Akankah Mourinho Kembali Memakan Korban?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Akankah Mourinho Kembali Memakan Korban?

Oleh: Dzikry Lazuardi

Karier manajerial Jose Mourinho pada dua musim terakhir menjadi bukti bahwa roda kehidupan memang berputar. Ia mempersembahkan dua trofi untuk Chelsea pada musim 2015/2016. John Terry dan kolega duduk nyaman di puncak klasemen Liga Primer Inggris dari pekan pertama dan juga sukses meraih trofi Capital One Cup.

Dengan skuat yang matang, The Blues kembali menjadi kandidat kuat untuk keluar sebagai kampiun di musim selanjutnya. Namun, sang juara bertahan justru terseok-seok di papan bawah dan akhirnya The Special One harus angkat kaki dari Stamford Bridge. Cerita tersebut hanyalah secarik kertas dari buku tebal karier manajerial seorang Mou. Sejumlah prestasi ia raih, namun ia juga tidak lepas dari kontroversi.

Komentar-komentar kontroversial di media, cekcok dengan manajer lawan, arogansi yang tidak berhenti, hingga mencolok mata staf tim lawan adalah kontroversi yang pernah ia buat. Namun ada satu ulah buruk Mou yang sangat merugikan orang lain yaitu ‘membunuh karier pemainnya’. Beberapa pemain pernah menjadi korban "pembunuhan" pria 53 tahun tersebut.

Tidak sampai setahun sejak dipecat oleh Chelsea, Mou kembali dipercaya menjadi arsitek sebuah tim. Ia dipilih sebagai pengganti Louis Van Gaal di Manchester United. Sejak ditinggal pensiun oleh Sir Alex, MU memang belum bisa berbuat banyak, khususnya dalam kompetisi liga. Dengan catatan trofi yang sudah pernah ia dapat, Mou diyakini akan menuai sukses bersama The Red Devils. Tapi mungkin bukan hanya prestasi yang ia ulang, tapi kontroversi dapat kembali terjadi. Bukan tidak mungkin ia akan kembali memakan korban.

Suporter Chelsea tentu masih ingat bagaimana Mou memperlakukan Juan Mata. Mou tidak ragu untuk mencadangkan pemain terbaik Chelsea dua tahun berturut-turut ini karena ia merasa, untuk mengisi posisi No. 10, seorang pemain harus memiliki work rate dan kemampuan bertahan yang mumpuni. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh Mata.

Tidak adanya komunikasi antara mereka dan kesempatan bermain yang sangat sedikit, hanya lima pertandingan liga, membuat seorang Juan Mata memutuskan untuk hengkang. Bukan jaminan seorang pemain tetap akan mendapatkan tempatnya kembali di tim utama jika Mou datang.

Kasus serupa dapat dijumpai saat Mou melatih Madrid. Kaka dan Lassana Diarra yang awalnya bermain reguler, harus rela tempatnya digantikan oleh Mesut Ozil dan Sami Khedira. Jadi, berhati-hatilah De Gea, Blind, Smalling, Martial, dan berhati-hatilah kembali Mata.

Mou juga pernah memperlakukan pemain barunya secara tidak baik. Juan Cuadrado yang sedang naik daun bersama timnas Kolombia dan Fiorentina, didatangkan ke London pada Januari 2015 dengan mahar 26.8 juta paun. Namun ia tidak mendapat kesempatan dengan hanya bermain 15 kali sampai akhir musim 2014/2015. Bahkan ia masuk dalam pemain yang akan dijual pada bursa transfer musim panas 2015. Waspadalah Mkhitaryan dan Baily.

Manajer berkebangsaan Portugal tersebut juga bukanlah manajer yang sering memberi kesempatan pada pemain muda. Beberapa kali ia menyia-nyiakan bakat pemain mudanya. Kala di Madrid, ia tidak banyak memberi kesempatan kepada Sergio Canales dan Nuri Sahin. Canales hanya bermain 15 kali dan Sahin hanya 10 kali. Keduanya juga hanya bertahan semusim di Santiago Bernabeu.

Hal yang sama juga terjadi saat ia menukangi The Blues. Mohamed Salah yang didatangkan dari FC Basel tidak banyak diberi kesempatan bermain. Salah yang saat itu masih berumur 21 tahun hanya bermain 10 kali sebelum dipinjamkan ke Fiorentina lalu ke AS Roma. Kasus seperti ini juga bukan tidak mungkin akan terulang kembali kepada Lingard maupun Rashford di MU.

Bahkkan, Mou juga pernah berbuat ulah tanpa alasan yang jelas. Kevin De Bruyne sempat dikabarkan memiliki masalah dengan Mou dan akhirnya pergi dari Stamford Bridge. De Bruyne menceritakan bahwa ia dan lima gelandang serang lainnya dipanggil Mou. Mou membandingkan statistik gol, asis, persentase umpan, umpan kunci, dan dribel sukses.

Pemain asal Belgia ini merasa itu tidak adil karena ia bermain lebih sedikit dari pemain lainnya. Konflik semakin memuncak manakal De Bruyne yang tidak kunjung diberi kesempatan bermain, akhirnya memutuskan pergi di bursa transfer Januari 2014 setelah hanya mencatatkan 3 penampilan di semua kompetisi selama 6 bulan.

Kiper legendaris Real Madrid dan timnas Spanyol, Iker Casillas juga pernah dipinggirkan tanpa alasan yang jelas. Saat itu, rivalitas Real Madrid dan Barcelona sedang panas-panasnya. Bahkan konflik yang muncul di antara pemain kedua tim tersebut merembet sampai ke timnas Spanyol. Casillas, yang saat itu menjabat sebagai kapten Madrid dan Spanyol, merasa masalah tersebut harus diselesaikan demi sepakbola Spanyol. Ia pun berbicara dengan Puyol dan Xavi setelah laga El Clasico perihal masalah tersebut.

Namun niat baik Casillas tidak berujung manis. Mourinho menganggap hal tersebut tidak perlu karena menurutnya, cara mengalahkan Barcelona adalah dengan membuat masalah dengan mereka. Hubungan mereka pun memburuk dan berakibat pada posisi Casillas yang tergeser. Ini membuktikan bahwa Wayne Rooney pun bisa saja menjadi korban.

Bahkan, di klub barunya ini, Mou kembali beraksi. Bastian Schweinesteger adalah korban pertamanya. Mou mengatakan bahwa ia hanya butuh dua holding midfielder dan Schweni tidak termasuk di dalamnya. Bahkan, ia sempat dipindahkan ke tim reserve Manchester United. Padahal, Schweni adalah pemain dengan prestasi mentereng, baik di klub lamanya Bayern Munchen atau di timnas Jerman. Kecaman pun muncul dari berbagai kalangan.

Namun jika melihat dari dua sisi, mungkin akan ada sebagian orang yang mendukung keputusan The Special One. Di sisi Mourinho, ia tidak memberi banyak kesempatan karena pemain tersebut tidak cocok dengan taktiknya atau tidak memenuhi standarnya. Tidak peduli pemain tersebut apakah seorang wonderkid, pemain reguler, atau bahkan legenda sekalipun.

Ia memang sosok manajer yang keras dan berani mengambil risiko tinggi. Di sisi pemain, mereka harus tetap menghormati keputusan manajer. Namun jika keadaan tidak kunjung membaik, ada baiknya memutuskan hengkang untuk karir yang lebih baik. De Bruyne dan Salah adalah contoh pemain yang mati suri setelah dibunuh Mou.

Dengan jabatan barunya di Old Trafford, Mou tetaplah Mou. Apapun ia lakukan demi kesuksesan klubnya, bahkan dengan menyingkirkan pemainnya sekalipun. Jadi tidak ada salahnya para punggawa Setan Merah untuk berhati-hati karena Mourinho mungkin akan tetap ‘membunuh’ jika ada pemain yang tak sesuai dengan standar dan taktiknya.

Penulis tinggal di Cimahi dan berstatus sebagai mahasiswa. Menikmati setiap detik dalam sebuah pertandingan sepakbola. Berakun Twitter @dzikrylzs

Komentar