Dinamit Itu Siap Meledak di Friulli

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Dinamit Itu Siap Meledak di Friulli

Bila melihat klasemen sementara Serie A 2014/15 sampai giornata 5 ini, apa yang ditorehkan oleh Udinese mungkin telah mengejutkan banyak pihak. Klub yang musim lalu bertengger di urutan ke 13 ini berhasil menempati posisi ketiga pada klasemen sementara, unggul dari klub-klub langganan papan atas lainnya seperti Inter Milan, AC Milan, Napoli, Lazio, maupun Fiorentina, serta hanya kalah dari tim yang musim lalu menghuni posisi 1 dan 2, Juventus dan AS Roma.

Tim asal kota Udine ini meraih 12 poin hasil dari empat kemenangan dan satu kekalahan, di mana dua dari empat kemenangan itu didapat atas dua tim kuat yakni Napoli dan Lazio. Sementara kekalahan satu-satunya didapat saat bertandang ke pemuncak klasemen sementara, Juventus

Lantas mengapa hal ini bisa terjadi?

Bila kita melihat mercato mereka pada musim panas lalu, praktis tidak ada transfer yang melibatkan nama –nama besar di Udinese. Klub ini memang lebih dikenal klub  pengorbit pemain bintang yang dijual dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga belinya. Sehingga tak aneh bila neraca keuangan klub ini selalu positif.

Salah satu kunci keberhasilan Udinese sejauh ini menurut saya adalah tidak jadi pensiunnya attacante andalan mereka, Antonio Di Natale. Pemain yang bulan depan akan genap berusia 37 tahun ini memang sempat menyatakan akan gantung sepatu di akhir musim 2013/14, namun kemudian dia membatalkannya dan melanjutkan untuk bermain lagi di musim ini.

Kehadiran mantan pemain Empoli ini memang sangat dibutuhkan mengingat Udinese banyak dihuni oleh pemain muda. Apalagi sejak Francesco Guidolin mengundurkan diri dari posisi pelatih pada akhir musim lalu, praktis pemain yang akrab disapa Toto ini yang bisa menjadi panutan bagi pemain lainnya mengingat sang allenatore musim ini, Andrea Stramaccioni, usianya bisa dibilang tidak jauh berbeda dari Di Natale.

Selain batal pensiunnya Di Natale, tidak banyaknya pemain inti yang hijrah seperti pada musim-musim sebelumnya menjadi keuntungan tersendiri bagi tim ini. Bisa dibilang hanya Dusan Basta dan Roberto Pereyra saja yang hilang di musim ini dari starting eleven Udinese musim lalu. Pemain inti lain seperti Danilo, Thomas Heurtaux, Emmanuel Agyemang-Badu, dan Luis Muriel masih bertahan di klub yang dijuluki Zebrette ini.

Mercato yang dilakukan tim yang bermarkas di Stadio Friulli ini pun bisa dibilang sesuai dengan kebutuhan tim. Kembalinya Orestis Karnezis dari masa peminjaman di Granada musim lalu menjadi berkah tersendiri untuk tim ini. Dari empat pertandingan yang sudah dijalaninya, pria asal Yunani ini meraih tiga kali clean sheet serta hanya kebobolan dua gol saat melawan Juventus dan Parma.

Suatu pencapaian yang mengesankan mengingat di musim lalu portiere berusia 29 tahun ini hanya mengemas 6 penampilan di liga selama masa peminjamannya di Granada. Perlu diingat bahwa di musim ini masih bercokol Zeljko Brkic yang merupakan kiper utama sebelumnya serta wonderkid Simone Scuffet yang tampil mengejutkan sejak pertengahan musim lalu di pos penjaga gawang sehingga kehadiran Ornezis akan semakin menambah kedalaman skuat pada posisi kiper.

Keberhasilan tim ini mendatangkan gelandang serbaguna Panagiotis Kone dari Bologna dan striker Cyril Thereau dari Chievo Verona juga patut diapresiasi. Kehadiran Kone bisa menutupi lubang yang ditinggalkan oleh Pereyra yang hijrah ke Juventus pada musim panas lalu.

Sedangkan Thereau bisa menjadi alternatif di lini depan tim Bianconeri mengingat usia Di Natale yang semakin menua. Dan pada giornata 4 kemarin pria asal Perancis ini membuktikan kapasitasnya lewat gol semata wayangnya ke gawang Lazio.

Dan faktor lain yang tak kalah penting tentunya penunjukkan Stramaccioni sebagai pelatih menggantikan Guidolin. Mengingat prestasi Guidolin yang selalu membawa tim ini ke posisi 5 besar dari musim 2010-2013, tentu tidak bisa sembarangan dalam mencari pengganti pelatih yang sudah kenyang pengalaman ini.

Dan pemilihan Strama ini tidak bisa dibilang buruk. Pelatih berparas tampan ini dari awal kepelatihannya memang banyak melatih di tim usia muda. Salah satu prestasinya di level junior adalah kala berhasil membawa tim Inter Primavera menjuarai NextGen Series (semacam Liga Champions level junior) pada tahun 2012 dengan mengalahkan Ajax di babak final lewat adu penalti.

Keberhasilannya tersebut membuatnya dilirik oleh Presiden Inter Milan saat itu, Massimo Moratti, untuk menjadi pelatih sementara menggantikan Claudio Ranieri yang dipecat setelah kalah 2-0 dari rival bebuyutan Juventus. Dibantu oleh Giuseppe Baresi, ia berhasil membawa Inter finis di posisi 6 klasemen akhir 2011/12 dan membuatnya kembali dipercaya untuk menjadi pelatih utama I Nerazzurri di musim selanjutnya. Dan gagal karena posisi Inter melorot ke posisi Sembilan.

Dari latar belakangnya yang sudah cukup lama berkecimpung melatih tim-tim usia muda, cukup tepat bila salah satu pelatih muda di Serie A ini dipercaya untuk menangani tim yang memang banyak dihuni oleh pemain muda seperti Udinese. Bila Strama bisa menjaga konsistensi dan tidak diganggu badai cedera lagi seperti sewaktu di Inter, posisi 10 atau 5 besar bukanlah hal yang mustahil untuk digapai.

Pada intinya Strama dan armadanya harus memanfaatkan momentum ini. Karena bila sampai lengah, klub-klub di belakang mereka seperti Inter dan AC Milan yang sedang berkembang bisa menyodok posisi mereka..

Apabila posisi 3 di klasemen sementara ini bisa dipertahankan sampai akhir musim, maka Stramaccioni akan menyamai pencapaian Alberto Zaccheroni pada musim 1997/98 dan Guidolin di musim 2011/12, di mana posisi tersebut merupakan pencapaian tertinggi Udinese dalam sejarah keukutsertaannya di Serie A sampai saat ini.

Berat memang untuk menyamai atau bahkan melebihi pencapaian tersebut. Apalagi klub ini memang tidak dirancang untuk menjadi juara atau berprestasi yang tinggi di liga. Bisa tetap eksis di level teratas dan tetap menjaga neraca keuangan klub untuk selalu positif memang menjadi tujuan utama klub yang dimiliki oleh Giampaolo Pozzo ini.

Tapi Udinese tetaplah Udinese. Di Stadion Friulli lah setiap musimnya mereka selalu menelurkan pemain-pemain berbakat dan selalu sarat kejutan. Dan tradisi tersebut sangat mungkin akan terulang lagi pada musim ini.

*Tulisan dikirim oleh Harri Rahmad Fadil berakun twitter @__diel

Komentar