Tak Ada Mengheningkan Cipta untuk Thatcher

Backpass

by Redaksi 21

Redaksi 21

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tak Ada Mengheningkan Cipta untuk Thatcher

Tepat hari ini pada 2013 Margaret Thatcher meninggal dunia. Dia perempuan pertama yang mengemban jabatan Perdana Menteri Inggris. Julukannya: The Iron Lady. Dan bukan tanpa alasan. “Ia lebih keras dari kata keras itu sendiri,” Kata Hugo Young, penulis biografi Thatcher.

Thatcher keras dan tak kenal kompromi. Kebijakan-kebijakannya radikal, sehingga banyak pihak membencinya. Namun menurut Young, nilai terbaik Thatcher adalah ketikapeduliannya bahwa orang lain membencinya. Tidak hanya politisi yang membenci Thatcher; sebagian suporter sepakbola di Inggris juga. Bahkan federasi sepakbola Inggris tidak memberi penghormatan apa pun atas meninggalnya Thatcher.

Tak ada satu menit mengheningkan cipta dan tak ada ban hitam di lengan para pemain pada pertandingan-pertandingan yang digelar tepat dengan hari Thatcher berpulang. Bahkan situs resmi FA tidak memuat satu huruf pun mengenai kematian Thatcher.

Bukan tanpa sebab ia dibenci banyak pihak. Keputusan-keputusan yang ia ambil semasa menjabat banyak menimbulkan kontroversi. Salah satunya: mengharuskan setiap pendukung klub memiliki semacam kebijakan kartu identitas suporter jika ingin masuk ke dalam stadion.

Kebijakan itu diambil setelah terjadinya Tragedi Heysel yang menewaskan 39 orang. Stadion itu tengah menggelar pertandingan final Piala Champions antara Liverpool dan Juventus. Thatcher menuding para pendukung Liverpool sebagai biang terjadinya petaka.

Akibat tragedi Heysel, UEFA menjatuhkan hukuman kepada sepakbola Inggris berupa larangan ikut serta dalam segala ajang sepakbola Eropa selama lima tahun. Bukannya menentang UEFA, Thatcher malah langsung menyetujui dan mendukung keputusan tersebut.

"Kami pastikan permainan sepakbola di Inggris dibersihkan, khususnya dari hooliganisme. Setelah semua bersih, baru nanti kami akan membuat lagi sepakbola Inggris bertanding ke luar negeri," ujar Thatcher menanggapi keputusan UEFA.

Para pengamat menyayangkan keputusan dari Thatcher karena menurut mereka, era tersebut semestinya menjadi masa emas bagi sepakbola Inggris. Larangan itu akhirnya dicabut pada tahun 1990.

Thatcher sendiri memang dikenal sangat membenci sepakbola, terutama terhadap hooliganisme di dalamnya. Menurutnya, para suporter sepakbola adalah biang rusuh dan ia sangat menganggap rendah para fans sepakbola. Karena kebencian itu, semua kebijakan Thatcher tidak bisa diterima sebagai fans sepakbola Inggris. Bahkan ia sempat mempertimbangkan untuk memboikot Piala Dunia 1982.

Setelah mendapat tuduhan sebagai biang kerusuhan pada Tragedi Heysel, para suporter Liverpool kembali mendapat tuduhan sebagai penyebab terjadi kejadian Hillsborough. Tragedi ini mengguncang sepakbola Inggris memakan korban jiwa 96 orang. Lagi-lagi Thatcher mengatakan bahwa penyebab terjadinya tragedi itu adalah para suporter Liverpool yang tidak memiliki tiket dan dalam kondisi mabuk memaksa masuk ke dalam stadion yang sudah penuh.

Setelah 20 tahun lebih, pada akhirnya terkuak juga kebenaran bahwa memang terjadi penutupan fakta dengan sengaja. Ternyata memang ada faktor kelalaian oleh pihak kepolisian South Yorkshire yang bertugas kala itu. Namun, di laporan akhir pasca kejadian, nama unit kepolisian South Yorkshire tetap bersih. Thatcher tetap bersikukuh bahwa penyebab utama kejadian adalah ulah pendukung Liverpool sendiri dan seolah Thatcher tak peduli kepada perasaan keluarga 96 korban pada tragedi itu.

Selain para suporter Inggris yang membencinya, sebagian pelatih juga sempat membenci sosok Margaret Thatcher, salah satunya adalah Sir Alex Ferguson. Manajer yang pernah menangani Manchester United itu terang-terangan membenci Thatcher.

Menurut Ferguson, Thatcher adalah pemimpin paling buruk yang pernah dimiliki Inggris. Sangat beralasan memang karena Ferguson berasal dari kalangan buruh yang selalu ditindas selama kepemimpinan Thatcher. Termasuk ibunya yang pernah bertugas sebagai petugas kesehatan diperlakukan tidak layak.

Dari berbagai kebijakan yang diambil oleh Thatcher yang sangat membenci sepakbola itu memang menimbulkan banyak kebencian kepada dirinya. Tapi, ada juga beberapa kebijakan yang sebenarnya berbuah manis untuk sepakbola Inggris sekarang yang nyaman untuk ditonton dan kemajuan sepakbola Inggris.

Pasar bebas yang dihadirkan Thatcher membuka peluang untuk melonggarkan birokrasi dan mendorong inovasi. Melihat ada ketidakadilan dalam pembagian keuntungan antara FA dan para peserta liga Inggris, direktur lima klub besar Inggris—David Dein dari Arsenal, Martin Edward dari Manchester Untied, Noel White dari Liverpool, Irvin Scholar dari Tottenham dan Philip Carter dari Everton—melakukan agresi dengan mengajukan proposal kepada perusahaan swasta untuk mengembangkan liga demi mendapat keuntungan yang lebih besar.

Sky pada saat itu menjadi perusahaan swasta yang menyetujui untuk menjadi perusahaan pendukung. FA tidak bisa berbuat banyak karena sistem kelonggaran birokrasi yang dihadirkan Thatcher pada saat itu.

Pada 1992 hadirlah kemasan sepakbola Inggris yang baru bertajuk Premier League. Dengan agresifnya Sky pada saat itu mempromosikan liga Inggris ke seluruh dunia membuat hingga sekarang Liga Inggris mendapat keuntungan yang sangat luar biasa dan bisa dikatakan sebagai Liga termahal sedunia.

Komentar