Dari Papua ke Barcelona, Impian Reno Salampessy Jadi Kenyataan

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dari Papua ke Barcelona, Impian Reno Salampessy Jadi Kenyataan

Ricardo Salampessy dikenal sebagai salah satu pesepakbola hebat tanah air. Ketangguhannya sebagai pemain belakang sudah tidak perlu diragukan lagi. Kemampuan Ricardo sebagai palang pintu tangguh kerap membuatnya menjadi andalan timnas Indonesia di ajang internasional. Selain itu Ricardo juga merupakan salah satu sosok penting keberhasilan Persipura Jayapura menjadi tim langganan juara di kompetisi sepakbola Indonesia.

Bakat sepakbola Ricardo ternyata berhasil ia turunkan kepada sang buah hati, Reno Salampessy. Reno, sapaan sulung dari tiga bersaudara itu, disebut-sebut memiliki kemampuan olah bola yang cukup baik, walau usianya masih 10 tahun.

Bakatnya itu yang kemudian mengantarkan Reno pada kesempatan emas untuk semakin mengembangkan kemampuannya. Reno baru-baru ini terpilih sebagai salah satu pesepakbola cilik Indonesia yang mendapat kesempatan untuk berlatih di La Masia, Akademi sepakbola Barcelona. Reno akan berangkat ke Barcelona pada Agustus mendatang bersama Fadhilah Rafie (Depok), Saubyhaky Putra Pratama (Depok), Muh. Mufli Hidayat (Makassar), dan Ashari (Jakarta).

Ricardo bercerita, proses yang dijalani oleh Reno untuk bisa mendapat kesempatan berlatih di salah satu akademi sepakbola terbaik dunia itu tidaklah mudah. Reno harus menyingkirkan ribuan kandidat yang ingin mendapat kesempatan emas itu melalui program Milo Road to Barcelona.

“Awalnya saya dan Reno melihat akun Milo di Instagram tentang adanya kesempatan dikirimnya 5 anak berbakat ke Barcelona. Akhirnya dengan bantuan teman, kami membuat video dengan durasi 1 menit untuk persyaratan seleksi dan Reno beruntung karena masuk dalam 20 terbaik waktu itu,” kata Ricardo saat dihubungi melalui pesan singkat, Jumat (21/7).

Setelahnya, Reno berangkat ke Jakarta untuk mengikuti seleksi lanjutan. Di sana, kemampuan Reno di pantau oleh pelatih sepakbola U-12, Zaenal Abidin, dan mantan penyerang nasional, Kurniawan Dwi Yulianto. Reno lantas mengikuti berbagai tes seperti tes fisik, teknik dan taktik bermain. Ia berhasil melahap semua ujian yang diberikan, hingga akhirnya terpilih dalam lima nama yang akan diberangkatkan ke Barcelona.

Ricardo mengaku, Reno sangat senang karena kesempatan emas yang dimiliki oleh putranya itu. Menurut pemain berusia 33 tahun tersebut, Reno memang sangat mengidolakan klub berjuluk Blaugrana itu. “Kebetulan tim favorit Reno Barcelona juga. Jadi dia sangat senang ketika dia bisa dapat kesempatan berlatih di Barcelona,” katanya.

Ricardo kemudian bercerita, bakat olah bola Reno sudah terlihat sejak ia masih Balita, tepatnya di usia 2 tahun. Saat itu, Reno gemar sekali memainkan bola, hingga pada usia tersebut diakui Ricardo bahwa Reno sudah mulai bisa melakukan passing dan kontrol dengan baik. Melihat bakat anaknya yang semakin berkembang, Ricardo kemudian terus berusaha untuk mengasah kemampuan Reno.

“Selalu saya dukung dia, ketika saya ada waktu libur saya sempatkan untuk memberi latihan untuk Reno. Selain itu, kami juga sering menonton video-video sepakbola, dan dia juga suka ikut kalau saya latihan. Reno juga berlatih di salah satu SSB di kota Jayapura namanya SSB Batik,” terangnya.

SSB Batik merupakan SSB yang juga mengasah bakat Marinus Manewar, penyerang andalan timnas Indonesia saat ini. Selengkapnya baca "Marinus Manewar, Jawaban Atas Krisis Penyerang Tengah Timnas Indonesia?"

Selain hal-hal teknis, Ricardo mengaku bahwa ia juga cukup memerhatikan hal-hal non-teknis seperti mengatur pola makan, jam tidur, hingga memberikan pengarahan untuk disiplin dalam berlatih. Menurutnya, itu penting dilakukan agar apa yang dicita-citakan Reno bisa tercapai di masa mendatang. Ricardo tentu berpengalaman bahwa untuk menjadi pesepakbola itu tidaklah mudah. Modal teknik saja tidak cukup, harus dibarengi pula dengan disiplin yang baik.

“Ya, kurang lebih seperti itu. Saya selalu mengatur pola makan, tidur, dan mengingatkan dia untuk tekun dan disiplin latihan. Karena sedari kecil dia harus mulai membiasakan hidup seperti pemain bola kalau memang punya keinginan untuk menjadi pesepakbola,” tegasnya.

Berbeda dengan sang ayah yang berposisi sebagai pemain belakang, Reno justru biasa bermain sebagai winger atau striker. Ricardo mengaku, selain karena kemampuan anaknya itu menonjol di posisi tersebut, ia pun turut mengarahkan agar Reno bermain di posisi menyerang.

“Dia itu mengidolakan Neymar, jadi dia suka jadi penyerang dan saya juga menyarankan dia untuk bermain di posisi itu,” terangnya.

Reno memang tidak akan lama tinggal di Barcelona, karena ia hanya akan mengikuti pemusatan latihan saja di sana. Namun, tidak menutup kemungkinan kalau memang dirasa cocok, dia bisa ditarik untuk berlatih lebih lama di Barcelona. Jika hal itu terjadi, baru Ricardo dan keluarga akan membicarakannya lebih jauh.

“Dia akan pergi tanggal 20 Agustus, nanti akan ditemani ibunya. Tapi, itu pun hanya di antar sampai Jakarta saja. Saya rasa di sana dia tidak akan lama juga, karena hanya menjalani training camp bersama peserta pemenang Milo dari Mancanegera. Tapi, seandainya ada kesempatan dia berlatih di sana mungkin akan saya dan keluarga pertimbangkan,” katanya.

Komentar