She??s Just Not Love You, Indonesia!

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

She’s Just Not Love You, Indonesia!

Artikel #AyoIndonesia karya Kevin A. Sunarsa

Indonesia dan kejuaraan Piala AFF mengingatkan saya akan kisah cinta seorang pria kepada wanita pujaannya. Kisah cinta pilu seorang pria yang tak kunjung mendapatkan hati sang pujaan. Bagaimana tidak? Sepuluh kali, kawan! Sepuluh kali Indonesia mengikuti gelaran dua tahunan ini dan tak pernah sekalipun mengangkat trofi juara.

Sepakbola Indonesia bukanlah punya reputasi mentereng di sepakbola Asia Tenggara. Ada alasan mengapa tim nasional Indonesia pernah dijuluki Macan Asia. Indonesia bukanlah Filipina, Brunei, atau pun Timor Leste (tanpa bermaksud mengecilkan negara lain) yang tidak memiliki sejarah panjang di dunia sepakbola.

Tapi mengapa timnas Indonesia yang memiliki banyak pemain bintang dari masa ke masa, tidak mampu sekali pun memenangkan kejuaraan Piala AFF yang notabenenya merupakan kejuaraan (paling) kecil untuk Indonesia, yaitu hanya kawasan Asia Tenggara? Mulai dari Bima Sakti, Widodo C. Putro, Robby Darwis, Aji Santoso, Kurniawan Dwi Yulianto, Ilham Jaya Kesuma, Gendut Doni, hingga Bambang Pamungkas, mulai dari Danurwindo, Ivan Kolev, Peter White, Benny Dollo, hingga Alfred Riedl, tak ada satu pun pemain-pemain bintang dan pelatih-pelatih ternama di atas yang mampu memimpin Timnas memenangkan Piala AFF.

Kisah cinta ini sudah terlalu pilu. Sepuluh kali Indonesia mencoba, sepuluh kali pula Indonesia ditolak! Memang timnas pernah empat kali menjajakan kaki di final. Tapi apa artinya final tanpa kemenangan di laga pamungkas? Runner-up hanyalah apresiasi hiburan bagi mereka yang rela meluangkan waktu lebih lama dari peserta lainnya dan bersedia menjadi lawan main untuk pemenang di laga final.

Apa timnas tidak menyadarinya? Piala AFF tak pernah sekali pun mencintaimu, kawan! Tak pernah sekali pun. Timnas hanyalah figuran dan cameo di perjalanan cinta Piala AFF. Timnas Indonesia hanya seorang pria baik, sopan, dan ramah yang memiliki peluang besar untuk mendapatkan cinta seorang gadis, namun pada akhirnya kalah dengan seorang prince charming yang menghampirinya dengan seekor kuda putih nan indah. Atau di episode lain, kalah dari seseorang dengan bad boy image yang ia miliki, mengendarai moge dengan balutan jaket kulit dan berkacamata hitam.

Intinya, tak peduli seberapa banyak orang yang memprediksi timnas menjadi pemenang, pada akhirnya sutradara selalu memberikan plot twist sehingga penonton pun tak pernah bisa menebak akan menjadi seperti apa akhir dari cerita cinta di setiap episodenya.

Ingatkah kalian ketika tahun 2002 ketika Piala AFF masih bernama Tiger Cup? Mungkin itu adalah memori pertama saya yang masih duduk di Sekolah Dasar, merasakan sakitnya ditolak cinta untuk pertama kali. Timnas melenggang dengan percaya diri hingga partai final. Namun apa daya, timnas akhirnya harus mengakui kedigdayaan unggulan saat itu, Thailand, melalui drama adu penalti. Sementara dua tahun setelahnya ketika Singapura menjadi tokoh utama di episode kali ini, Ilham dkk. mencapai anti klimaks ketika dikalahkan Singapura dengan agregat 5-2 di laga final.

Rasa sakit hati semakin terasa dari tahun ke tahun. Mungkin Piala AFF edisi tahun 2010 merupakan edisi yang paling saya benci. Torehan 13 gol dan hanya 2 kali kebobolan menjadi start indah perjalanan cinta timnas tahun itu. Tambahan dua gol dan tanpa kebobolan di laga semifinal menjadi prolog indah sebelum laga final dilakoni. Tak ada sedikit pun keraguan kala itu karena yang menjadi lawan di final adalah Malaysia, yang sebelumnya dibantai timnas pada laga di fase grup A dengan skor 5-1. Saya masih ingat betul bagaimana seorang Irfan Bachdim menari-nari setelah melesakkan gol penutup di laga itu.

Ya, setinggi itulah kepercayaan diri timnas. Kepercayaan diri yang berakhir ironis. Tapi kembali sebuah kisah cinta yang berujung tragis terulang. Tak perlu saya lanjutkan cerita di edisi kali ini karena timnas lagi-lagi tak mendapatkan happy ending di perjalanan cinta Piala AFF.

Mungkin itu bukan salah kau, kawan. Mungkin ini hanya sesederhana, Piala AFF tidak menyukaimu. She’s just not love you. Jadi seberapa besar pengorbananmu pun tak ada gunanya. Fakta yang harus kau terima adalah dia tidak mencintaimu.

Jadi, kini timnas hanyalah seorang pemuda yang mengagumi seorang perempuan bernama Piala AFF. Timnas kini bukan tim yang punya segudang kepercayaan diri dan menjadi unggulan untuk mendapatkan gadis pujaannya. Peringkat FIFA pun mengakui hal tersebut. Kemerosotan yang signifikan terjadi setelah Indonesia disanksi dari sepakbola internasional.

Namun, bisa jadi ini yang dibutuhkan timnas. Tanpa ekspektasi, tanpa tekanan.

Bagi banyak orang, Piala AFF 2016 hanya menjadi tanda kembalinya Indonesia dari sanksi FIFA. Tak ada yang mengungguli tim yang baru saja memulai lembaran baru mereka di kancah sepakbola internasional. Bukan tanpa alasan, mengurus kompetisi dalam negeri saja belum becus. Bagaimana mau berkompetisi di ajang Asia Tenggara?

Ya, itulah yang dibutuhkan timnas Indonesia untuk mendapatkan hati Piala AFF.

Mungkin ini saatnya sutradara kembali menaruh plot twist di episode cinta kali ini. Skuat timnas di Piala AFF 2016 juga bukanlah skuat sembarangan. Wonderkid dalam diri Evan Dimas dan Yanto Basna menjadi pemain muda yang mempunyai peran sentral di posisinya masing-masing. Seorang Stefano Lilipaly seharusnya dapat dengan mudah mengekspos pengalaman dan skill mumpuninya karena dibantu dengan kecepatan Andik Vermansyah dan Zulham Zamrun. Sehingga pada akhirnya kepemimpinan dan ketajaman Boaz Solossa mampu mewujudkan sesuatu yang selama ini masih kita tunggu-tunggu.

So, i think this is the right time to make another plot twist. Good luck, buddy! Keep pursue your love, timnas! Kejarlah terus Piala AFF sampai kau dapatkan!

Just another football enthusiast who try to see the other side of the football itself. Can reach by email: akevinsunarsa@gmail.com or Instagram: @kevinsunarsa. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis. Selengkapnya baca di sini: Ayo Mendukung Timnas Lewat Karya Tulis.

Komentar