Penurunan Kualitas, Peningkatan Kualitas Pep

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Penurunan Kualitas, Peningkatan Kualitas Pep

Berakhirnya Bundesliga (dan perjalanan FC Bayern München, karena mereka tidak harus menjalani final kejuaraan apapun) musim ini menandai selesainya tahun kedua Josep Guardiola di Jerman. Dua kalimat cukup untuk merangkum perjalanan, menilai hasil kerja, dan menggambarkan pria yang akrab disapa Pep tersebut: (1) sebagai pelatih, Pep lebih buruk dari musim lalu. (2) Sebagai manusia, ia lebih baik.

Ketika kembali memasuki dunia kepelatihan setelah menjalani libur panjang dahulu, Pep dihadapkan kepada dua tugas besar yang ditinggalkan Jupp Heynckes: membawa Bayern memenangi UEFA Super Cup dan FIFA Club World Cup 2013. Pep berhasil menyelesaikan kedua tugas tersebut dengan baik. Di akhir musim, Pep kembali mempersembahkan dua gelar tambahan: Bundesliga dan DFB-Pokal. Satu-satunya gelar yang tidak berhasil ia dapatkan adalah Champions League. Di kejuaraan antarkesebelasan terbesar di Eropa tersebut Bayern kalah dengan agregat 0-5 dari Real Madrid di semifinal.

Untuk ukuran musim pertama, hasil kerja Pep tehitung baik. Di Bundesliga ia mampu mengumpulkan 90 angka dari 29 kemenangan dan tiga hasil imbang. Rataan poin Bundesliga Bayern di musim pertama Pep mencapai angka 2,65. Inovasi taktik di final DFB-Pokal musim 2013/14 membuat Borussia Dortmund menyerah kalah dua gol tanpa balas. Bayen meninggalkan musim 2013/14 untuk menyambut musim 2014/15 yang cerah bersama Pep.

Nyatanya tidak demikian. Bayern memang kembali menjuarai Bundesliga, namun koleksi poin mereka menurun menjadi hanya 79 (2,32 poin per pertandingan). Produktivitas Bayern musim ini pun lebih buruk dibanding musim lalu. Sementara musim lalu Bayern mampu mencetak 94 gol, musim ini Bayern hanya berhasil 80 kali menyarangkan bola ke gawang lawan. Dan Bayern tidak berhasil menyandingkan gelar Bundesliga dengan DFB-Pokal karena mereka kalah dari Borussia Dortmund – kesebelasan yang musim ini sedang buruk-buruknya – di babak semifinal. Di babak semifinal pula perjalanan Bayern di Champions League berakhir. FC Barcelona, kesebelasan lama Pep, melaju ke final lewat keunggulan agregat 5-3.

Tak cukup sampai di situ, Pep juga menjadi alasan terkuat di balik keputusan dokter kepala Bayern, Hans-Wilhelm Müller-Wohlfahrt, untuk mengundurkan diri.  Müller-Wohlfahrt merasa lelah terus dijadikan kambing hitam oleh Guardiola di balik banyaknya jumlah cedera yang menimpa para pemain Bayern musim ini. Bersama Müller-Wohlfahrt, Kilian Müller-Wohlfahrt, Peter Ueblacker dan, Lutz Hänsel juga ikut meninggalkan Bayern.

Terlepas dari benar atau tidaknya Müller-Wohlfahrt melakukan penanganan yang buruk, cedera memang menjadi salah satu alasan kuat di balik menurunya performa Bayern musim ini; alasan kuat di balik kesulitan Pep dalam musim pertama penerapan penuh taktik barunya.

Jika musim lalu Pep lebih sering memainkan empat pemain belakang, musim ini ia lebih mengandalkan tiga pemain belakang. Javi Martínez, gelandang bertahan andalan yang sudah berada di Bayern sejak 2012, diberi peran baru sebagai pemain belakang ketiga. David Alaba dan Philipp Lahm didorong menjadi gelandang sayap.

Javi Martínez lebih dipilih sebagai pemain belakang karena satu alasan penting. Jika Pep – di titik manapun dalam pertandingan ingin Bayern kembali bermain dengan empat pemain belakang – ingin para pemainnya mengubah formasi, ia tidak perlu melakukan pergantian pemain. Pep tinggal mendorong Javi Martínez naik ke barisan gelandang dan menarik Lahm serta Alaba turun ke belakang.

Sialnya, Pep tidak dapat memaksimalkan Javi Martínez karena sang pemain menderita cedera pada 13 Agustus 2014. Javi Martínez terpaksa menepi selama 253 hari dan melewatkan 44 pertandingan Bayern. Lebih sial lagi, tiga bulan setelah kehilangan Javi Martínez, Lahm – yang menurut Pep adalah pemain paling cerdas yang pernah ia tangani – ikut-ikutan menderita cedera.

Ditambah Franck Ribéry, Arjen Robben, Bastian Schweinsteiger, Rafinha, dan Thiago Alcântara yang juga secara bergantian menepi, Pep menghadapi situasi sulit. Pilihannya terbatas, karenanya terbatas pula prestasi yang dapat ia persembahkan. Di balik semua kesulitan dan keterbatasan hasil dari pertandingan, Pep menjadi sosok yang lebih baik di luar lapangan.

Saat diperkenalkan secara resmi sebagai pelatih kepala Bayern pada 2013 lalu, Pep sudah cukup fasih berbahasa Jerman. Saat ini ia sudah jauh lebih fasih lagi. Satu hal lain yang lebih baik darinya adalah kemampuan menghindari siraman bir dari para pemainnya. Ia sudah lebih mengerti budaya Jerman. “Tidak mudah memandikan Pep Guardiola dengan bir hari ini karena ia lebih pandai bersembunyi ketimbang tahun lalu!” ujar Jérôme Boateng di hari perayaan gelar, Sabtu (23/5) lalu.

Komentar