Heiko Herrlich, Dari Leverkusen dan Kembali ke Leverkusen

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Heiko Herrlich, Dari Leverkusen dan Kembali ke Leverkusen

Banyak hal menarik yang bisa diceritakan dari seorang Heiko Herrlich. Tapi ada satu nama yang tak akan lepas dari pria berusia 45 tahun ini. Nama itu adalah Bayer Leverkusen.

Herrlich adalah pria dengan beragam kebiasaan unik. Salah satu dari kebiasaan unik yang ia miliki adalah ia kerap membaca kitab Injil kala sedang buang air di toilet. Hal ini pun dibenarkan oleh salah satu pria yang pernah satu kesebelasan dengannya kala ia membela Borussia Mönchengladbach, Martin Dahlin. Ia bahkan sampai menyebut bahwa Herrlich adalah pria aneh.

"Seorang pria aneh, yang kerap membaca Injil sambil buang air di toilet," kenang Dahlin.

Meski punya beragam kebiasaan unik, bukan berarti Herrlich tidak memiliki beragam prestasi juga. Sikap pantang menyerah, yang terbentuk dari masa remajanya yang liar di wilayah Mannheim, membuat ia menjadi pemain yang cukup bergelimang prestasi. Ia bahkan pernah merengkuh trofi Liga Champions bersama Borussia Dortmund, menjadi bagian dari skuat Die Borussen yang menaklukkan Juventus pada partai final di Olympiastadion, München pada 1997 silam.

Sikap pantang menyerah dan tidak mau kalah inilah, yang pada akhirnya membuat Bayer Leverkusen merekrutnya kembali. Namun kali ini tidak sebagai pemain, seperti pada 1989 silam, tapi sebagai pelatih.

Kenangan Bersama Leverkusen di Masa Remaja

Klub pertama yang dibela oleh sang pemain saat remaja lazimnya adalah klub yang tak mungkin terlupakan dalam benak mereka. Pun dengan yang dialami oleh Herrlich. Baginya, nama Bayer Leverkusen adalah nama yang akan ia ingat, karena lewat Leverkusen-lah ia mengenal sepakbola dalam skala yang lebih besar (profesional).

Pada musim 1989/1990, Herrlich mencatatkan debutnya di Bundesliga bersama Leverkusen dalam sebuah laga melawan Karlsruher SC. Laga itu memang tidak berakhir dengan kemenangan, tapi justru lewat laga itulah, Herrlich pertama kali merasakan atmosfer Bundesliga. Akhirnya sepanjang 1989 sampai 1993, Herrlich menghabiskan masa remaja dan masa mudanya di Leverkusen, walau pada akhirnya ia hanya menorehkan enam gol dari 75 laga bersama Die Werkself.

Perjalanannya sampai 1993 di Leverkusen itu, meski banyak dihiasi sebagai pemain pengganti, membuatnya banyak belajar. Selepas dari Leverkusen, ia pun menjadi salah satu pemain yang cukup mentereng di Bundesliga. Gelar Liga Champions pun akhirnya bisa ia rasakan di Borussia Dortmund, saat ia diasuh oleh pelatih kawakan asal Lorrach, Jerman, Ottmar Hitzfield.

Kembali ke Leverkusen, Bawa Semangat Baru

Lama tak kembali ke Leverkusen, setelah melanglang buana menjadi pemain dan pelatih, Herrlich pun akhirnya kembali ke kota yang sempat ia tinggali semasa remajanya itu. Untuk musim 2017/2018, Herrlich resmi menjadi pelatih Die Werkself. Mengenang romantisme yang pernah terjadi, ia pun menyebut kepulangannya ke klub yang sekarang bermarkas di BayArena ini sebagai ajang pulang kampung.

"Rasanya seperti pulang ke rumah. Saya ingat pertama kali ke sini saat saya masih berusia 17 tahun, dan ketika saya kembali sekarang, masih ada orang-orang lama yang bekerja di sini," ujar Herrlich dilansir dari situs resmi Leverkusen.

Kali ini, ia pulang ke Leverkusen membawa banyak pengalaman. Salah satu pengalaman yang ia kenang dan mungkin kelak akan ia bagikan adalah soal dirinya yang pernah terkena penyakit tumor di otak. Penyakit ini pernah menimpanya pada 2000 silam, saat ia masih berstatus sebagai pemain Borussia Dortmund.

"Itu adalah salah satu momen terburuk dalam hidupku," ungkap Herrlich mengenang penyakit tumor di otaknya, seperti dilansir situs resmi Bundesliga.

Namun, alih-alih menyerah, ia melawan penyakitnya tersebut. Bermodalkan sikap pantang menyerah yang sudah terpupuk di dalam dirinya semasa ia masih kecil, Herrlich melawan tumor di otaknya. Sekitar satu tahun kemudian, ia pun sembuh dan kembali tampil dalam Revierderby melawan Schalke 04. ia mendapatkan applause yang cukup meriah dari para suporter Schalke ketika itu.

Semangat pantang menyerah inilah yang sekarang ia bawa kembali ke Leverkusen. Tim yang pada musim 2016/2017 mencatatkan prestasi yang tidak terlalu mengesankan ini (peringkat 12 Bundesliga) ini butuh suntikan motivasi baru, apalagi setelah ditinggal Roger Schmidt yang memutuskan untuk hijrah ke Liga Super Tiongkok. Rudi Völler, direktur olahraga Leverkusen, juga sudah mengungkapkan tidak sabar akan ide-ide yang dibawa oleh Herrlich ke BayArena.

"Heiko (Herrlich) memiliki banyak pemikiran bagus, dan saya kira saya akan banyak berdiskusi dengannya. Tujuan kami jelas, kami akan segera merambah kompetisi Eropa dan dunia!" ujar Völler seperti dilansir situs resmi Leverkusen.

Dengan kembalinya Herrlich ke Bayer Leverkusen ini, menandakan bahwa ia memang dari Leverkusen dan sekarang kembali untuk Leverkusen juga. Sikap pantang menyerah inilah yang mungkin kelak akan membuat Bayer Leverkusen kembali menjadi klub yang disegani di Bundesliga, dan mungkin juga Eropa.

Lagi pula, tak ada salahnya berkontribusi untuk klub yang pernah mengenalkan Herrlich dengan Bundesliga.

foto: @bayer04_en

Komentar