Bayern Muenchen Memaksa The Godfather Kembali

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Bayern Muenchen Memaksa The Godfather Kembali

Barangkali, Jupp Heynckes sedang menikmati masa pensiunnya dengan tenang setelah mengakhiri kariernya dengan catatan manis pada 2013 lalu. Kerja kerasnya membuatnya pensiun yang terbayar oleh empat gelar dalam satu musim. Tapi ketenangan Heynckes dalam empat tahun terakhirnya ini harus terusik.

Hal itu karena ia dibujuk keluar dari masa pensiunnya untuk mengambil alih posisi pelatih sementara (interim) Bayern Muenchen sampai akhir musim ini. Semula, Willy Sagnol yang sebelumnya merupakan asisten pelatih, ditunjuk memimpin Bayern sambil menunggu kepastian pelatih baru. Tapi Sagnol masih belum bisa mengobati Bayern karena ia tidak mampu membawa kesebelasannya menang di kandang Hertha Berlin.

Bayern harus ditahan imbang 2-2 di Stadion Olympia pada akhir pekan lalu, Minggu (1/10). Padahal saat itu juga Thomas Tuchel digadang-gadang sebagai pelatih kesebelasan berjuluk The Bavarians tersebut. Tapi media Kicker mengabarkan bahwa Bayern tidak sabar dengan negosiasi yang alot dengan Tuchel. Hal itu membuat Bayern memaksa Heynckes untuk mengisi jabatan yang ditinggalkan Carlo Ancelotti setelah dipecat.

Keputusan menunjuk Heynckes diduga karena para pemain senior jadi penyebab pemecatan Ancelotti. Diindikasi bahwa para pemain senior itu kecewa kepada standar sesi latihan yang dipimpin mantan pelatih Real Madrid tersebut. Ada anggapan para pemain Bayern terlihat malas-malasan ketika bertanding maupun latihan. "Pada akhirnya Ancelotti punya lima pemain bintang yang melawannya," cetus Uli Hoeness sebagai Presiden Bayern, seperti dikutip dari ESPN FC.

Di sisi lain, rupanya penunjukan Heynckes juga tidak lepas dari saran yang diberikan Josep "Pep" Guardiola, manajer Manchester City. Media The Sun membocorkan bahwa Hoeness sempat bertemu dengan Pep untuk meminta saran tentang pelatih selanjutnya. Dikabarkan bahwa Pep menyarankan agar Hoeness kembali menunjuk Heynckes.

Saran Pep memang agak beralasan karena Heynckess merupakan pelatih yang mampu mengubah watak pemain-pemainnya. Heynckes mampu mengubah gengsi dan egoisme bintang lapangan di dalam diri Arjen Robben dan Franck Ribery. Khusus nama terakhir, Ribery merupakan pemain bertemperamental tinggi dan terkenal egois. Tapi Ribery, Robben dan para pemain lainnya bersedia berubah karena tuntutan dari Heynckes.

Diharapkan bahwa ditunjuknya Heynckes bisa mengubah watak para pemainnya yang kabarnya bermasalah sampai akhir musim ini. Akan menjadi bonus jika ia bisa membawa Bayern menjuarai Bundesliga dan Liga Champions 2017/2018. Atas penunjukannya, Heynckes menjadi pelatih paling tua di Eropa. Usia 72 saat ini lebih tua lima tahun dari Arsene Wenger yang menjabat manajer Arsenal.

Heynckes juga untuk keempat kalinya ditunjuk menjadi pelatih Bayern. Maka bukan tanpa alasan jika Heynckes bisa dibilang sebagai orang yang paling mengerti tentang klub ini. Bisa dibilang ialah The Godfather Bayern saat ini. Tapi sebetulnya, Heynckes sendiri masih mempertimbangkan tawaran Bayern tersebut. "Belum ada yang diputuskan. Pertama, saya harus menganalisis situasi keseluruhan. Setelah itu semua, sepakbola terus berubah sejak saya meninggalkan Bayern empat setengah tahun lalu," ungkapnya.

Cara Bermain Bayern Muenchen di Era Jupp Heynckes

Bayern dikenal kesebelasan yang komplit ketika dilatih Heynckes pada musim 2012/2013. Saat itu Bayern memiliki formasi 4-2-3-1 yang solid di setiap lininya. Pertahanan yang digalang Dante, David Alaba, Jerome Boateng dan Philipp Lahm menunjukkan kinerja brilian. Mereka terbantu dengan sistem bertahan Bayern yang mengubah formasinya menjadi 4-4-1-1 ketika bertahan memakai garis pertahanan tinggi.

Dua pemain sayap akan turun lebih rendah bersama gelandang tengahnya sehingga lini tengah terlihat lebih rapat dan padat. Istimewanya, pada saat itu Heynckes berhasil menurunkan ego Robben yang sebelumnya malas bertahan. Ia dipaksa Heynckes untuk melakukan aksi bertahan karena menerapkan pressing tinggi pada waktu itu.

Penyerang dan gelandang serang juga ditugaskan menjadi pemain pertama yang harus mencuri bola. Mereka akan berlari lebih dalam ke pertahanan lawannya untuk memberikan tekanan. Hal itu pun dilakukan agar lawannya tidak nyaman melakukan build-up serangan dari belakang. Kerapatan antar lini pun dijaga Bayern karena jarak antara bek tengah dengan penyerangnya jarang lebih dari 25 meter.

Melalui taktik itulah Bayern selalu mampu menguasai ruang dan wilayah lawannya selama dilatih pria yang besar oleh Borussia Moenchengladbach tersebut. Sementara ketika menyerang, Bayern di tangan Heynckes sangat mengandalkan pemain sayapnya yang berlari cepat diiringi giringan bola yang baik. Keahlian tersebutlah yang dimiliki Robben dan Ribery pada waktu itu.

Di tangan Heynckes jugalah Robben semakin mantap menjadi pemain sayap kanan berkaki kiri atau inverted winger. "Tim saya membuat taktik berjalan brilian. Kami berlari dan melawan," cetus Hencykes.

Kebebasan pemain sayap juga diberikan kepada kedua bek sayapnya. Alaba dan Lahm dituntut dibiarkan melakukan overlap ketika menyerang. Setelah itu, kedua full-back itu dibebaskan untuk melakukan dribel, cut inside, melepaskan tembakan, maupun umpan silang. Kreativitas sayap kesebelasan tersukses di Jerman itu mampu diseimbangkan lini tengahnya.

Pada waktu itu lini tengah Bayern dihuni dua poros ganda yang memiliki kemampuan operan yang akurat, Bastian Schweinsteiger dan Javi Martinez. Mereka mampu menjembatani antar sisi lapangan dari tengah, sekaligus menyokong gelandang serang pada waktu itu. Hal tersebut semakin mempermudah penyerangnya untuk mencetak gol pada waktu itu, baik Mario Mandzukic maupun Mario Gomez. Skema itulah yang diharapkan bisa kembali terlihat pada permainan Bayern saat ini.

Sumber lain: Bleacher Reports.

Komentar