Antah-Berantah di Final Copa Libertadores

Backpass

by redaksi

Antah-Berantah di Final Copa Libertadores

Sejak pergantian milenium, final Copa Libertadores selalu mempertemukan kesebelasan dengan reputasi tinggi di CONMEBOL (Amerika Selatan). Tapi hal itu tidak tercermin pada final 2002 antara Club Olimpia dan Associação Desportiva São Caetano. Olimpia adalah wakil dari Paraguay, sementara São Caetano dari Brasil.

Kedua kesebelasan tak berstatus sebagai juara liga domestik mereka masing-masing. São Caetano bahkan baru menjalani debut mereka di Copa Libertadores. Dua musim sebelum itu, mereka masih berada di divisi kedua Brasil.

Saat itu Marcos Senna masih bermain di sana. Ia bahkan belum menjadi warga negara Spanyol, yang membuat seluruh pemain São Caetano yang bermain di final (beserta pelatihnya) adalah warga negara Brasil.

Sementara itu Olimpa bukan kesebelasan yang memiliki reputasi tinggi seperti Independiente, Boca Juniors, Peñarol, River Plate, atau beberapa wakil Brasil lainnya, namun Olimpia sebelumnya pernah dua kali menjadi juara Copa Libertadores. Jika hanya melihat reputasinya di Paraguay, Olimpia adalah kesebelasan tersukses dengan 38 gelar juara Primera División sebelum final Copa Libertadores tersebut.

Final Copa Libertadores digelar dalam dua leg. Di leg pertama São Caetano tampil mengejutkan dengan menang 1-0 di ibu kota Paraguay, Asunción. Gol São Caetano dicetak oleh Ailton Delfino pada menit ke-61.

São Caetano sempat memberi kejutan lagi di leg kedua yang digelar pada 31 Juli 2002 di Estádio Municipal Paulo Machado de Carvalho (Pacaembu), São Paulo. Ailton kembali mencetak gol untuk membuka keunggulan São Caetano di menit ke-31. Namun siapa sangka Olimpia mampu melakukan comeback dengan dua golnya di babak kedua?

Pada menit ke-49, Fernando Gastón Córdoba mencetak gol ke sudut atas gawang. Sepuluh menit kemudian giliran Richart Báez yang mampu mencetak gol dengan sundulannya. Kedudukan 2-1 bertahan hingga pertandingan berakhir, sehingga laga harus dilanjutkan ke babak adu penalti.

Baik Olimpia maupun São Caetano sama-sama sudah berpengalaman dengan adu penalti di Copa Libertadores tahun itu. São Caetano lolos dari babak 16 besar (melawan Universidad Católica) dan perempat final (melawan Peñarol) dengan menang adu penalti. Olimpia lolos dari semifinal (melawan Grêmio) juga dengan menang adu penalti.

Akan tetapi di final tersebut, dua tendangan São Caetano tidak masuk. Akhirnya Olimpia berhasil menjadi juara setelah menang 4-2 di babak adu penalti.

[dex]

Komentar