Nutrisi, Masalah Lawas Atlet Indonesia

Sains

by redaksi

Nutrisi, Masalah Lawas Atlet Indonesia

Menjelang bergulirnya kembali kompetisi Sepak Bola di Indonesia, sejumlah klub sudah memulai kembali latihan bersama di lapangan. Pemain tidak hanya fokus untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan fisik, mereka juga harus menjaga asupan nutrisi untuk persiapan Liga 1. Namun akhir-akhir ini publik dibuat ramai dengan beberapa pemain Indonesia yang mengunggah gambar makanan yang mereka konsumsi di sosial media. Makanan tersebut dinilai tidak layak untuk dikonsumsi atlet khususnya dalam hal ini adalah pemain sepakbola yang sedang mempersiapkan dirinya untuk mengarungi liga 1 yang panjang.

Padahal menurut penelitian Holway & Spriet (2011) yang berjudul Sport-specific nutrition: Practical strategies for team sports, asupan penting untuk pemain sepak bola adalah karbohidrat. Karbohidrat tersebut adalah gula, pati, dan serat yang ditemukan dalam berbagai jenis makanan seperti buah-buahan, biji-bijian, sayuran, dan produk susu. Sumber karbohidrat yang paling sehat adalah yang tidak diolah atau diproses minimal seperti, sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.

Sedangkan menurut penelitian Anderson (dkk, 2017) minuman isotonik juga dibutuhkan untuk pemain, terlebih pada saat bermain. Di setiap pertandingan pemain mengalami penurunan energi akibat berkurangnya cadangan glikogen, yang menyebabkan penurunan stamina dan berkurangnya fokus sehingga membuat pemain sering kali lambat mengambil keputusan.

VIDEO: Informasi terkini sepakbola dunia



Selain karbohidrat, dibutuhkan juga asupan protein dan lemak. Menurut penelitian Ranchordas (dkk, 2017) yang berujudul Practical nutritional recovery strategies for elite soccer players when limited time separates repeated matches, rekomendasi asupan protein untuk pemain sepak bola professional adalah antara 1,5-2 g/kg berat per hari. Sedangkan lemak akan mewakili energi yang tersisa sampai kebutuhan terpenuhi. Selain itu, dalam jurnal tersebut merekomendasikan untuk mendistribusikan protein ini dalam beberapa dosis (sekitar 6 x 20 - 25g protein; total 120 - 150g protein / hari) setiap 3 jam.

Di sisi lain, sulit untuk menemukan rekomendasi konkret tentang jumlah lemak. Karena lemak hanya mewakili sisa energi dari karbohidrat dan asupan protein. Namun kumpulan artikel yang dikumpulkan oleh Holway & Spriet pada tahun 2011 tentang asupan makanan pada lebih dari 300 pesepakbola profesional dan semi-profesional, megungkapkan ternyata persentase energi harian yang berhubungan dengan lemak, sangat besar. Mayoritas kasus yang tercatat antara 25-35%. Hal tersebut berimbas pada kondisi badan pemain yang tidak atletis. Asupan cairan pun perlu jadi perhatian karena asupan cairan berhubungan dengan dehidrasi dan faktor-faktor seperti kelelahan atau kram pada saat pertandingan berlangsung.

Adapun suplemen nutrisi yang dinilai bermanfaat pada pemain sepak bola. Kreatin adalah salah satu suplemen yang paling banyak digunakan, karena ada bukti manfaat pemuatan kreatin pada kinerja aktivitas fisik intensitas tinggi yang berulang dengan periode pemulihan yang singkat. Dosis kreatin yang ditunjukkan adalah antara 20-30g per hari yang tersebar di beberapa asupan selama 5 hari. Jumlah yang tepat untuk pemeliharaan berkurang menjadi 2-5 g/hari. Asupan kreatin harus dilakukan bersamaan dengan makanan berkarbohidrat untuk meningkatkan respons. Namun beban kreatin menghasilkan penambahan berat badan sekitar 1kg, yang diduga sebagai retensi cairan.

Edukasi Nutrisi Sejak Dini Untuk Pesepak Bola Indonesia

Cristiano Ronaldo dikenal sangat disiplin dalam hal makanan. Ia hanya memakan asupan karbohidrat biji-bijian, buah, sayur dan menghindari gula. Karena hal itu ia menjadi pemain terbaik bahkan sampai saat ini yang sudah menginjak usia 35 tahun, ia masih moncer bersama Juventus di Serie A.

Lain halnya terkait gizi pemain asing yang berkiprah di Indonesia. Pada 2014 pemerhati Sepak Bola Nasional, Eko Maung dalam Artikel Simamaung pernah membahas tentang Riduane Barkoui dan Cristian Bekamenga saat masih membela Persib Bandung yang hanya menyantap makanan berdasarkan kebutuhan kalori. Bahkan, Bekamenga selalu membawa suplemen khusus. Ia juga menyentil pemain lokal yang sering makan malam dengan makanan yang digoreng dan porsi nasi yang banyak namun ketika di lapangan, pemain lokal tersebut bermain jelek.

Hingga kini, hal yang disentil Eko Maung pada enam tahun silam masih terjadi. Dengan tidak berubah nya pola makan dan nutrisi pemain sepakbola Indonesia yang dinilai tidak sehat dan tidak cocok untuk dikonsumsi oleh atlit. Jangan-jangan para pemain tersebut malah kurang paham terkait nutrisi untuk pemain sepakbola professional, atau bahkan klub yang tidak mempunyai ahli nutrisi sehingga para pemain tidak terfasilitasi.

Dengan pola makanan pemain sepakbola Indonesia yang tidak berubah, disinyalir dibutuhkan edukasi terkait nutrisi untuk pemain sepakbola professional sejak dini. Terlebih yang sedang disoroti sekarang adalah para pemain muda yang mungkin tidak paham atau bahkan tidak difasilitasi oleh pihak klub terkait nutrisi. Seharusnya publik skeptis dengan masalah edukasi nutrisi dengan hal yang lebih kompleks dibanding malah men-judge pemain yang ternyata mungkin tidak tau apapun masalah nutrisi pemain sepakbola profesional.

Masalah nutrisi ini menjadi pekerjaan rumah, tidak hanya untuk pesepak bola Indonesia itu sendiri melainkan pihak klub yang mesti memfasilitasi pemain dengan mendatangkan ahli nutrisi hingga melakukan aturan ketat untuk makanan apalagi saat Liga sedang berjalan. Bahkan PSSI juga bisa turut andil dengan mengedukasi nutrisi kepada para pemain muda

Komentar