Melihat Pati, Kota Penghasil Pemain Bola

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Melihat Pati, Kota Penghasil Pemain Bola

Di panggung sepakbola nasional, nama Pati tentu masih asing. Sebab tak ada tim asli daerah pesisir pantura ini yang mentas di kompetisi elite Liga Indonesia. Nama Pati terpinggir di antara sepakbola kota-kota tetangganya seperti PSIR Rembang, dan Persijap Jepara yang pernah menjadi kuda hitam ketika era kompetisi Indonesia Super League (ISL).

Pada belakangan ini, muncul Putra Safin Group (PSG) Pati yang kemudian hari berubah menjadi AHHA PS Pati. Klub ini sempat menjadi perhatian sepakbola Indonesia sehingga nama Pati mendapatkan panggung tersendiri. Sebetulnya, Pati sendiri memiliki tim asli era perserikatan bernama Persatuan Sepakbola Indonesia Pati (Persipa). Tim ini sudah cukup sepuh, didirikan pada 19 April tahun 1951 di masa orde lama.

Tim dengan kostum kebanggaan warna merah ini belum pernah sekalipun mencicipi kompetisi elit profesional tanah air. Paling mentok, Persipa pernah mencicipi Divisi 1 pada 2014. Baru di usianya yang ke-71 tahun ini, Persipa berhasil meraih tiket promosi ke Liga 2 2022/2023, setelah tampil mengesankan di Liga 3 musim 2021/2022. Pada regional Jawa Tengah pun, Persipa berhasil menjadi juaranya.

Padahal, kota yang berada di perlintasan jalur pantura ini memiliki kultur dan tradisi sepakbola yang mengakar kuat di masyarakatnya. Sepakbola menjadi olahraga yang sangat populer. Bahkan dalam momen-momen perayaan budaya, sepakbola turut menjadi bagian di dalamnya. Di desa-desa masih amat sering dijumpai, pertandingan sepakbola persahabatan antar kampung, kecamatan, sampai kota tetangga, menjadi rangkaian dalam kegiatan sedekah bumi. Bahkan syukuran kemenangan pemilihan kepala desa juga kerap menghadirkan pertandingan sepakbola sebagai hiburan rakyat yang memikat.

Meskipun tak terpandang karena belum ada tim daerah yang berkompetisi di level elit, kota ini sejatinya telah melahirkan bintang-bintang lapangan hijau yang menjadi andalan tim-tim tersohor. Para pemain dari Pati terus beregenerasi mewakili zamannya masing-masing. Jauh sebelum kita mengenal Wawan Febrianto, penyerang sayap Borneo FC, kota ini sudah melahirkan pemain top sekelas Ribut Waidi.

Mengenang Ribut Waidi

Bagi generasi 80an dan 90an, tentu sosok Ribut sangat melekat di hati. Dia merupakan pemain andalan Tim Nasional Indonesia yang menjadi pahlawan saat meraih medali emas SEA Games Jakarta 1987. Gol semata wayangnya mengantar Indonesia merebut emas untuk pertama kalinya di cabang olahraga sepakbola.

Ribut adalah pesepakbola asal Desa Trangkil, Pati. Namanya mulai moncer saat membela PSIS Semarang dan mengantarkan tim ini menjadi juara perserikatan. Media-media kala itu menuliskan gol tunggal tersebut sebagai gol emas. Penampilan Ribut juga sangat mengesankan saat itu. Jutaan pasang mata menyaksikan kepiawaian Ribut dalam mengolah si kulit bundar dan menyelamatkan Indonesia di depan publiknya sendiri. Ribut pun diarak mengelilingi lapangan dengan label pahlawan.

Setelah era Ribut, generasi pemain sepakbola dari kota yang terkenal akan produk olahan kacangnya ini tak berhenti melahirkan pemain-pemain berbakat untuk menghiasi pentas sepakbola nasional. Beberapa pemain bahkan dipercaya memperkuat Indonesia, meski tak semoncer Ribut.

Di antara generasi pesepakbola asal Pati setelah Ribut, adalah Rudi Widodo dan Wawan Febrianto. Dua pemain ini masih satu kampung dengan Ribut. Mereka berasal dari Desa/Kecamatan Trangkil berjarak 12 kilometer dari pusat kota Pati. Dua pemain ini juga pernah memperkuat tim nasional. Wawan Febrianto yang saat ini masih berkompetisi di Liga 1 adalah jebolan SAD Uruguay atau Deportivo Indonesia pada 2011, sebuah program pelatihan pemain muda berbakat.

Pemain lainnya yang menghiasi pentas sepakbola nasional antara lain seperti Reza Irfana dan Ryan Ardiansyah di PSIS Semarang, Dimas Fani kiper PSS Sleman, serta Iqbal Al Ghuzat bek sayap AHHA PS Pati di Liga 2. Selain nama-nama tersebut, atmosfer sepakbola di kota ini juga telah melahirkan calon wonderkid Indonesia. Pemain itu adalah Krisna Sulistia Budianto yang masuk dalam proyek latihan Garuda Select 4 di Eropa.

Pemain jangkung yang berposisi sebagai penyerang ini adalah bakat alam sepakbola Pati yang akan terus memperpanjang daftar pemain top yang dilahirkan dari kota ini. Saat ini, pemain berusia 15 tahun yang berasal dari desa yang sama seperti Ribut ini juga menjadi bagian dari tim Bhayangkara FC U-16 di kompetisi Elite Pro Academy.

Meninjau Gairah Sepakbola Akar Rumput di Pati

Kelahiran sederet nama-nama beken pesepakbola nasional tak lepas dari gairah sepakbola di akar rumput. Tim-tim lokal di kota ini terus bertumbuh dan berkembang. Data dari Askab PSSI Pati dalam kongres tahunan 2022, ada sebanyak Persatuan Sepakbola (PS) atau tim yang secara resmi tergabung dalam asosiasi. Jumlah itu bisa saja terus bertambah, mengingat saat ini hampir semua desa memiliki tim-tim sendiri.

Gairah sepakbola di kota ini juga makin membuncah, seiring munculnya sekolah-sekolah sepakbola baru yang visioner. Seperti kehadiran Safin Football Pati Academy (SPFA) yang digagas Wakil Bupati Pati Saiful Arifin bersama Rudy Eka Priyambada yang memiliki komplek lapangan sepakbola terbesar di Indonesia. Selain itu di kota ini juga banyak sekolah sepakbola lain yang tak kalah, seperti Akademi Persib di Pati, Rudi Widodo Football Academy, hingga kemunculan Joko Ribowo Football Academy, dan masih banyak lagi Sekolah Sepak Bola (SSB) lain yang terus menghidupkan denyut gairah bermain bola anak-anak muda Pati.

Kentalnya kultur sepakbola dan sokongan ekosistem latihan yang tepat, tentu diharapkan akan terus melahirkan bakat-bakat sepakbola. Bukan tidak mungkin hanya akan meramaikan pentas sepakbola nasional saja, mungkin akan tiba gilirannya anak-anak dari pelosok desa di kota sekecil Pati ini bisa pentas di panggung internasional. Seperti Krisna yang telah dilirik masuk ke program Garuda Select, tentu jalan lapang menuju karir Eropa ada di depan mata. Artinya, ini tinggal memupuk mental dan daya juang berkarir di pusatnya kemajuan sepakbola dunia.

Mengingat kembali Ribut Waidi setelah berhasil mengantar timnas meraih emas SEA Games. "Meski saya anak desa, saya sudah ikut memberikan yang terbaik bagi bangsa ini melalui sepak bola," katanya usai pertandingan bersejarah 20 September 1987 di Stadion Utama Senayan, Jakarta seperti dikutip dari medcom.id.

Kesadaran Ribut Waidi untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini melalui sepakbola, mestinya menjadi pelecut bagi generasi pesepakbola masa kini. Khususnya bagi pesepakbola Pati agar terus bekerja keras berproses dan menjelma menjadi pemain hebat di masa yang akan datang.

Sumber foto : grup facebook MEMORI PERSERIKATAN, GALATAMA, &LIGA INDONESIA

Tentang Penulis:

Achmad Ulil Albab, jurnalis di Pati. Meliput berita-berita politik dan olahraga. Sekarang aktif menjadi pengurus Askab PSSI Pati bidang humas dan media. Dapat disapa melalui twitter @UlilAlbab1994

Komentar