Salam Hangat dari Suporter Bali untuk Suporter di Seluruh Indonesia

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Salam Hangat dari Suporter Bali untuk Suporter di Seluruh Indonesia

Siang itu, Kamis (21/9/2017), diadakan sebuah laga yang bisa disebut laga yang cukup menarik. Dua tim besar dalam ajang Liga 1 2017, yakni Persib Bandung dan Bali United, bersua di stadion yang dianggap cukup keramat oleh sebagian bobotoh dan juga tim-tim yang bertandang ke sana, Stadion Si Jalak Harupat. Ada pemandangan unik yang terjadi di sana.

Selayaknya laga kandang tim besar, puluhan ribu bobotoh sudah berjejal dan berdesak-desakan memenuhi tribun-tribun yang ada di Stadion Si Jalak Harupat. Warna biru, warna kebanggaan dari Persib, memenuhi tribun Stadion Si Jalak Harupat ketika itu. Memang ada selipan warna-warna selain biru, tetap tetap, warna biru menjadi warna yang mengalahkan warna-warna lain sore itu.

Dukungan dan teriakan dari para bobotoh, baik itu dari Viking, Bomber, dan juga pendukung-pendukung lain yang datang ke stadion mulai terasa jelang-jelang pertandingan dimulai. Entah itu chant, anthem, atau teriakan sepoi-sepoi dari para bobotoh, semua tercampur menjadi satu di langit siang menjelang sore Jalak Harupat saat itu. Namun jika Anda mau sedikit lebih khusyuk mendengarkan dan mau lebih jeli memperhatikan, sebenarnya ada warna lain yang juga tampak di sana saat itu.

Di wilayah tribun samping selatan, di dekat tribun VIP barat, ada sekelompok suporter yang sama sekali tidak mengenakan baju berwarna biru. Warna merah menjadi warna dominan mereka. Bahasa yang mereka gunakan ketika bercakap-cakap juga bukan bahasa Sunda, bahasa yang menjadi bahasa sehari-hari dari para bobotoh. Ini tentu menjadi anomali di tengah puluhan ribu bobotoh yang datang ke Stadion Si Jalak Harupat.

Meski berbeda, baik dari warna baju yang mereka kenakan maupun bahasa yang mereka gunakan, mereka tetap percaya diri dalam mendukung tim kesayangan mereka, Bali United. Mereka berteriak, bernyanyi, bahkan mereka tidak segan meneriakkan chant "Bali United Selamanya" beberapa kali. Merekalah para suporter Bali United, yang merupakan gabungan dari tiga firma, yaitu Brigaz Bali, Semeton Dewata, serta North Side Boys.

Di tengah kerumunan bobotoh yang ramai, mereka tidak sungkan untuk tetap berteriak, memberikan dukungan kepada para pemain Bali United yang tampil di atas lapangan. Walau tidak berjumlah banyak, kehadiran mereka tampak terasa di Stadion Si Jalak Harupat. Ini tak lepas dari salam perdamaian yang memang sudah mereka bawa dari Bali.

Sudah biasa bertandang ke kandang lawan

Setelah pertandingan, koordinator dari suporter Bali yang ke Bandung yang juga merupakan koordinator dari Brigaz Bali, I Nyoman Suharta bercerita banyak soal sejarah suporter di Bali. Ia menyebut bahwa sebenarnya sejak 2011, geliat suporter di Bali sudah terasa dengan berdirinya Brigaz Bali. Baru pada 2015, Semeton Dewata dan North Side Boys mulai menyemarakkan dunia suporter di Bali, seiring dengan munculnya Bali United Pusam.

"Kalau buat sejarahnya sendiri, Brigaz berdiri pada 2011, kalau Semeton Dewata sama NSB itu berdirinya sekitar 2015-an. Brigaz itu dulu mendukung Bali Devata, yang dulu itu main di Liga Primer Indonesia. Kalau dibilang senior juga enggak, tapi secara komunitas memang bisa dibilang Brigas lebih dahulu daripada kelompok suporter yang lain. Kalau di Bali, yang diakui manajemen itu ada tiga, yaitu Brigas Bali, Semeton Dewata, sama NSB," ujar Nyoman kepada tim Panditfootball.

Meski terbilang baru di dunia suporter Indonesia, jika dibandingkan dengan Viking, Bonek, atau The Jakmania, suporter Bali ini juga memiliki militansi yang tidak kalah tinggi. Dalam beberapa kesempatan, mereka kerap melakukan awaydays (bertandang) ke kandang lawan, meski ada juga yang baru pertama kali bertandang ke Bandung, yaitu North Side Boys.

Potret kebersamaan suporter Persib dan Bali

Bagi Nyoman sendiri, ia sudah bertandang selama empat kali ke Bandung. Sementara itu, suporter Bali yang lain bernama Dung Arya, mengungkapkan bahwa ia malah pernah sampai bertandang ke Makassar. Selama mereka bertandang, sambutan dari suporter lawan kepada mereka juga cukup baik.

"Kalau tandang ke Bandung sudah hampir empat kali. Ke GBLA pernah dulu datang sendiri waktu perkenalan Bali United. Kalau dulu waktu selesai uji coba juga setelah pertandingan kami rayakan bersama-sama dengan Bomber, itu sekitar lima orang. Kalau NSB baru kali ini ikut tandang ke Bandung," ujar Nyoman.

"Buat saya pribadi sendiri saya sudah pernah sampai tandang ke Makassar juga. Sambutan mereka juga bagus. Kita dari Bali memang menjunjung toleransi, sehingga kita harapkan toleransi ini juga bisa menurun sampai ke tingkat suporter. Kalah-menang kan itu urusan kesiapan tim. Intinya tetap kita harus damai. Untuk Persib, terima kasih atas sambutan hangatnya," ujar Dung Arya.

Ciri khas dan budaya dari suporter Bali

Selayak suporter-suporter lain yang memiliki ciri khasnya masing-masing, suporter-suporter yang berasal dari Bali ini juga memiliki ciri khasnya tersendiri. Ciri khas itu, seperti yang diujarkan Nyoman, adalah adanya unsur-unsur kearifan lokal yang dimasukkan oleh para suporter Bali ini ke dalam tribun stadion.

"Kalau untuk ciri khas sendiri, Brigaz Bali itu menerapkan kultur a la Indonesia, jadi kita galakkan kebudayaan lokal. Hal ini kadang-kadang kita selipkan di setiap laga kandang. Tapi kalau kelompok suporter lain, seperti NSB itu lebih cenderung ke Ultras, kalau Semeton baru mirip-mirip dengan kita."

"Kalau di dalam stadion, kita mengkombinasikan dukungan dengan budaya yang berusaha kita tunjukkan, karena kita berharap supaya ke depan liga lebih teratur, sehingga partai di kandang (I Wayan Dipta) bisa jadi sebuah wisata bola. Ini bisa terjadi kalau jadwalnya pas, tidak berubah-ubah. Kalau di dalam tribun, kita juga kerap memasukkan unsur-unsur kesenian Bali. Ada itu namanya itu dirijennya pake pakaian adat Bali dan memakai pakaian penari Bali. Untuk dirijennya itu ada, itu jadi ciri khas kami," ujar Nyoman.

Suporter Bali United yang hadir di Jalak Harupat

Selain soal ciri khas, meski terhitung baru suporter Bali sudah mampu berbaur dengan suporter-suporter lain yang ada di Indonesia. Seperti yang disebutkan oleh Nyoman, ketika bertandang ada juga budaya yang mereka bawa, yakni budaya kulon nuwon atau minta izin kepada suporter tim kandang untuk berekspresi di stadion ketika tandang. Hal yang sama juga mereka terapkan ketika ada suporter lawan yang bertandang ke Bali, karena pada dasarnya masyarakat Bali sudah lekat dengan toleransi.

"Terus terang setiap kami bertandang ke kandang lawan kami selalu minta izin ke suporter kandang. Kalau bisa bernyanyi, kita bernyanyi di kandang lawan, meski jumlahnya hanya dua atau tiga orang. Kami tetap berusaha untuk berekspresi. Hal sama juga berlaku untuk yang tandang ke Bali. Kita welcome terhadap semua suporter yang tandang ke Bali. Kita koordinasikan sendiri untuk sambutan suporter yang bertandang ke Bali, karena tujuan kami, suporter itu datang menonton bola dengan damai, nyaman, tenang, menang dan kalah itu hal biasa," ujar Nyoman.

***

Hari sudah menjelang petang. I Nyoman Suharta juga sudah bersiap pulang bersama rombongannya, beristirahat sejenak di Bandung, sebelum akhirnya pulang ke Bali. Sebelum pulang, Nyoman pun memberikan pesan dan harapannya semoga ke depan tidak lagi terjadi bentrok antar suporter di lapangan. Pesan serupa juga diberikan oleh Dung Arya agar ke depan situasi damai seperti yang tercipta dalam laga Persib-Bali dapat terus berlanjut.

"Harapan saya, semoga ke depannya tidak ada lagi bentrok antar suporter. Rivalitas hanya di atas lapangan, kita suporter hanya mendukung dan mendukung para pemain di atas lapangan tanpa ada aksi-aksi premanisme atau anarkis," pungkas Nyoman.

"Semoga ada sikap saling menghargai antar suporter. Toh ini juga kepentingannya untuk timnas, bukan hanya untuk liga ini saja. Saya kira sekarang saya senang lihat situasinya seperti ini (damai). Memang ada persaingan antar suporter klub-klub besar. Kita sebagai suporter Bali yang paling muda yang ikut di Liga 1 sudah mulai ada perubahan berupa pendekatan persaudaraan. Itu yang kita harapkan," pungkas Dung Arya.

Semoga saja, apa yang digemakan oleh suporter Bali ini dapat juga dirasakan oleh suporter-suporter klub lain. Perdamaian adalah hal yang indah, dan suporter Bali berusaha untuk memberikan salam hangat itu kepada seluruh suporter yang ada di Indonesia.

Komentar