PSM Makassar: Mengandalkan Bola-bola Terobosan

Taktik

by Dex Glenniza 35201

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

PSM Makassar: Mengandalkan Bola-bola Terobosan

Sebagai salah satu kesebelasan besar dan tertua di Indonesia, PSM Makassar memiliki awal musim yang sulit pada gelaran Liga Indonesia (ISC A) musim lalu. Sempat berada di posisi ketiga dari bawah, perlahan tapi pasti PSM akhirnya mampu bangkit dan finis di posisi keenam pada klasemen akhir.

Satu sosok yang berjasa membawa perubahan momentum untuk kesebelasan berjuluk “Juku Eja” tersebut adalah manajer mereka, Robert René Alberts.

Alberts bisa dibilang salah satu “manajer” papan atas di Indonesia di saat biasanya kesebelasan hanya memiliki sosok “pelatih kepala”. Kemampuan manajemen meneer asal Belanda tersebut yang membuat PSM mampu bangkit di musim lalu meskipun memiliki skuat yang bisa dibilang biasa-biasa saja.

Saat ditanya targetnya di Liga 1 musim ini, ia menjawab bahwa ia mengincar papan atas. “Aku pikir tim ini berada pada enam besar terbaik di sepakbola Indonesia,” kata manajer asal Belanda tersebut.

Pada kenyataannya, melihat persiapan kesebelasan yang bermarkas di Stadion Mattoangin itu di musim ini seolah membuat kita agak meragukan mereka. Tidak mengherankan karena mereka gagal di turnamen pra-musim bertajuk Piala Presiden 2017. Namun, menanggapi hasil pra-musim itu, Alberts tetap optimis.

“Pra-musim bukan soal memenangkan pertandingan, tapi menyeimbangkan skuat,” kata manajer yang pernah membawa Arema Malang menjuarai Liga Indonesia 2009/2010 tersebut. Ia juga menyatakan jika ia ingin memenuhi janjinya untuk membuat “Pasukan Ramang” menjadi yang terbaik di Indonesia.

Komposisi Skuat

PSM Makassar merupakan salah satu kesebelasan yang memiliki skuat yang mentereng di Liga 1. Meskipun harus ditinggal tiga pemain asing mereka yaitu Luiz Ricardo, Kwon Jun, dan Ronald Hikspoors, saat ini PSM adalah kesebelasan yang sudah memiliki dua marquee player.

Jika merujuk draf regulasi Liga 1 mengenai marquee player, Wiljan Pluim (pernah bermain di Eredivisie Belanda dari 2008 sampai 2015) dan Steven Paulle (Ligue 1 Prancis 2010-2011) adalah dua marquee player PSM, sama seperti Persib Bandung yang memiliki Michael Essien dan Carlton Cole.

Selain Pluim dan Paulle, PSM juga memiliki satu pemain asing lainnya, yaitu Reinaldo Elias da Costa, penyerang kelahiran Brasil yang memiliki paspor kewarganegaraan Australia (masuk ke pemain asing Asia karena Australia adalah anggota AFC) yang baru didatangkan. Ini artinya, PSM masih diperbolehkan jika mereka ingin mengontrak dua pemain asing lagi yang tidak berstatus marquee player.

Namun, melalui peraturan pemain U23, sebenarnya PSM mengalami kerugian karena melepas Maldini Pali (berusia 22 tahun) dan Muchlis Hadi Ning Syaifullah (20). Dengan dilepasnya dua pemain U23 tersebut, PSM sebenarnya masih memiliki Wasyiat Hasbullah, Muhammad Arfan, Ridwan Tawainella, Andri Faisal Amru, Hilman, Khalik, Reva Adi Utama, dan salah satu pemain muda potensial mereka: Asnawi Mangkualam Bahar yang baru berusia 17 tahun.

“Kami sangat serius tentang pengembangan, tapi tidak memaksakan pengembangan. [Regulasi U23] itu adalah salah. Regulasi ini membuat mereka (para pemain muda) harus bermain padahal mereka belum siap untuk bermain di level ini,” kata Alberts.

Selain serius mengenai pemain muda, Alberts juga berhasil mendatangkan beberapa pemain berdarah Sulawesi seperti Zulkifly Syukur, Asnawi, penjaga gawang Rivky Mokodompit, Fathur Rahman, dan Hamka Hamzah.

Bersama pemain-pemain seperti Ferdinan Sinaga, Titus Bonai, Rasyid Bakri, Syamsul Chaeruddin, Rizky Pellu, Ardan Aras, dan yang lainnya, tidak heran PSM dianggap sebagai salah satu kandidat juara Liga 1. Apalagi Alberts sebagai manajer (bukan hanya head coach) bisa mengatur manajemen kesebelasan saat harus bermain kandang dan tandang bergiliran yang tentunya menguras ongkos ini.


Baca juga: Menyiasati Pengeluaran Biaya Tim dengan Efisiensi Waktu à la RobertAlberts


Penyerang baru mereka, Reinaldo, juga diperkirakan akan menjadi andalan skuat “Ayam Jantan dari Timur”. Memiliki tinggi badan 194 cm, kita akan teringat dengan sosok Luiz Ricardo yang sempat menjadi andalan permainan bola-bola panjang PSM Makassar di musim lalu.

“Musim lalu kami sempat memainkan bola panjang karena Luiz Ricardo tinggi dan kuat,” kata Alberts. “Ketika ia tidak bermain, kami harus mengubah permainan lebih mengandalkan penguasaan bola. Saat itu Ferdinan yang menjadi penyerang, dan ia menjadi top skor, tapi kemudian ia dipanggil tim nasional. Setelah itu aku memainkan Titus dan ia menjadi top skor juga.”

Soal cara bermain PSM ini, meskipun memiliki Reinaldo, ternyata Alberts sendiri melihat ia tidak akan selalu mengandalkan bola panjang seperti saat ia memiliki Ricardo dahulu. “[Cara bermain PSM] agak bercampur. Kami tidak mengandalkan bola panjang, tapi operan terobosan, dua hal itu berbeda,” lanjut manajer yang pernah bermain bagi Vancouver Whitecaps tersebut.

Pemain Andalan: Hamka Hamzah

Pulang kampungnya Hamzah akan membuat dampak besar bagi PSM, terutama pada pertahanan mereka. Hamzah dinilai sebagai pemain yang memiliki kualitas dalam bertahannya dan kemampuannya memanfaatkan situasi set piece.

Selain itu, ada satu hal yang dianggap Alberts menjadi kunci kualitasnya, yaitu jiwa kepemimpinannya. Untuk itulah Hamzah ditunjuk sebagai kapten PSM.

“Aku mengobservasi tim, siapa yang memiliki jiwa kepemimpinan. Pemimpin adalah semua orang mau mendengarkannya, semua orang senang dengannya, dan pengalaman juga berpengaruh,” kata Alberts.

Dengan jiwa kepemimpinannya ini, Hamzah dinilai bisa membantu perkembangan pemain yang lebih muda seperti Asnawi, Reva, Arfan, dan Rasyid Bakri yang digadang-gadangkan sebagai gelandang terbaik di Indonesia.

Berduet bersama Paulle di jantung pertahanan “Juku Eja” serta memiliki Ardan dan Hendra sebagai pelapis yang tidak kalah bagusnya, PSM dinilai akan memiliki salah satu pertahanan yang solid di Liga 1 nanti.

Perkiraan Formasi dan Susunan Pemain

Menanggapi formasi kesebelasannya, Alberts menyatakan jika ia bisa saja memakai satu maupun dua penyerang. “Banyak tim di Indonesia sekarang memainkan sistem 1-4-3-3 atau 1-4-1-4-1, [penyebutan formasi] selalu mulai dari kiper. Tapi tidak banyak tim yang memainkan sistem 1-4-4-2, dengan dua penyerang,” kata Alberts.

“Kami memiliki penyerang seperti Titus, salah satu penyerang terbaik di Indonesia. Ferdinan juga salah satu penyerang terbaik. Tidak masuk akal jika aku harus memainkan satu penyerang di saat aku memiliki banyak penyerang hebat, tapi mereka mirip-mirip,” lanjutnya.

“Sehingga jika kami memiliki penyerang asing (wawancara ini kami lakukan sebelum PSM mendatangkan Reinaldo) yang bisa memberikan pemain lainnya kontribusi kepada permainan, kami tidak akan sungkan [memainkan dua penyerang],” kata manajer asal Belanda tersebut.

Pada saat Piala Presiden dan beberapa pertandingan uji coba, PSM terlihat selalu mencoba memainkan formasi awal 4-4-2 yang selanjutnya bisa berubah menjadi 4-3-3. Kedua winger menjadi sorotan, terutama Titus ataupun Ferdinan yang bisa memerankan winger maupun penyerang secara bergantian, yang kami anggap akan menjadi kunci fleksibilitas formasi PSM ini.

Seluruh pemain yang diperkirakan menghuni susunan pemain utama juga kami nilai memiliki kualitas yang meyakinkan, termasuk pemain U23 mereka.

Namun memang ada satu posisi yang dianggap masih menjadi kelemahan PSM, posisi tersebut adalah penjaga gawang. Pada beberapa pertandingan, Rivky terlihat belum menunjukkan penampilan yang memuaskan dan kerap melakukan blunder, termasuk saat PSM ditahan imbang 2-2 oleh Persipura Jayapura. PSM sendiri masih memiliki Syaiful, Deny Marcel, dan Hilman (U23) di posisi penjaga gawang lainnya.

Kemudian saat ditanya kemungkinannya menerapkan formasi tiga bek, Alberts tidak mengamininya. “Aku tidak menyukai formasi tiga bek karena membuka banyak ruang pada posisi sayap di mana winger harus naik dan turun. Aku tidak akan melakukannya sebagai sistem itu sendiri di timku, karena kami tidak memiliki kualitas itu,” katanya.

“Aku pikir di Indonesia juga kebanyakan tim tidak memiliki kualitas untuk memainkan [formasi tiga bek],” tutup Alberts.

Komentar