Dua Sisi Silvio Berlusconi

Cerita

by Redaksi 27

Redaksi 27

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dua Sisi Silvio Berlusconi

Silvio Berlusconi dan AC Milan adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan selama ini. Sudah 30 tahun Berlusconi menjadi Presiden Milan sejak mengambil alih kepemilikan Milan pada tahun 1986.

Milan yang pada saat itu sedang terpuruk secara prestasi dan finansial akibat skandal totonero dibangkitkan lagi oleh Berlusconi. Kucuran dana segar selalu diberikannya selama 30 tahun bersama Milan untuk membeli pemain-pemain bintang atau pun calon bintang. Nama-nama seperti Marco Van Basten, Ruud Gullit, Frank Rijkaard, George Weah, Andriy Shevchenko dan Kaka’ adalah sebagian dari pemain-pemain bintang yang didatangkan oleh Berlusconi.

Selama 30 tahun di Milan, Berlusconi telah memberikan 28 gelar bagi Milan dengan rincian 8 gelar Scudetto, 5 gelar Liga Champions, 2 Piala Interkontinental, 1 Piala Dunia Antar Klub, 5 Piala Super Eropa, 1 Piala Italia dan 6 Piala Super Italia. Raihan gelar tersebut menjadikan Berlusconi sebagai Presiden Milan tersukses sepanjang masa.

Meski begitu, Berlusconi tetaplah seorang manusia biasa yang mempunyai kebiasaan buruk yang terkadang membuat para Milanisti, sebutan pendukung Milan, marah dengan tingkah lakunya.

Merecoki urusan dapur pelatih

Komentar terbarunya setelah Derby della Madonnina melawan Inter cukup membuat resah para Milanisti. Ia mengomentari taktik yang digunakan oleh Vicenzo Montella bersama Milan musim ini. Formasi 4-3-3 yang tidak menggunakan role trequartista dianggapnya tidak sesuai dengan prinsip Milan selama ini. Milan di masa Berlusconi memang terkenal mempunyai pelakon trequartista yang handal seperti Zvonomir Boban, Rui Costa dan Kaka’.

Kebiasaan Berlusconi mengkritik atau pun mencampuri urusan dapur pelatih bukanlah pertama kali terjadi. Bahkan seorang Carlo Ancelotti pun tidak lepas dari kritiknya. Ketika itu ia tidak menyukai taktik Ancelotti yang terlalu sering bermain dengan satu penyerang. Ia lebih menyukai jika Milan bermain dengan 2 penyerang.

Walaupun Ancelotti sering menggunakan taktik yang tidak disukai oleh Berlusconi, ia berhasil menjawabnya dengan persembahan gelar yang lumayan berarti bagi Berlusconi. Ini terbukti dengan masa melatihnya di Milan sampai 8 tahun, masa pelatih terlama Milan di bawah Berlusconi.

Setelah Ancelotti, pelatih-pelatih Milan selanjutnya juga sering direcoki oleh Berlusconi. Lihat saja musim lalu (musim 2015/2016) bagaimana ia tetap bersikukuh mempertahankan Philippe Mexes, padahal pelatih Milan saat itu, Sinisa Mihajlovic sudah mengatakan bahwa Mexes tidak masuk ke dalam rencananya.

Musim lalu dikabarkan Mihajlovic dan Berlusconi memang sering tidak sependapat walaupun mereka berdua selalu mengakui bahwa hubungan mereka baik-baik saja di depan media. Dan sayangnya Mihajlovic tidak dapat meyakinkan Berlusconi agar tetap mempertahankannya di Milan. Jadilah ia sebagai korban selanjutnya yang dipecat karena tidak dapat memuaskan Berlusconi.

Selalu ingin mempunyai kekuasaan penuh terhadap transfer pemain

Komentar keduanya juga setelah laga Derby della Madonnina adalah terkait statusnya yang akan dijadikan sebagai Presiden kehormatan Milan. Ia mengatakan bahwa jika ia menjadi Presiden kehormatan tetap ingin dapat mengatakan “ya atau tidak” terhadap transfer pemain. Jika tidak, ia tidak mau menjabat sebagai Presiden kehormatan.

Hal ini tentu mengkhawatirkan para Milanisti. Proses akuisisi Milan yang sudah mendekati akhir bisa saja gagal karena komentar Berlusconi ini.

Selama ini memang Berlusconi memang seakan tidak memberikan kebebasan untuk pelatih dalam memilih pemain yang dibutuhkannya. Tidak perlu jauh-jauh menengok ke belakang, musim lalu ketika Mihajlovic meminta Milan mendatangkan Roberto Soriano dari Sampdoria, Milan malah mendatangkan Andrea Bertolacci dari Roma.

Lalu musim ini, Gianluca Lapadula sudah didatangkan sebelum Montella ditunjuk sebagai pelatih Milan. Dan nasib Montella bahkan lebih tragis dari Mihajlovic. Jika keinginan Mihajlovic yang meminta Alessio Romagnoli dipenuhi oleh Milan, keinginan Montella untuk mendatangkan Juan Cuadrado, Milan Badelj dan Borja Valero tidak dipenuhi sama sekali.

Milan malah mendatangkan Jose Sosa dan Mario Pasalic yang sebenarnya bukan permintaan Montella. Milan memang mendatangkan Mati Fernandez yang dikabarkan diminati oleh Montella untuk sedikit mengobati kekecewaan Montella.

Hal ini jelas menunjukkan bagaimana seorang Berlusconi memang selalu ingin mempunyai kekuasaan dalam transfer pemain. Ia tidak peduli pelatih suka atau tidak, yang terpenting ia menyukainya.

Hasrat menciptakan Arrigo Sacchi baru

Keberhasilan Berlusconi menciptakan salah satu pelatih hebat di sepak bola, Arrigo Sacchi, membuatnya terus terjebak dengan romansanya pada masa itu.

Setelah Ancelotti meninggalkan Milan, Berlusconi seperti ingin kembali memunculkan pelatih seperti Sacchi. Lihat saja nama-nama seperti Leonardo De Araujo, Massimiliano Allegri, Clarence Seedorf, Filippo Inzaghi, Sinisa Mihajlovic, Christian Brocchi dan Vicenzo Montella bukanlah pelatih-pelatih tenar sebelum mereka melatih Milan.

Mereka dipilih oleh Berlusconi sebagai bagian dari percobaannya menciptakan Sacchi baru. Menciptakan seorang pelatih dari bukan siapa-siapa menjadi pelatih hebat.

Tetapi sayangnya percobaan yang dilakukan oleh Berlusconi tersebut terbilang gagal. Hanya Allegri saja yang mampu mempersembahkan gelar untuk Milan.

Sedangkan Montella aksinya masih ditunggu musim ini, apakah ia menjadi bagian kesuksesan dari percobaan Berlusconi atau malah gagal seperti para pendahulunya.

***

Berlusconi seperti memiliki dua sisi dalam kehidupannya. Ia menjadi seorang pahlawan bagi Milan dengan prestasi yang telah dipersembahkannya. Tetapi ia juga terkadang menjadi orang yang paling dibenci oleh para Milanisti akibat dari kebiasaan buruknya.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, pengorbanan dan kecintaan Berlusconi kepada Milan tetap harus diapresisasi dan diberi penghormatan. Jika nanti Milan resmi dijual ke konsorsium Tiongkok, kita tetap harus berterima kasih kepada Berlusconi atas jasa-jasanya selama 30 tahun terakhir.

foto: espnfc.com

(gun)

Komentar