Membandingkan 6 Laga Liga Inggris Leicester Sekarang dan Musim Lalu

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Membandingkan 6 Laga Liga Inggris Leicester Sekarang dan Musim Lalu

Leicester City menjalani hasil yang tak memuaskan pada awal musim 2016/2017 ini. Berstatus sebagai juara bertahan Liga Primer, tak membuat Leicester menjadi lebih digdaya. Justru dari enam pekan Liga Primer yang sudah berjalan, kesebelasan berjuluk The Foxes tersebut menelan tiga kekalahan.

Memang, pada tiga pertandingan lain, Leicester berhasil meraih dua kemenangan dan satu hasil imbang. Jika Leicester seperti kala berstatus tim promosi, hasil tersebut cukup memuaskan. Namun jika menilik musim lalu yang menjadi cerita indah Leicester City, tiga kekalahan adalah total kekalahan yang mereka raih dalam semusim.

Ya, Leicester City menjuarai Liga Primer Inggris 2015/2016 dengan hanya tiga kali menelan kekalahan. Sisanya, skuat asuhan Claudio Ranieri ini berhasil meraih 23 kemenangan dan imbang sebanyak 12 kali; dan membuat mereka unggul 10 poin atas Arsenal di bawahnya.

Musim lalu, hanya dua kesebelasan yang berhasil mengalahkan Leicester di Liga Primer; Arsenal dan Liverpool. Arsenal yang sempat menjadi juara paruh musim, dua kali mengalahkan Leicester dengan skor 5-2 dan 2-1. Sementara itu Liverpool berhasil menang 1-0 pada boxing day 2015.

Melawan kesebelasan-kesebelasan besar lain, Leicester selalu berhasil mencuri poin. Melawan Tottenham Hotspur berhasil meraih empat poin, melawan Manchester United berhasil mencuri dua poin, dari Liverpool tiga poin, dari Chelsea empat poin, dan Manchester City empat poin.

Akan tetapi musim ini, Liverpool dan Manchester United sudah berhasil mencuri tiga poin kala menghadapi Leicester City, bahkan keduanya dengan skor telak (4-1). Lebih mengejutkan lagi, Leicester City mengawali Liga Primer musim ini dengan dikalahkan kesebelasan promosi, Hull City (1-2).

Perlu menjadi catatan, ketiga kekalahan Leicester City pada Liga Primer musim ini terjadi saat menjalani laga tandang, salah satu yang terburuk musim ini. Padahal musim lalu catatan laga tandang Leicester merupakan yang terbaik dengan menorehkan 11 kemenangan, enam hasil seri dan dua kekalahan.

Apa yang terjadi pada musim ini memang berbanding terbalik dengan yang terjadi musim lalu. Saat ini, dari enam laga, Leicester menempati peringkat ke-12 dengan sempat menempati peringkat 17 sebagai peringkat terburuk. Musim lalu, di enam laga awal, Leicester City menempati peringkat empat klasemen setelah meraih tiga kemenangan dan tiga kali imbang. Peringkat tujuh (pada pekan ke-7 setelah dikalahkan Arsenal) menjadi peringkat terburuk Leicester musim lalu.

Dari jumlah kebobolan pun Leicester menunjukkan penurunan. Jika musim lalu memiliki rataan kebobolan 0,9 gol per pertandingan (dari 38 laga), musim ini rataan kebobolan Leicester mencapai 1,8 gol per pertandingan (dari 6 laga).

Para pemain andalan seperti Jamie Vardy dan Riyad Mahrez pun belum menunjukkan tajinya sejauh ini. Vardy berhasil mencetak 4 gol dan 2 asis pada 6 laga awal musim lalu, sementara Mahrez mencetak 5 gol dan 2 asis. Musim ini? Vardy baru mencetak 2 gol dan 1 asis, Mahrez 1 gol dan 1 asis (plus 1 kali kegagalan penalti).

Berbagai macam faktor tentunya menyebabkan Leicester tak lagi tampil superior. Dimulai dari kehilangannya N`Golo Kante, lemahnya antisipasi bola mati, bergabungnya pemain baru yang mengubah permainan Leicester, hingga kubu lawan yang semakin meningkatkan kualitasnya. Kami pun sebelum musim bergulir memprediksi jika Leicester City tidak akan seimpresif musim lalu.

Ranieri pun menyadari bahwa awal musim ini begitu berat baginya beserta anak asuhannya. Namun yang paling ia soroti adalah reaksi para pemainnya ketika kebobolan yang berbeda dari musim lalu.

"Musim lalu segalanya berjalan sempurna, musim ini tidak," ujar Ranieri seperti yang dikutip Telegraph. "Kesempatan pertama lawan, mereka mencetak gol. Saya tidak senang atas reaksi tim saya; boleh kebobolan tapi saya ingin mereka selalu bereaksi setiap kebobolan."

Lebih jauh, Ranieri menduga anak asuhnya terlalu mendapatkan tekanan dengan status sebagai juara bertahan. Ditambah lagi dengan ada peraturan baru, adaptasi musim ini pun terasa lebih berat bagi Leicester.

"Saya berbicara pada para pemain, dan mereka ketakutan. Wasit berbicara tidak tentang peraturan baru, tapi tentang apa yang sedang kami lakukan. Musim lalu kami kami merupakan kesebelasan dengan lini pertahanan terbaik dan sangat sedikit kebobolan dari bola mati. Sekarang, kami menciptakan celah empat meter. Kami jelas harus memperbaiki lini pertahanan," tambah Ranieri.

Musim ini jelas masih panjang. Walau tiga musim terakhir setiap juara Liga Primer hanya menelan tiga kekalahan dalam semusim, namun masih banyak laga yang bisa menentukan di mana Leicester City berada pada akhir musim nanti.

Hanya saja setiap kekalahan pasti akan berarti mengingat kesebelasan-kesebelasan besar seperti Arsenal, Liverpool, Tottenham Hotspur, Chelsea, dan khususnya Manchester City, mulai menunjukkan performa yang lebih baik dari musim lalu. Leicester jelas harus segera berbenah dan menemukan skema pertahanan terbaik sebelum tersingkir lebih dini dari perebutan gelar juara musim ini, karena Ranieri yakin skuat asuhannya bisa melanjutkan dongeng indah pada Leicester pada musim ini.

Jadi, apakah Leicester City akan mempertahankan gelar juara Liga Primer musim ini?

Komentar