Nestapa Duo Milan di Balik Kemeriahan Final Liga Champions

Cerita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Nestapa Duo Milan di Balik Kemeriahan Final Liga Champions

Final Liga Champions antara Real Madrid dan Atletico Madrid dihelat di Kota Milan pada Minggu (29/05) dini hari waktu Indonesia. Sementara itu di balik hingar bingar serta kesuksesan keduanya dalam mencapai fase akhir tersebut, Milan yang sebelumnya juga merupakan kota dengan sejarah yang kuat akan sepakbola Eropa, berperan sebagai tuan rumah saja.

Ironisnya AC Milan dan Inter Milan yang merupakan kedua tim yang berasal dari kota terpadat kedua di Italia itu tidak merasakan euforia nyata pada final kali ini, bahkan untuk sekadar menyentuh pun mereka tak mampu. Pasalnya keduanya tidak terdaftar sebagai peserta Liga Champions di musim ini.

Hal tersebut merupakan akibat dari performa buruk yang ditampilkan oleh duo Milan itu di musim 2014/2015, pasalnya keduanya tak sanggup menembus posisi tiga besar di klasemen Serie A. Jangankan untuk meraih tiket untuk tampil di ajang paling bergengsi bagi tim-tim di Benua Biru tersebut, tampil di Europa League pun tak mampu terealisasi. Milan dan Inter hanya finis di papan tengah.

Absennya Milan dan Inter telah berangsur cukup lama, Rossonerri telah absen selama dua musim sedangkan Inter lebih buruk dengan empat musim tanpa pernah berlaga di Liga Champions. Padahal kesebelasan yang kini dibesut oleh Roberto Mancini itu merupakan tim terakhir yang bisa memboyong “Si Kuping Besar” ke Italia.

Sementara itu di ajang Serie A, mereka tak lagi menjadi tim superior seperti di masa-masa sebelumnya. Inter mengalami penurunan prestasi semenjak kesuksesan mereka meraih scudetto lima kali beruntun.

Torehan terbaik inter hanyalah ketika berhasil menduduki posisi ketiga pada musim 2010/2011. Pasca musim tersebut mereka selalu gagal menembus tiga besar, bahkan sempat finis di urutan kesembilan pada klasemen akhir 2012/2013.

Kubu AC Milan lebih buruk lagi, meski merupakan tim Italia yang paling banyak meraih titel Liga Champions yakni sebanyak tujuh kali, dalam 12 musim terakhir mereka hanya sekali meraih gelar juara liga.

Nestapa kedua tim asal kota yang menyelenggarakan laga final kali ini sangat berbeda dengan prestasi yang ditorehkan para finalis. Real Madrid dan Atletico Madrid yang berbasis di ibukota Spanyol tersebut merupakan tim yang solid di Eropa.

Ha itu ditunjukkan pada Liga Champions periode 2013/2014 silam. Keduanya bertemu di babak final, dan menjadi derbi pertama dalam sejarah babak final di Liga Champions. Pada pertemuan pertama tersebut Madrid berhasil meraih kemenangan dan mengunci gelar ke-10 mereka. Kini mereka kembali mengulangi torehan cemerlang yang tentu mengharumkan nama Kota Madrid.

Real Madrid sendiri tak dapat dimungkiri merupakan kesebelasan tersukses di ajang Liga Champions. Penampilan mereka juga konsisten karena selalu mencapai atau melampaui babak semi final dalam enam musim terakhir. Meski gelar La Liga terakhir mereka diraih pada musim 2011/2012, namun bukan berarti Madrid pantas dipandang sebelah mata. Los Blancos tetaplah merupakan salah satu kesebelasan terkuat di dunia.

Sempat diragukan akibat penunjukan Zinedine Zidane sebagai pelatih yang menggantikan Rafael Benítez di pertengahan musim, mantan kapten Timnas Prancis itu sukses menjawab keraguan terhadap dirinya. Ia berhasil melibas AS Roma, Wolfsburg serta Manchester City di fase gugur, dan menjadi pemuncak klasemen saat tergabung dengan Paris Saint-Germain, Shakthar Donetsk dan Malmo FF.

Sementara itu, Atletico perlahan tapi pasti mampu menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu tim yang diperhitungkan. Semenjak dibesut oleh Diego Simeone pada pertengahan musim 2011/2012, Los Colchoneros mengalami grafik yang meningkat, khususnya pada liga domestik. Terhitung mereka selalu menembus tiga besar dalam empat musim ke belakang, dan puncaknya adalah ketika meraih gelar La Liga di musim 2013/2014.

Penampilan mereka di musim ini juga begitu impresif. Tergabung di Grup C, bersama Benfica, Galatasaray dan wakil asal Kazakhstan, FC Astana. Setelah sukses melewati hadangan PSV Eindhoven di babak 16 besar, secara mengejutkan mereka menggulingkan dua kandidat juara yakni Barcelona dan Bayern Munchen.

Namun Atleti harus mengakui ketangguhan Real Madrid. Pertandingan berakhir dengan kemenangan untuk Real Madrid setelah menang adu penalti 5-3 walau sempat memberikan perlawanan sengit selama 120 menit.

Sementara Real Madrid dan para pendukungnya berpesta di Milan, AC Milan dan Inter Milan tentunya berharap apa yang mereka saksikan di kotanya tersebut bisa segera mereka rasakan dalam waktu dekat. Namun untuk mewujudkannya, keduanya tak bisa melakukannya pada musim depan. Karena AC Milan dan Inter masih tak akan berlaga di Liga Champions musim 2016/2017. Ya, setelah mereka hanya menyaksikan final Liga Champions di kota mereka sendiri, musim depan mereka masih harus menerima kenyataan hanya berstatus sebagai penonton.

Foto: wikimedia

Komentar