleh manajer,” ucap Mendy. Karena itu, siapa pun pelatihnya, ia siap menjalankan instruksi. Karena itu juga di Marseille ia bisa menyerap banyak pelajaran dari salah satu pelatih ikonik dunia: Marcelo Bielsa.

Pelukan hangat Bielsa untuk Mendy saat keduanya di Marseille

Gairah yang dimiliki Bielsa pada sepakbola telah diserap banyak oleh Mendy. Pelatih yang terkenal dengan julukan “El Loco” itu telah mengajarkan banyak hal. Kekuatan serta agresivitas yang dimiliki sekarang tak lepas dari arahan dari kekuatan filosofi sang pelatih. Bersama Bielsa, ia, juga pemain lain, akan terus diperintahkan berlari mengejar bola, mengejar lawan, menguasai bola, mendekati bola, tanpa henti, tanpa lelah.

"Aku memiliki hubungan yang kuat dengan Bielsa," ucap Mendy. “Ia sangat profesional, sangat serius. Ketika pertama kali bertemu dengan para pemain, ia tak tersenyum sedikit pun. Tapi ketika sedang berbicara strategi, kamu bisa melihat ‘kegilaan’-nya. Kamu bisa melihat gairah yang dimilikinya. Kamu bisa melihat bahwa ia hidup untuk sepakbola, untuk segala bagian dari itu.”

Leonardo Jardim yang menjadi pelatihnya di Monaco memberikan pelajaran lain untuk Mendy. Bersama Jardim di Monaco, ia dan pemain muda lain macam Bernardo Silva, Tiemoue Bakayoko, Thomas Lemar, Fabinho, juga Kylian Mbappe, mampu bermain baik dalam formasi baku 4-4-2. Jardim pula yang membuatnya bisa bermain lebih menyerang sebagai bek kiri, di mana ia mampu mencatatkan 11 asis di seluruh kompetisi bagi klub tersebut. "El Tactico merupakan julukan untuknya [Jardim], karena ia selalu melakukan evaluasi strategi setiap pertandingan.”

Monaco yang dibela Mendy meraih gelar juara Ligue 1 dengan memutus dominasi dari Paris Saint-Germain pada musim 2016/17. Selain itu, semi-final Liga Champions pun berhasil dicapai di musim pertama sekaligus terakhir Mendy di klub tersebut. Penampilan Mendy saat itulah yang membuat Pep kepincut untuk mendatangkannya ke City.

***

Meski absen cukup lama pada musim lalu, ia tercatat sebagai bagian dari skuat Man City yang meraih gelar juara Liga Primer 2017/18. Setelah itu, pada gelaran Piala Dunia 2018, ia bersama rekan-rekannya mampu membawa Perancis menjadi juara dunia. Koleksi trofinya bertambah ketika ia memangkas waktu liburannya untuk berlaga dan menjuarai Community Shield melawan Chelsea sebelum musim ini digelar.

Perayaan Mendy setelah City mengandaskan Chelsea di ajang Community Shield 2018/19

Semua prestasi tersebut diraih ketika ia telah bergabung dengan Pep di City. Oleh karenanya, meski telah merasakan pelbagai polesan dari banyak pelatih, pemain berusia 24 tahun tersebut merasa bahwa pelatih asal Spanyol tersebut merupakan pelatih yang paling berjasa untuk kariernya.

“Aku beruntung dapat bermain untuk banyak pelatih terbaik. Tapi tidak ada yang lebih baik dibandingkan Pep.”

Komentar