Langkah Awal Mbappe Menjadi Legenda

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Langkah Awal Mbappe Menjadi Legenda

Bukan Antoine Griezmann atau Lionel Messi yang menjadi pusat perhatian pada laga Perancis vs Argentina. Justru pemuda berusia 19 tahun yang menentukan hasil akhir laga ini; Kylian Mbappé. Pemain Paris Saint-Germain tersebut mencetak dua gol untuk Perancis dalam kemenangan atas Argentina, 4-3.

Mbappé sudah menunjukkan ketajamannya sejak awal babak. Perancis langsung unggul pada menit ke-13 setelah pelanggaran Marcos Rojo pada Mbappé membuahkan penalti. Setelah Argentina bangkit dan membalikkan keadaan, Perancis menyamakan kedudukan melalui Benjamin Pavard. Selang 10 menit setelah gol Pavard itulah Mbappé mencetak dua gol untuk semakin membenamkan Argentina.

Banyak yang terkejut Mbappé bisa menunjukkan potensi terbaiknya di laga melawan Argentina, di ajang sebesar Piala Dunia 2018. Tapi bagi kesebelasan-kesebelasan besar Eropa tampaknya tidak terlalu mengejutkan Mbappé bisa menyedot perhatian dunia di usia mudanya. Karena sejak usia belasan tahun, pemain kelahiran kota Paris ini sudah punya potensi menjadi pemain hebat sehingga diincar oleh banyak kesebelasan besar Eropa sejak lama.

Lahirnya Penerus Jejak Thierry Henry

Perancis menjuarai Piala Dunia 1998. Beberapa bulan setelah Zinedine Zidane berpesta mengangkat trofi yang diidamkan oleh seluruh timnas sepakbola di dunia itu, calon legenda sepakbola Perancis lahir. Mbappé lahir pada 20 Desember 1998.

Mbappé mungkin tak mengalami langsung betapa gegap gempitanya Piala Dunia 1998 di Perancis sehingga menginspirasinya untuk menjadi pesepakbola. Akan tetapi ia lahir dari keluarga olahragawan. Ibunya, Fayza, seorang atlet bola tangan. Sementara itu kakak tirinya, Jires Kembo Ekoko, juga berkarier di sepakbola di mana ia sempat membela timnas Perancis U21. Namun sepakbola menjadi bagian dari hidup Mbappé karena didikan sang ayah, Wilfried Mbappé, yang merupakan agen sekaligus pelatih.

Wilfried secara langsung mengajari Mbappé bermain sepakbola. Sama seperti Ekoko, Mbappé juga dilatih oleh sang ayah di AS Bondy.

Bakatnya sudah tercium sejak usia 8 tahun. Banyak yang mengira Mbappé memalsukan umur karena tubuhnya yang cukup tinggi dan kemampuannya di atas rata-rata usianya. Bahkan tawaran dari Chelsea langsung datang di usianya yang masih seumur jagung.

“Saya masih begitu muda ketika itu, mungkin 10 atau 11 tahun,” kata Mbappé ketika diwawancarai FourFourTwo. “Saya pergi ke London dan tinggal kurang dari seminggu di sana. Saya berlatih di Chelsea dan kami melakukan pertandingan persahabatan melawan Charlton Athletic.

“Kami menang 6-0 atau 7-0. Saya bermain di depan tetapi saya rasa saya tidak mencetak gol. Tapi itu pengalaman bagus; pengalaman pertama saya ke luar negeri dan kesempatan saya melihat bagaimana permainan sepakbola Inggris,” sambungnya.

Setelah Chelsea memutuskan untuk tak merekrutnya, Mbappé kembali ke Perancis dan kembali dilatih sang ayah. Beberapa tahun berselang, giliran Real Madrid yang tertarik mengujinya. Pelatih yang menguji kemampuannya secara langsung adalah Zinedine Zidane.

Real Madrid langsung tertarik dengan kemampuan Mbappé. Tapi saat itu sang ayah mengatakan bahwa kedatangan dirinya dan Mbappé ke Madrid hanya untuk memberikan Mbappé pengalaman. Wilfried enggan anaknya terlalu cepat pindah atau mengalami lonjakan karier terlalu dini yang bisa membuat anaknya tidak fokus menjalani karier.

Walaupun begitu Real Madrid menjadi kesebelasan yang tak terlupakan bagi Mbappé. Apalagi ia mengidolai Cristiano Ronaldo. Di kamarnya ia memiliki banyak poster Ronaldo yang berseragam Real Madrid.

Beberapa bulan berikutnya, Mbappé didaftarkan sang ayah ke Clairefontaine, pusat pelatihan nasional Perancis usia 13-15 tahun. Clairefontaine sendiri punya reputasi mengasah talenta-talenta berbakat Perancis untuk kemudian siap mengarungi karier profesional. Beberapa pemain yang pernah mencicipi akademi ini adalah Zidane, Griezmann, Paul Pogba, Patrice Evra, Hugo Lloris, Olivier Giroud, Laurent Koscielny, dan masih banyak lagi.

Popularitas Clairefontaine menjadikan akademi ini tempat nongkrong-nya para pemandu bakat kesebelasan-kesebelasan besar Eropa. Mbappé pun tak luput dari pantauan para talent scout tersebut. Real Madrid mencoba kembali untuk merekrutnya. Valencia pun tak mau kalah. Tapi akhirnya Mbappé lebih memilih AS Monaco atas saran sang ayah, dengan pertimbangan program pengembangan pemain muda Monaco lebih menjanjikan dibandingkan kesebelasan lain.

Di Monaco-lah Mbappé semakin terasah menjadi penyerang tajam. Ia menjalani debut senior di usia 16 tahun, memecahkan rekor pemain termuda Monaco yang sebelumnya dipegang legenda Perancis, Thierry Henry. Dua bulan setelah debut, giliran pencetak gol termuda Monaco yang dipecahkan Mbappé, lagi-lagi mengalahkan rekor Henry.

Sejak saat itulah Mbappé digadang-gadang sebagai penerus jejak Henry dan diprediksi bisa memiliki karier seperti Henry. Hal itu diamini oleh pelatih legendaris Perancis, Arsene Wenger. Permainan Mbappé mengingatkan Wenger pada Henry muda yang pernah dilatihnya saat keduanya masih di Monaco dan kemudian direkrut Arsenal. Karena itu juga Wenger sempat berusaha mendatangkan Mbappé ke Arsenal.

“Dia punya banyak kesamaan dengan Thierry,” ujar Wenger pada Independent tahun lalu. “Talentanya sangat menjanjikan. Ia juga bermain di Monaco seperti Thierry. Tapi tidak hanya itu, aspek mental yang membuat Thierry punya karier hebat. Itu yang harus ditunjukkannya sekarang. Walau begitu kami sempat menginginkannya musim lalu namun ia memilih bertahan di sana.”

Tapi tidak hanya disandingkan dengan Henry, Mbappé juga disebut-sebut punya talenta mendekati legenda asal Brasil, Ronaldo Nazario. Hal ini dikatakan mantan pemain timnas Perancis, Nicolas Anelka, ketika banyak yang menyandingkan gaya permainan Mbappé dengan dirinya.

“Sebenarnya dia mengingatkan saya pada Ronaldo saat bermain di Olimpiade 1996. Ia punya karakteristik seorang pemain kelas dunia,” kata Anelka sebelum Mbappé hijrah ke PSG. “Dia harus memilih untuk menjadi Ronaldo atau Anelka. Jika dia ingin seperti saya, dia hanya menjadi salah satu penyerang terbaik dengan karakter yang kuat. Tapi jika dia mengikuti jejak Ronaldo, il phenomenon, yang juga merupakan model saya dalam bermain, ia akan menjadi legenda dan membuat sejarah di olahraga ini.”

Mbappé mulai menampilkan kehebatannya pada musim 2016/17 saat masih membela Monaco. Setelah itu ia hijrah ke PSG. Real Madrid kembali berusaha mendapatkannya. Namun Mbappé lebih ingin bermain untuk kota kelahirannya dan menjadikan PSG sebesar Real Madrid.

“Betul tentang saya dan Madrid, tapi saya pikir itu sudah menjadi masa lalu. Sekarang saya bermain untuk PSG. Saya memilih PSG karena ini tim dari kota saya. Seperti seorang anak madrileno mendapatkan kesempatan bermain untuk timnya atau di tempat lain, di negara lain. Saya ingin bermain untuk PSG dan saya bahagia atas apa yang sudah berjalan sejauh ini. Saya percaya tim ini bisa melampaui Real Madrid untuk menjadi tim terbaik di dunia,” kata Mbappé sebelum lawan Real Madrid di Liga Champions musim lalu.

Cara Deschamps Memaksimalkan Mbappé

Didier Deschamps tak ragu memberikan debut di timnas senior Perancis untuk Mbappé yang baru berusia 18 tahun. Ketika itu Mbappé tampil impresif bersama Timnas Perancis U19 di Piala Eropa U19 2016. Mbappé mencetak lima gol dan Perancis berhasil menjadi juara.

Di mata Deschamps tampaknya Mbappé sudah terlihat spesial. Jika melihat skuat Perancis di Piala Eropa 2016, memang tak ada urgensi untuk mengandalkan pemuda ingusan. Giroud bisa bermain untuk dua atau tiga tahun lagi. Griezmann sedang dalam performa terbaiknya. Dimitri Payet punya kualitas menjanjikan. Alexandre Lacazette sangat tajam di Liga Perancis. Belum lagi pemain muda lainnya yang lebih dulu mengorbit seperti Kingsley Coman dan Anthony Martial masih bisa berkembang dan menjadi tumpuan lini depan Perancis.

Tapi di situlah kelebihan Mbappé. Di usia muda, ia punya banyak hal yang bisa ditawarkan untuk pelatih mana pun. Ia tinggi, meski tidak terlalu tinggi, tapi punya kecepatan mumpuni. Daya jelajahnya luas. Kemampuan unggul dalam situasi satu lawan satu jadi kekuatan utama. Penyelesaian akhirnya sudah klinis meski usianya belum genap 20 tahun.

Kehadiran Mbappé menyempurnakan lini depan Perancis yang berhasil melangkah ke final Piala Eropa 2016 di Piala Dunia 2018 ini. Ia ditempatkan di sisi kanan serangan dalam formasi dasar 4-2-3-1. Tapi dengan daya jelajahnya yang tinggi, ia bisa bergerak ke tengah.

Tugas utama Mbappé, lewat kecepatannya, adalah memanfaatkan setiap serangan balik yang dilancarkan Perancis. Giroud menjadi tembok sementara Griezmann menjadi penginisiasi serangan awal. Mbappé bisa dikatakan sebagai pemecah ketatnya pertahanan lawan lewat pergerakan dan kemampuan individunya.

Dalam praktiknya, 4-2-3-1 ala Deschamps ini bisa terlihat seperti 4-3-1-2. Blaise Matuidi yang default-nya bermain di winger kiri, akan memadatkan lapangan tengah untuk menjaga keseimbangan pertahanan ketika menyerang lewat Griezmann-Giroud-Mbappé. Tak ayal bola serangan langsung Perancis banyak mengarah lewat sisi kanan atau area bermain Mbappé.

Yang menjadi kelemahan Mbappé sendiri adalah kemampuan fisikal dan kemampuan bertahannya. Tapi Deschamps mengakalinya dengan membebastugaskan Mbappé dari tugas pertahanan, sekaligus sebagai pemain yang menjadi target untuk serangan balik. Penyerang yang ditugaskan membantu pertahanan adalah Griezmann yang sudah terbiasa bermain defensif bersama Atletico Madrid-nya Diego Simeone.

Karena kepiawaian Griezmann dalam bertahan dan menginisiasi serangan, akhirnya Deschamps mengeliminasi Dimitri Payet untuk skuat Piala Dunia 2018 meski di Piala Eropa 2016 pemain Marseille tersebut bermain impresif. Kehadiran Payet membuat peran Griezmann dalam membangun serangan menjadi minim. Sementara sekarang Griezmann menjadi pusat serangan Perancis dan kemampuan bertahannya membuat kelebihan Mbappé bisa termaksimalkan.

Kombinasi Griezmann-Mbappé ini menjadi kunci utama dalam transisi bertahan ke menyerang Perancis di Piala Dunia 2018 ini. Deschamps, meski Perancis dihuni oleh banyak talenta berbakat, memang tetap menggunakan pendekatan strategi yang mengutamakan rapat dan padatnya pertahanan.

Perancis justru agak kesulitan jika terlalu banyak menguasai bola atau membangun serangan lewat sirkulasi bola antar lini yang lambat, contohnya seperti saat melawan Australia dan Denmark. Tapi jika aliran bola dari belakang ke depan sangat cepat, banyak gol yang kemungkinan bisa tercipta. Skema inilah yang mampu memaksimalkan Griezmann dan Mbappé.

***

Di Piala Dunia 2018, Mbappé mengenakan seragam nomor punggung 10. Seragam itu pernah digunakan legenda-legenda Perancis. Zidane dan Michel Platini contohnya. Kepercayaan Deschamps pada Mbappé menjadi langkah awal Mbappé menjadi legenda.

Langkah Mbappé untuk menjadi legenda semakin meyakinkan usai Perancis menumbangkan Argentina. Dua golnya menyejajarkan dirinya dengan legenda Brasil, Pele, sebagai pencetak dua gol termuda di fase gugur. Di saat yang sama, dua gol Mbappé itu juga telah membuat legenda sepakbola dunia lainnya, Lionel Messi, gagal lagi mengangkat trofi Piala Dunia.

Komentar