Manchester United Harus Sembuh dari Kecanduan De Gea

Taktik

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Manchester United Harus Sembuh dari Kecanduan De Gea

Manchester United berhasil membawa pulang tiga poin dari Stadion Anfield setelah menang tipis dengan skor 1-0 dari Liverpool. Gol tunggal pada laga tersebut diciptakan oleh Wayne Rooney pada menit ke-78. Gol tersebut sekaligus membuat sang kapten menciptakan rekor baru. Menurut Opta, Rooney menjadi pemain dengan gol terbanyak (176 gol) di satu kesebelasan dalam sejarah Liga Primer Inggris.

Meski mendapatkan poin penuh namun United bermain tidak meyakinkan. Hanya sedikit menciptakan peluang dan menerima banyak serangan yang berbuah peluang berbahaya. Catatan statistik menunjukan bahwa Liverpool unggul penguasaan bola 54-46. Begitu juga dengan tembakan ke gawang, United total hanya bisa membuat 7 tembakan sedangkan Liverpool 19 kali.

Gol tunggal dari Rooney sendiri adalah satu-satunya tembakan tepat sasaran yang berhasil dilakukan oleh Setan Merah. Beruntung bagi Man United karena penjaga gawang mereka, David De Gea, berhasil tampil luar biasa.

“Hal ini sangat membuat frustasi, kami punya peluang lebih banyak, namun pada akhirnya kami tak mendapat apa-apa,” ungkap Juergen Klopp seusai pertandingan. “Kami kalah di pertandingan yang tak seharusnya kalah,” tambahnya.

Panggung Semu Wayne Rooney

Gol yang dicetak Rooney pada pertandingan kali ini adalah golnya yang kelima dari empat pertandingan terakhir yang dijalaninya. Ia mampu membalas kritik yang dialamatkan kepadanya di awal musim saat dianggap sudah tidak lagi layak berbaju Setan Merah. Apalagi statusnya di tim sangat krusial, seorang kapten sekaligus penerima gaji termahal.

Walau bersatus sebagai andalan tim, Rooney total sebenarnya baru mencetak enam gol di Liga Primer Inggris sepanjang musim ini. Maka jika performanya dianggap membaik karena saat ini rajin mencetak gol, hal ini bukan sesuatu yang aneh. Sebagai penyerang andalan ia memang seharusnya terus mencetak gol untuk timnya, baru menjadi aneh kemudian jika ia sampai tak bisa menyarangkan bola ke gawang lawan.

Membebankan semua urusan cetak gol ke Rooney sebenarnya juga bukan sesuatu yang bijak. Tempo permainan yang cenderung lebih lambat yang dimainkan Van Gaal musim ini membuat penyerang berusia 30 tahun tersebut jarang punya peluang terbuka. Bandingkan dengan musim lalu, saat United masih kerap mengandalkan serangan balik cepat. Saat itu meski sering ditempatkan sebagai gelandang ia mampu mencetak total 14 gol.

Keseimbangan yang Belum Juga Tercapai

Sejak pertama kali menukangi Man United, berulang kali Van Gaal selalu mengatakan sedang mencari keseimbangan. Keseimbangan yang ia maksud adalah tentang permainan kuat dalam bertahan dan menyerang. Namun sampai hampir dua musim berada di Old Trafford, keseimbangan tersebut sepertinya belum juga ditemukan.

Van Gaal mengandalkan penguasaan bola sebagai dasar taktiknya. Alasannya bisa jadi sederhana jika bola berhasil dikuasai maka otomatis akan mampu mendikte permainan, sebuah keseimbangan yang selama ini ia cari juga akan tercapai. Hanya saja seringkali filosofi tersebut tidak berjalan baik di lapangan.

Louis_van_gaal_3147363b

United bermain menjadi lebih kaku karena harus mempertahankan dasar formasi sehingga punya opsi umpan yang tetap. Akibatnya permainan menjadi mudah ditebak oleh lawan dan tempo permainan menjadi lambat. Tempo lambat membuat lawan punya banyak waktu membangun pertahanannya. Ujungnya dari semua taktik tadi adalah, Setan Merah kesulitan mencetak gol dan cenderung bermain membosankan.

Sulit mencetak gol dan bermain membosankan membuat sebagian suporter merasa gerah. Hal ini masih bisa dikesampingkan bila memang alasannya adalah bosan atau tak terhibur. Sementara soal lain yang tidak bisa dihindari oleh Van Gaal adalah perolehan poin. Tidak peduli seberapa kuat mampu bertahan, jika tidak mampu mencetak gol maka hasilnya tidak akan jadi apa-apa di tabel klasemen.

Sebagai gambaran kasar, seandainya sebuah kesebelasan Liga Primer Inggris terus bermain imbang sepanjang musim, maka hanya 38 poin yang bisa mereka dapatkan. Bisa apa poin sebanyak itu? Jawabannya jika mengacu tabel musim lalu adalah, bertahan di Liga Primer karena berada satu strip di atas zona degradasi.

Man United masih belum mampu untuk bermain secara seimbang sesuai yang dikumandangkan Van Gaal. Mereka selalu saja menghadapi situasi yang menyebabkan dilema: jika memperkuat pertahanan akan sulit menyerang, begitu juga sebaliknya.

Dari Kerangka Menuju Perubahan Taktik

Van Gaal jauh lebih beruntung dari David Moyes karena bisa belanja pemain besar-besaran pasca ditinggal Sir Alex Ferguson. Skuat yang ditinggalkan oleh Ferguson sudah berada di titik puncak yang akan segera masuk fase menurun. Moyes yang menggantikan langsung Ferguson punya beban berat karena dituntut berprestasi dengan skuat seadanya tadi.

Sementara itu seperti yang sudah disebutkan di atas, Van Gaal punya anggaran besar untuk menggantikan pemain-pemain lama yang dianggap sudah tidak berkompeten. Van Gaal berada di fase membangun kembali kejayaan Man United.

Fase ini adalah sesuatu yang krusial bagi United. Kontrak manajer asal Belanda tersebut hanya sampai tiga musim saja, dan sekarang sudah memasuki akhir musim kedua. Apalagi ia sudah mengatakan akan pensiun dari sepakbola pasca kontraknya habis musim depan.

Belum lagi adanya kabar tak mengenakkan bahwa ia akan diganti sebelum kontraknya habis; Alasannya adalah menganggurnya Mourinho pasca dipecat oleh Chelsea, serta Pep Guardiola yang tidak akan memperpanjang kontrak Bayern yang habis musim ini. Jika ingin memakai jasa dua manajer tersebut United tidak punya banyak waktu kalau harus menunggu habisnya kontrak Van Gaal.

Sementara itu memberhentikan Van Gaal, paling tidak hingga akhir musim bagi saya bukanlah keputusan yang tepat. Proses yang dilakukannya masih dalam jalur yang tepat, membuat fondasi di musim pertama lalu membangun kerangka utama di musim kedua. Tujuannya adalah meraih prestasi ketika musim terakhirnya bersama United nanti.

Pembuktiannya ada pada tabel klasemen akhir musim nanti, apakah mampu berada di posisi lebih baik dari musim lalu yang berada di peringkat keempat. Hanya saja proses tersebut mulai menemui jalan yang terjal. Hingga akhir Januari, United masih berada di peringkat kelima. Secara permainan, MU juga belum mencapai titik aman dan justru taktiknya mulai terbaca lawan.

Penyebabnya adalah minimnya kreativitas permainan. Seperti yang terlihat saat melawan Liverpool, hanya Anthony Martial yang melakukan improvisasi ketika sedang mengalami kebuntuan. Alasannya bisa jadi hanya dia yang diizinkan Van Gaal melakukan hal tersebut atau bahkan hanya ia pemain yang mampu. Bahkan ada guyonan tentang hal ini, bahwa Martial tidak bisa bahasa Inggris sehingga tidak mengerti apa yang dikatakan oleh sang bos.

Berhenti Tergantung Terhadap De Gea

Pada beberapa poin di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara permainan, Man United harus melakukan banyak perubahan. Karena jika tetap seperti sekarang, target untuk berada di papan atas dengan minimal menyamai capaian musim lalu bisa jadi gagal.

United beruntung karena ada beberapa faktor yang membuat mereka bisa mendapatkan poin penuh. Pertama adalah tuan rumah punya masalah laten menghadapi bola-bola mati dan gol Wayne Rooney terjadi di situasi sepak pojok.

Selanjutnya yakni lini depan Liverpool yang bermain buruk dikombinasikan dengan gemilangnya permainan De Gea. Kiper asal Spanyol tersebut setidaknya telah melakukan empat penyelamatan penting sepanjang pertandingan. Dibandingkan dengan Rooney sebagai pencetak gol, saya menganggap ia punya peran lebih besar di kemenangan United kali ini.

van gaal de gea

Sosok De Gea memang sentral di Man United beberapa musim terakhir. Bahkan di dua musim terakhir ia mampu meraih predikat pemain terbaik tahunan United berturut-turut. Selain sebagai kiper pertama yang meraih gelar tersebut, ia juga mampu menyamai prestasi Cristiano Ronaldo yang meraih gelar berurutan pada 2006/2007 dan 2007/2008.

Bukan tidak mungkin kemudian kiper nomor dua dunia setelah Neuer menurut asosiasi sepakbola profesional ini kembali meraih gelar tersebut akhir musim nanti. Sebuah hal membanggakan tentu saja bagi De Gea tetapi justru kebalikan bagi timnya. Karena sudah menjadi hal umum jika kiper dianggap sebagai pahlawan karena penyelamatannya maka ada sesuatu yang salah di tim tersebut.

Kiper adalah pemain spesial di sepakbola, untuk menunjang pekerjaannya menjaga gawang ia boleh menggunakan seluruh anggota badannya. Serta harus diingat bahwa kiper adalah penjaga pertahanan terakhir dari kebobolan. Jika sebuah kesebelasan masih mengandalkan kiper sebagai pertahanan utama maka hal ini tidak dapat dibenarkan. Sekali lagi, pada sistem permainan yang baik kiper adalah lapisan terakhir dari sebuah pertahanan.

Van Gaal harus mulai bisa menemukan cara agar tidak bergantung kepada aksi-aksi De Gea. Ia harus sadar bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Karena hasil yang tidak bisa dibilang buruk-buruk amat selama ia di Old Trafford banyak dibantu oleh penjaga gawangnya.

Komentar