Soal Ezra Walian dan Kepuasan Pemain Naturalisasi di Lini Depan

Cerita

by Randy Aprialdi 55217

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Soal Ezra Walian dan Kepuasan Pemain Naturalisasi di Lini Depan

Ezra Walian sedang diusahakan menjadi warga negara Indonesia yang semula berstatus penduduk Belanda. Naturalisasi Ezra dimaksudkan agar bisa memperkuat Indonesia pada ajang SEA Games 2017. Bahkan proses naturalisasi Ezra sampai masuk ke dalam agenda khusus rapat DPR RI.

Memang, proses naturalisasi pemain merupakan hal yang lumrah dan lazim juga dilakukan oleh negara-negara lain. Namun kebutuhan Indonesia menggunakan pemain naturalisasi, sebetulnya masih dipertanyakan. Padahal Indonesia pun masih mampu menjuarai Piala AFF U-19 2013 tanpa menggunakan pemain naturalisasi.

Pada tingkat timnas senior pun Indonesia tetap mampu sampai di final Piala AFF 2000, 2002 dan 2004 dengan mengandalkan pemain-pemain asli Indonesia. Sejauh ini prestasi Indonesia pun masih jalan di tempat walau sudah menggunakan pemain-pemain naturalisasi.

Indonesia sudah menggunakan jasa pemain naturalisasi sejak Piala AFF 2010, namun hasil yang diberikan masih sama. Indonesia tetap harus puas menjadi yang "kedua" alias runner-up. Padahal naturalisasi pemain diharapkan bisa menjadi jalan pintas bagi Indonesia untuk meraih prestasi di berbagai kompetisi, terutama menjuarai ajang-ajang sepakbola ASEAN.

Maka dari itulah kebutuhan pemain naturalisasi di Indonesia masih dipertanyakan. Untuk menjawab pertanyaan itu, Joko Driyono selaku Wakil Ketua Umum PSSI menjelaskan bahwa setiap negara memiliki masalah, tantangan, dan proyeksi yang berbeda soal naturalisasi pemain sepakbola.

"Di Indonesia sendiri, naturalisasi juga kombinasi antara kebutuhan dan optimalisasi peluang anak-anak muda dengan darah Indonesia. Dan tetap diyakini sebagai program komplemen, sementara, tetapi bukan prioritas," jelasnya ketika dihubungi melalui pesan singkat.

Kemudian ketika kami mewawancarai Hanif Thamrin, yang menjabat pada bagian media dan hubungan internasional di PSSI, ia menegaskan jika naturalisasi hanya akan dilakukan jika pemain tersebut memiliki darah atau keturunan Indonesia.

"Dari ketum (ketua umum, Edy Rahmayadi) sendiri, kita semua tahu dia punya rasa nasionalisme yang tinggi. Kalau memang gak perlu-perlu banget [pemain] asing dinaturalisasi, saya rasa beliau tidak punya kebijakan ke arah sana. Guidelines-nya kepada kita adalah: harus ada darah Indonesianya," kata Hanif yang pernah bekerja di Manchester City tersebut.

Proses naturalisasi dan pemberian kewarganegaraan Indonesia itu sendiri berdasarkan UU no. 12 tahun 2006 dan terdapat delapan syarat dalam kategori naturalisasi biasa. Namun syarat utama mengajukan permohonan naturalisasi yaitu sudah bertempat tinggal di Indonesia paling singkat lima tahun berturut-turut dan 10 tahun tidak berturut-turut.

Barulah ada syarat-syarat lain seperti bersedia membayar uang kas negara yang jumlahnya tergantung kepada penghasilan setiap bulan dan punya mata pencaharian tetap. Selanjutnya, tinggal mengajukan permohonan naturalisasi setelah melengkapi daftar persyaratan kepada pejabat atau perwakilan RI untuk diperiksa berkas-berkasnya.


Baca juga: #HiEssien, Pesan untukEssien dari Pecinta Sepakbola Indonesia


Lini Depan Paling Sering Dinaturalisasi

Keseriusan Indonesia melakukan naturalisasi kepada Ezra pun bukan tanpa alasan. Ia diharapkan bisa membantu timnas U-22 meraih medali emas SEA Games 2017, gelar yang menjadi ambisi Edy Rahmayadi selaku Ketua Umum PSSI. Jika naturalisasi berjalan lancar, Ezra akan bersaing dengan Ahmad Nur Hardianto dan Dendy Sulistyawan di lini depan Indonesia U-22.

Nur Hardianto dan Dendy merupakan penyerang yang masuk ke dalam daftar pemain timnas U-22 yang akan beruji coba dengan Myanmar di Stadion Pakansari, Selasa (21/3.2-17). Masih ada juga penyerang-penyerang muda lain yang berpotensial namun tidak dipanggil seperti Angga Febryanto Putra, Martinus Novianto, Muchlis Hadi Ning Syaifulloh, Muhammad Anang Adi Nugraha, dan lainnya.

Nama-nama penyerang lain itu akan terancam dengan kehadiran Ezra yang notabene berstatus sebagai pemain akademi Ajax. Bahkan kehadirannya pun mengancam eksistensi penyerang Indonesia yang sudah tercantum ke dalam skuat timnas Indonesia U-22 menghadapi Myanmar.

Penyerang memang merupakan posisi yang paling banyak dihabiskan pemain naturalisasi di Indonesia sejak munculnya Irfan Bachdim (yang banyak orang kira sebagai pemain naturalisasi, padahal bukan), Cristian Gonzales, Johnny Rudolf van Beukering, Sergio Van Dijk, sampai Ezra Walian baru-baru ini, jika dikorelasikan dengan pendapat Robert Rene Alberts, manajer PSM Makassar.

Menurut Alberts, menjamurnya penyerang naturalisasi sama seperti kebutuhan kesebelasan Indonesia kepada penyerang asing. Hal tersebut bukan berarti karena penyerang Indonesia tidak berkualitas, namun postur penyerang asing dianggap lebih memungkinkan untuk mencetak gol.

"Tentu kesebelasan mencari penyerang asing untuk mendapatkan kualitas yang berbeda dibanding dengan penyerang lokal dalam hal tinggi, berat [badan], dan panjang [kaki]. Meskipun begitu, kita bisa melihat di AFF Suzuki Cup baru-baru ini, kami (Indonesia) sebenarnya memiliki cukup banyak pemain menyerang yang bagus di Indonesia."

"Mungkin beberapa negara bisa bilang, `Kami tidak bisa mendapatkan penyerang yang bagus` tapi itu tidak bisa diterima karena kita tidak tahu jika ada gelandang serang yang bisa saja dijadikan penyerang," ujar Alberts ketika diwawancarai di Hotel Topaz Bandung beberapa waktu lalu.

Sementara Ezra sendiri bisa dibilang pemain pertama yang dinaturalisasi dalam usia di bawah 20 tahun. Sebelumnya, Indonesia lebih banyak naturalisasi di atas 20 tahun. Artinya, begitu banyak harapan PSSI dan Indonesia kepada Ezra. Apalagi Joko pun sejauh ini masih belum puas dengan hasil naturalisasi pemain-pemain sebelumnya.

"Jujur belum maksimal, tetapi kita harus dengan jernih melihatnya karena naturalisasi sering diyakini sebagai kelaziman dari globalisasi. Inisiatifnya tidak hanya dari kita (PSSI/negara), tetapi bisa dari atlet atau pemain yang bersangkutan," akunya.

Sementara Alberts memiliki pandangan tersendiri mengenai adanya pemain naturalisasi di Indonesia. Walau belum memberikan kontribusi yang signifikan, kemampuan serta pengalaman pemain asing atau naturalisasi seharusnya bisa dijadikan contoh para pesepakbola asli Indonesia.

"Tapi yang penting adalah bagaimana pemain muda bisa mendapatkan kesempatan untuk bermain bersama dengan penyerang-penyerang yang bagus dan belajar dari mereka, untuk kemudian bermain di tingkat internasional. Itulah kenapa kebanyakan kesebelasan mendatangkan penyerang asing atau bahkan melakukan naturalisasi kepada mereka," kata Alberts.

Komentar