Kanada Terbaik di Benua Biru

Backpass

by Redaksi 21

Redaksi 21

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kanada Terbaik di Benua Biru

"Julian de Guzman adalah seorang pelopor untuk kemajuan masa depan sepakbola Kanada." Itulah ungkapan Victor Montagliani, ketua asosiasi sepakbola Kanada, tentang sosok Julian De Guzman.

De Guzman, yang kini sudah pensiun, tercatat sebagai pemain tim nasional Kanada dengan caps terbanyak. Ia 89 kali tampil untuk timnas Kanada, dan mencetak 4 gol.

Dari 89 pertandingan tersebut, 22 di antaranya ia jalani di ajang Kualifikasi Piala Dunia. De Guzman tampil dalam empat kualifikasi berbeda. Catatan tersebut menegaskan pentingnya sang gelandang bertahan untuk tim nasional Kanada.

Namun walau menjadi pemain paling berpengaruh untuk Kanada, ternyata awal karier seorang Julian De Guzman berawal di Eropa, bukan dari negara atau benuanya sendiri. Atas pencapaiannya itu, ia selalu menjadi inspirasi bagi para pemain muda Kanada yang mempunyai cita-cita bermain di kompetisi Eropa.

Membuktikan Diri di Eropa Dari Awal karier

De Guzman meninggalkan kampung halamannya di Scarborough, Ontario, ketika masih remaja untuk pergi ke Prancis. Ia pindah jauh dari rumah di usia yang begitu muda untuk bergabung dengan tim muda Olympique de Marseille. Misinya: membuktikan diri bahwa seorang pemain dari Kanada bisa bersaing dengan pemain dari belahan dunia mana pun. Ambisi itu bukannya tanpa dasar; banyak orang yang mengkritik bahwa dirinya lebih baik berkarier di Kanada saja karena ia akan kesulitan untuk bermain di Eropa.

Bersama tim muda Marseille ia menghabiskan tiga tahun, dari 1997 hingga 2000. Di tahun terakhirnya bersama Marseille, ia kembali diremehkan; banyak orang mengatakan bahwa ia sebaiknya kembali ke Kanada dan cukup bermain untuk kesebelasan lokal saja.

Namun, kembali ia membuktikan bahwa dirinya pantas bermain di luar Kanada. Selepas Marseille, De Guzman bergabung dengan kesebelasan Bundesliga 2, FC Saarbrucken. Selama dua tahun di Saarbrucken, De Guzman memainkan 51 pertandingan dan mencetak 5 gol.

Perjalanan karier De Guzman di Jerman berlanjut ketika pada Juli 2002 ia pindah ke Hannover 96. Bersama tim Bundesliga 1 itu, De Guzman bermain selama tiga tahun dan memainkan 78 pertandingan dengan mencetak dua gol. Dengan membela Hannover, De Guzman pun tercatat sebagai pemain Kanada ketiga yang mampu bermain di divisi teratas liga Jerman.

Kontrak De Guzman bersama Hannover berakhir pada 2005 dan memungkinkan bagi dirinya untuk pindah ke klub mana pun. Sempat diisukan akan pindah ke Tottenham Hotspur dan bermain bersama kapten timnas Kanada, Paul Stalteri, De Guzman memilih untuk bergabung dengan Deportivo La Coruna. Kepindahannya ke klub La Liga Spanyol itu menjadikan namanya sebagai pemain Kanada pertama yang bermain di La Liga.

Bersama Deportivo La Coruna ia menghabiskan empat tahun dengan memainkan peran penting di lini tengah. Penampilan terbaiknya adalah ketika berhasil membawa Deportivo menghindari degradasi dan mendapatkan tempat di Piala UEFA pada musim 2007/08. Ia dinobatkan sebagai pemain terbaik tim pada musim tersebut.

Fakta bahwa dirinya seorang pemain asal Kanada dan mampu memainkan peran penting di klub Spanyol membuat De Guzman menjadi bahan perbincangan di media-media Spanyol.

Pada 2009, kontrak De Guzman bersama Deportivo selesai. De Guzman memainkan 97 pertandingan dan mencetak satu gol. Satu-satunya gol yang ia cetak adalah gol ke gawang Real Madrid pada tahun 2005.

Setelah 12 tahun bermain di benua Biru, De Guzman memutuskan kembali ke benua Amerika dan bergabung dengan kesebelasan MLS, Toronto FC.

Kembali Ke Benua Amerika

Setelah berhasil membuktikan diri sebagai pemain Kanada yang pantas bermain di Eropa, De Guzman kembali ke Benua Amerika. Namun, kariernya di benua Amerika ternyata malah tak secemerlang di Eropa.

De Guzman bergabung dengan salah satu kesebelasan MLS, Toronto FC. Di Toronto, De Guzman mendapatkan bayaran cukup tinggi untuk seorang pemain Kanada. Ia dibayar 1,9 juta dollar per tahun. Sayangnya, walau dibayar mahal, De Guzman tidak terlalu memberikan dampak positif bagi Toronto FC. Ia lebih sering absen karena harus melakukan operasi lutut untuk memperbaiki meniskus yang robek.

Kesibukan di meja operasi menjadi penyebab tidak tampil baiknya De Guzman untuk Toronto FC. Setelah bertahan tiga tahun di Toronto FC, pada tahun 2012, De Guzman pindah menuju FC Dallas. Bersama FC Dallas, De Guzman hanya memainkan 12 pertandingan dan mencetak satu gol.

Setelah gagal bersama Toronto FC dan FC Dallas, pada hari terakhir dari jendela transfer musim dingin 2012/13, De Guzman bergabung dengan SSV Jahn Regensburg. Pada debutnya bersama klub Jerman tersebut, De Guzman menelan kekalahan 1-5 dari Hertha BSC. Pada akhir musim, Jahn Regensburg harus terdegradasi dari divisi dua Bundesliga dan membuat status De Guzman menjadi bebas transfer karena dalam kesepakatan transfer awal, apabila mereka terdegradasi, De Guzman secara otomatis memiliki status bebas transfer. Dia memainkan 15 pertandingan dan tidak mencetak satu gol pun.

Setelah menyeselaikan kontrak dengan Jahn Regensburg, De Guzman bermain untuk Kanada di Piala CONCACAF 2013. Setelah bermain untuk Kanada, perjalanan karier De Guzman berlanjut di Yunani bersama Skoda Xanthi. Ia menandatangani kontrak satu tahun.

Pada debutnya ia kembali menelan kekalahan ketika Skoda bertemu Standard Liege di Liga Europa. Walaupun mampu mencetak gol perdana pada leg kedua tujuh hari berselang, ia gagal membawa Skoda lolos ke babak selanjutnya. Hanya bertahan satu tahun, ia bermain sebanyak 26 pertandingan.

Habis kontrak dengan Skoda, De Guzman memilih untuk kembali bermain di Jerman, namun sayangnya tidak ada klub yang tertarik untuk mendatangkannya. Hampir satu tahun ia menganggur, akhirnya ia kembali ke negaranya untuk bermain di Ottawa Fury FC. Bersama Ottawa Fury ia memainkan 26 pertandingan dan dinobatkan sebagai kapten tim. Pada 2017 akhirnya De Guzman mengambil keputusan untuk pensiun di Ottawa Fury.

"Saya sangat terhormat dan berterima kasih atas karier hebat dan saya bangga menjadi orang Kanada", kata De Guzman kepada pers. "Saya telah melalui banyak gal, harus mengorbankan segalannya untuk melakukan apa yang saya sukai, tetapi saya tidak menyesali apapun. Saya telah mendedikasikan seluruh karier saya ke Kanada. Inilah cinta dalam hidupku."

Ya, memang apa yang dilakukan De Guzman adalah hal yang membanggakan bagi Kanada yang sepakbolanya tidak terlalu mentereng dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Tapi, ia membuktikan bahwa orang dari Kanada mampu bersaing dan meraih kesuksesan. Dengan kerja keras dan keberanian keluar dari zona nyaman, berbuah prestasi dan mampu bermain di benua biru.

Maka dari itu, kisah perjalanan De Guzman menjadi inspirasi para pemain muda Kanada untuk bisa mengikuti jejak legendanya bermain di La Liga atau liga-liga Eropa lainnya.


Simak opini, komentar, dan sketsa adegan Rochy Putiray tentang jual-beli lisensi klub yang kerap terjadi di Liga Indonesia:



Komentar