Ketika Mutiara Hitam Tenggelam

Cerita

by redaksi

Ketika Mutiara Hitam Tenggelam

Dahaga penikmat sepakbola Indonesia yang haus akan asupan hiburan akhirnya terpenuhi pada 27 Agustus 2021. Setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19, Liga 1 kembali bergulir. Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi saksi bisu digelarnya pertandingan antara Bali United dengan Persik Kediri.

Pertemuan antara juara bertahan Liga 1 dan juara Liga 2 tersebut menandai kembali berputarnya roda kompetisi. Laga-laga awal telah terlaksana. Dari beberapa hasil pertandingan, dapat dinilai beberapa tim yang sukses dalam membentuk sebuah tim dan meraih poin penuh. Adapula tim yang masih terpuruk dan terus menerus menelan kekalahan. Hingga pekan pertandingan kesembilan, terdapat tiga tim yang belum menunjukkan peforma terbaiknya dan menghuni zona degradasi: Barito Putera, Persipura Jayapura, dan Persiraja Banda Aceh.

Sungguh pemandangan yang sangat asing tentunya melihat Persipura berada di zona merah. Sebagai tim dengan titel juara liga terbanyak dalam satu setengah dekade terakhir, jelas kondisi mereka sedang tidak baik-baik saja.

Tim Mutiara Hitam menelan enam kekalahan, dua kali seri, dan hanya mampu satu kali menang (itupun ketika bertemu Persiraja yang berstatus juru kunci hingga pekan kesembilan Liga 1). Para pendukung merasa peforma dari Persipura makin hari terus mengalami penurunan, apalagi setelah takluk dari Barito pada pekan kesembilan.

Melihat kondisi tersebut, para pendukung Persipura melakukan protes. Capo Angky, sapaan akrab dari Frangky yang merupakan pentolan kelompok Blackpearl Curva Nord 1963 bercerita kepada Pandit Football mengenai kesedihannya melihat kondisi Persipura yang sedang terpuruk di Liga 1. Ia tak rela melihat tim yang "sudah menjadi darah dagingnya" tersungkur di dasar klasemen.

Sosok yang hilang

Angky menuturkan kepada Pandit Football, jika dilihat dari kacamatanya sebagai pendukung, tidak adanya sosok panutan atau senior dalam tim merupakan satu dari sekian inti permasalahan terpuruknya Persipura saat ini. Kondisi dalam tim Persipura sejak sepeninggalan Boaz Solossa dan Yustinus Pae seperti kehilangan motivasi dan gairah dalam bermain.

Sosok Boaz sudah menjadi wajah Persipura dari tahun ke tahun. Keduanya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. “Orang berbicara Persipura, pasti berbicara Boaz Solossa. Orang berbicara Boaz Solossa, pasti orang berbicara Persipura,” tutur Angky.

Dua pemain senior, Ricardo Salampessy dan Ian Louis Kabes, yang diharapkan untuk meneruskan tongkat estafet tersebut dianggap belum mampu mengangkat performa tim untuk saat ini.

Permasalahan lainnya, menurut Angky, datang dari sosok yang begitu dihargai olehnya sendiri, Jacksen F. Tiago (JFT). Sebagai pendukung, Angky menghargai jasa JFT yang telah mempersembahkan tiga titel liga bersama Persipura. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah skuad Persipura saat itu sudah dihuni pemain yang kenyang akan pengalaman dan chemistry yang sudah terbentuk.

Di musim ini, JFT belum berhasil membawa Persipura ke penampilan terbaiknya. Kepada awak media setelah pertandingan melawan Barito, JFT sendiri menegaskan jika kekalahan tersebut merupakan tanggung jawabnya sebagai juru taktik.

Menurut Angky, mengganti JFT menjadi salah satu opsi yang patut dipertimbangkan demi keberlangsungan Persipura di divisi tertinggi sepakbola Indonesia. “Gomez De Olievera (mungkin) lebih tau karakter pemain Papua karena dia pernah melatih Persiwa Wamena dan Perseru Serui. Saya beberapa kali diskusi dengan mantan pemain dan menurutnya sosok Gomes De Olievera cocok dan bagus. Alfredo Vera pertama kali datang ke Persipura langsung membawa Persipura juara di tahun 2016 (juga bisa menjadi pengganti),” ujar Angky.

Pandit Football telah mencoba untuk berbincang mengenai hal ini dengan JFT. Namun, setelah dihubungi, yang bersangkutan tidak berkenan untuk mengomentari hal yang diluar teknis dan taktikal.

Manajemen tak Bergeming

Kesinambungan antara pemain, pelatih, manajemen, hingga pendukung merupakan hal yang mutlak. Namun, nampaknya hal tersebut tidak terjadi di tubuh Persipura. Angky selaku perwakilan pendukung dari Perspura merasa tidak ada keterbukaan manajemen kepada pendukung. Ia berharap adanya ruang diskusi antara pendukung dengan manajemen untuk membahas masa depan Persipura.

“Beberapa pengalaman sebelumnya manajemen tidak pernah mau duduk bareng dengan supporter. Mereka merasa bahwa mereka yang paling berkuasa, mereka yang mempunyai hak sepenuhnya, tapi ujung-ujungnya pasti minta dukungan dari masyarakat dan supporter.” Ujar Angky.

Nasib dari pendukung seolah terombang-ambing. Tidak adanya ruang untuk berbicara dan diskusi membuat gerah para pendukung Persipura. Turun ke Jalanan merupakan salah satu cara agar suara dari pendukung didengar oleh jajaran manajemen.

“Kalau kalian tidak mau kita duduk dan cerita bareng mendengarkan keluhan supporter seperti apa, supaya menajemen bisa berubah. Tapi nyatanya tidak mau, jadi jangan salahkan supporter kalau besok-besok ramai-ramai turun ke jalanan,” tutur Angky.

Akan ada beberapa tuntutan yang didiskusikan oleh pendukung Persipura. Jika tuntutan tersebut kembali tidak di gubris, para pendukung akan mengerahkan masa yang lebih banyak lagi.

Angky sendiri sempat dipolisikan perihal kritik yang dilontarkannya melalui akun Facebook terhadap manajemen. Ia menggunggah foto berupa bentangan poster bertuliskan “Rombak Management. Kami Tuntut Bento Madubun & Rocky Bebena. #BentoOut #RockyBebenaOut”.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan Angky untuk terus mengkritik. Ia enggan untuk mendukung hal yang salah. Tujuan ia terus mengkritisi manajemen adalah agar didengar dan manajemen memperbaiki kondisi Persipura yang sedang terpuruk.

“Saya sampai detik ini tidak akan pernah mundur dengan teman-teman sedikitpun. Apapun yang terjadi kita tetap maju untuk kebaikan Persipura, karena kalau bukan kita yang berjuang untuk tim, kita mau berharap kepada siapa lagi,” Tutur Angky.

Terakhir, Angky berpesan jika kritik seorang pendukung merupakan bentuk kecintaan individu atau kelompok terhadap tim yang dicintainya. Walaupun kritik mungkin terdengar bising oleh telinga pemain, pelatih, maupun manajemen, sebenarnya itu merupakan bentuk kepedulian pendukung terhadap perubahan tim kesayangannya.

Komentar