Dalam Sepakbola, Magis dan Klenik Itu Berbeda!

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Dalam  Sepakbola, Magis dan Klenik Itu Berbeda!

Dikirim oleh: Giri Burhani Ahmad* 

Sejumlah sepakbola secara nyata mempraktikkan "ilmu sihir". Tidak sedikit dari penggemar sepakbola yang cuma melongo saat Lionel Messi menggiring bola tanpa bisa direbut atau disentuh oleh siapapun. Messi barangkali memang seorang penyihir di mana kekuatan magisnya dialirkan dari otak menuju otot yang membikin ia bisa meliak-liuk sedemikian kalemnya.

Kehebatan Messi tidak bisa begitu saja dimiliki oleh orang-orang. Dibutuhkan waktu, pengalaman, dan latihan untuk bisa menyamai apa yang dimiliki oleh seorang Messi. Wajar rasanya jika saking hebatnya, kemampuan Messi disebut sebagai magis atau kekuatan yang timbul di luar akal sehat.

“Messi adalah nomor satu. Ia memiliki talenta, semangat, dan daya magis,” ucap legenda hidup Juventus, Alessandro Del Piero, kepada situs resmi Barcelona beberapa waktu lalu jelang partai final Liga Champions 2014/2015. Lebih lanjut, Del Piero mengaku beruntung dapat menikmati apa yang menjadi keindahan dari diri seorang Messi.

Daya magis Messi tidaklah seperti angin yang bertiup masuk ke dalam tubuhnya. Kehebatannya adalah buah kerja kerasnya dalam berlatih. Bahkan, ketika Barcelona tengah libur latihan, Messi tetap terus berlatih di Ciutat Esportiva, pusat pelatihan Barcelona.

Latihan Seperti Orang Gila

Selain Messi, pesona magis lain dari pesepakbola—yang barangkali Anda sekalian pun setuju—adalah tendangan pisang ala David Beckham.

Pelanggaran di area kotak penalti adalah sebuah kesalahan bagi tim lawan. Itu sama saja dengan bunuh diri karena eksekusi tendangan bebas Beckham yang terkenal akurat dan memiliki daya lengkung yang sulit dijangkau kiper.

Tendangan bebas Beckham memiliki daya magis di mana terkadang kiper maupun pagar betis seperti terpana menikmati lengkungan bola dengan kecepatan tinggi. Mereka sama sekali tak bereaksi sampai akhirnya bola menggetarkan jala gawang.

“Mungkin saya sudah melakukan ribuan bahkan puluhan ribu tendangan bebas. Dulu saya sering pergi ke taman, menempatkan bola di tanah dan membidik kawat yang dibentuk sedemikian rupa di atas jendela sebuah perkampungan,” ujar Beckham, dinukil dari Daily Mail.

“Ketika ayah saya pulang kerja, kami sering berlatih di depan gawang. Ayah saya berdiri di antara saya dan gawang. Ia memaksa saya melengkungkan bola melewatinya. Orang-orang yang melihat akan mengira kami gila. Namun, kami terus melakukannya hingga matahari terbenam,” katanya lagi.

Satu gol yang barangkali paling berkesan adalah saat suami dari Victoria Beckham tersebut menempatkan bola ke sudut kanan gawang Yunani. Golnya pada menit ke-93 tersebut mengantarkan Inggris lolos ke putaran final Piala Dunia 2002.

Kala itu, Inggris sebenarnya hanya membutuhkan hasil imbang untuk dapat lolos ke Piala Dunia yang digelar di Korea dan Jepang. Namun, Inggris tertinggal satu gol hingga menit ke-90. Lalu, Beckham dengan magisnya membuat puluhan ribu pendukung Inggris di Old Trafford bersorak yang membuat pertandingan berakhir dramatis dengan skor 2-2.



Beda Magis dan Klenik

Jika magis yang ditunjukkan Messi dan Beckham berasal dari keuletan serta kerja kerasnya saat berlatih, lain halnya dengan “magis” di belahan bumi lain, sebut saja di Indonesia.

Dalam sebuah pertandingan, tidak jarang sebuah kesebelasan melakukan hal yang tidak ada hubungannya dengan cara suatu kesebelasan memenangkan pertandingan. Klenik dipercaya dapat membawa keberuntungan bagi suatu kesebelasan.

Saya ingat dalam sebuah kejuaraan sepakbola antar RW di desa saya tinggal. Kala itu, setiap RW mengirimkan tim dengan anak-anak berusia di bawa 12 tahun. Pada partai puncak, tiba-tiba saja pendukung kesebelasan tuan rumah, membakar kaos yang dilempar tim lawan sebelum pertandingan dimulai. Kabarnya, kaos yang mereka lemparkan itu mengandung unsur yang menyulitkan tim tuan rumah mencetak barang satu gol saja.

Sejak menit awal, tim tuan rumah memang tampil mendominasi. Serangan-serangan yang dilancarkan kerap menemui hambatan. Klimaksnya terjadi saat seorang pemain tuan rumah berhasil mengecoh kiper, tapi tiba-tiba saja ia terpeleset seolah ada sesuatu yang membuatnya jatuh.

Saat itu, ada sekitar dua kaus yang dibakar. Anehnya lagi, tim tuan rumah berhasil keluar sebagai juara dengan kemenangan dua gol. Tentu, dua gol tersebut lahir setelah aksi pembakaran kaos.

Klenik di Liga Indonesia

Jika kasus pembakaran kaos terjadi dalam kompetisi antarkampung, nyatanya kompetisi profesional Liga Indonesia pun tak lepas dari klenik. Salah satunya adalah Liga Indonesia edisi pertama dalam partai semifinal yang mempertemukan Persib menghadapi Barito Putra.

Rasa penasaran itu menghinggapi diri bomber Persib, Sutiono Lamso. Sutiono dibuat frustasi karena ia begitu kesulitan mencetak gol meski gawang Barito yang dikawal Dilla Abdillah telah kosong melompong. Persib seakan dibuat begitu kesulitan untuk membobol gawang Barito yang sejak menit 31 sudah bermain dengan 10 pemain.

“Oleh karena itu, setiap mendekati gawang Abdillah, baik saat sepak pojok maupun menyerang, ia mengarahkan matanya ke dalam gawang Abdillah mencari sesuatu –yang mungkin benda klenik– yang membuat gawang Barito sulit dijebol,” seperti ditulis Aqwam Fiazmi Hanifan dalam Persib Undercover.

Sutiono pun akhirnya menemukan sebutir telur yang tersimpan di sela-sela gawang Barito. Ia dihardik Abdillah ketika akan mengambilnya. Sampai suatu ketika, Sutiono dapat mengambil telur itu dan melemparkannya jauh-jauh ke belakang gawang yang membuat telur itu pecah. Lalu benar saja, beberapa saat setelah pelemparan telur, Persib mampu mencetak satu gol melalui sundulan Kekey Zakaria. Persib pun lolos ke partai final dengan skor 1-0.

Yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah mungkin dua gol yang dicetak dalam final kompetisi amatir antar kampung itu lantaran ada dua kaos yang dibakar? Dan apa benar gol tunggal Kekey Zakaria yang membawa kemenangan untuk Persib dalam laga semifinal Liga Indonesia pertama itu atas pecahnya telur yang tersimpan di gawang Barito? Entahlah.

Kita tentu bebas untuk menyatakan sikap tidak percaya pada hal-hal mistis yang diseludupkan ke dalam ranah sepakbola. Cukup yang kita percayai dalam sepakbola adalah bahwa bola itu akan tetap bundar. Dengan itu, “Segala sesuatu masih bisa terjadi,” seperti kata banyak orang.

Namun di luar klenik dan hal-hal magis di atas, sebenarnya ada kekuatan lain yang saya pikir mempunyai tingkat akurasi paling tinggi untuk menentukan hasil pertandingan: match fixing!

Foto: tophdgallery.com

* Penulis tinggal di Bandung berakun twitter @kiipeeng

Komentar