Pelanggaran HAM di Pusaran Pendana Timur Tengah

Cerita

by redaksi

Pelanggaran HAM di Pusaran Pendana Timur Tengah

World Cup (Piala Dunia) akan bergulir kembali di Qatar tahun depan. Negara Timur Tengah ini telah memegang hak sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sejak 10 tahun lalu. Qatar pun mempersiapkan sarana terbaik demi menunjang keberlangsungan kompetisi tersebut, salah satunya adalah stadion.

Perhelatan Piala Dunia Qatar 2022 digelar di delapan stadion. Setiap stadion dibangun dari keringat para pekerja lokal dan imigran. Selama proses pembangunan, The Guardian merilis laporan investigasi terkait indikasi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Otoritas Qatar terhadap pekerja imigran.

Dalam laporan, setidaknya terdapat lebih dari 6.750 buruh imigran pembangunan stadion di Qatar yang mati. Angka kematian imigran itu adalah yang terbesar sejak tahun 2011. Negara penyumbang pekerja imigran ke Qatar, antara lain India (2711 kematian), Nepal (1641), Bangladesh (1018), Pakistan (824), Sri Lanka (557), Filipina, dan Kenya.

Negara penyumbang imigran berasal dari bagian Asia Timur (India, Nepal, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka), Asia Tenggara (Filipina), dan Afrika Timur (Kenya). Negara-negara tersebut memiliki pendapatan per kapita rendah menurut Trading Economics, bahkan di bawah Indonesia. Mereka bermigrasi demi memenuhi kebutuhan hidup di kampung halaman karena Qatar mempunyai pendapatan perkapita terbesar di Asia.

Pada 2019, cuaca panas ekstrem dinilai sebagai penyebab signifikan kematian para imigran. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan cuaca berlangsung selamat empat bulan. Pekerja mengalami kenaikan suhu tubuh sampai 38?.

Otoritas Qatar acap kali mengelak dengan argumen rata-rata para imigran yang tewas dianggap natural deaths; penyakit yang seketika merenggut nyawa; terutama pernafasan. Secara perhitungan, 80% imigran India tewas karena natural death sedangkan Nepal 48%. Lebih rinci, kematian akibat proses pembangunan sebanyak 7%, kecelakaan di jalan 12%, dan bunuh diri 7% dari kedua negara tersebut.

Padahal para imigran relatif muda dan sehat secara fisik ketika diseleksi. Jam kerja yang berlebihan - sejalan dengan cuaca ekstrim - membuat mereka tumbang.

“Atas kegagalan menyelidiki penyebab utama kematian pekerja migran, pihak berwenang Qatar mengabaikan tanda peringatan yang dapat, jika ditangani, menyelamatkan nyawa. Ini adalah pelanggaran hidup,” kata Kepala Ekonomi dan Keadilan Sosial Amnesty Internasional, Steve Cockburn.

Berkat kritik yang dilayangkan, Otoritas Qatar akhirnya mereduksi jam kerja saat cuaca panas ektrim dalam satu bulan. Namun nyatanya itu tidak menyelesaikan kompensasi atas nyawa yang terlanjur melayang. Dalam hal ini, adalah keluarga pekerja imigran.

Pada kontrak kerja, keluarga pekerja punya hak menerima kompensasi, jika pekerja tewas saat bertugas. Sementara itu, Qatar gagal menginvestigasi kematian ribuan imigran, sehingga tidak tahu mana yang layak mendapat ganti rugi. Keluarga tak kembali, kompensasi nihil.

Peristiwa tersebut yang mendorong pendukung Munchen menuntut klub memutus kerja sama dengan Qatar Airways. Protes ini sengaja berdekatan dengan agenda pertemuan tahunan antara manajemen klub dengan sponsor.

“Wajah terburuk Bayern Munchen ditunjukkan oleh mereka yang mengambil uang darah dari Qatar dan sejenisnya,” ungkap suporter Die Roten lewat spanduk.

Gerakan suporter klub raksasa Jerman itu, serupa protes pendukung Newcastle United, yakni berhadapan dengan masalah dari Timur Tengah. Ketika Pangeran Kerajaan Arab, Mohammed bin Salman, mengakuisisi kepemilikan penuh Newcastle, ada kekecewaan atas kenyataan bahwa pesohor dari Timur Tengah itu adalah pelanggar HAM.

Salman, menurut laporan CIA, terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khasoggi pada 2018. Khasoggi merupakan jurnalis terkemuka di Arab dan cukup dekat dengan Salman selama satu dekade ini. Namun Khasoggi memutuskan keluar dari lingkaran setan itu, lalu berbalik menyerang rezim Salman dengan berita penuh kritik. Ia tahu betul kebusukan Salman.

Sementara itu, tidak sedikit suporter The Magpies yang juga senang atas suntikan dana segar dari Arab. Pergantian kepemilikkan tentu menjadi secercah harapan baru agar klub bisa lebih baik dalam mengarungi kompetisi. Mereka menari-nari dan berdendang selaras dengan kostum ala Raja Arab.

Sang Calon Istri Khasoggi, Hatice Cengiz, sangat kecewa dengan sambutan suporter Newcastle terhadap Raja Arab. “Sejak kematiannya [Khasoggi], yang aku lakukan mencari keadilan setiap hari, setiap kesempatan yang kutemui, setiap tempat yang kukunjungi dan terus mencari,” ujarnya kepada BBC.

Cengiz rasa, suporter The Magpies hanya peduli tentang uang, bukan Khasoggi. Harusnya fans bisa memandang hal yang lebih penting dari uang: nyawa. Setidaknya, tambah Cengiz, hargai Khasoggi atas usahanya demi membela kebebasan berbicara.

Penolakan suporter atas pelanggaran oleh penyuntik dana klub, adalah bentuk kepedulian. Pendukung bukan hanya penikmat permainan si kulit bundar, dan senang jika klub berhasil mendapat tiga poin. Mereka adalah kelompok kolektif yang menginginkan klub berjalan semestinya, tanpa mencoreng nilai sejarah panjang.

Football is for the fans.

Komentar