Human Error dalam Senyum Getir Nil Maizar

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Human Error dalam Senyum Getir Nil Maizar

Hengki Ardiles kebingungan. Vendry Mofu tertawa keheranan. Mamadou Alhadji terkapar. Sementara Saepulloh Maulana sibuk menenangkan Jandia Eka Putra yang meradang. Sedangkan di bench Semen Padang, pelatih mereka, Nil Maizar, tersenyum getir.

Situasi itu terlihat pada menit ke-77 pertandingan leg pertama semifinal Piala Jenderal Sudirman antara Semen Padang yang menghadapi tuan rumah Stadion Segiri, Pusamania Borneo FC. Saat itu, wasit pertandingan, Thariq Alkatiri, menunjuk titik putih karena menganggap kapten Semen Padang, Hengki, menjatuhkan penyerang Borneo FC, Herman Dzumafo, di kotak penalti.

Senyum getir coach Nil atas keputusan itu tampaknya bermakna lebih mendalam bagi pelatih yang juga pernah menukangi timnas Indonesia tersebut. Pasca pertandingan, ia mengungkapkan perasaannya. Ia ternyata merasa ada kejahatan pada pertandingan tersebut.

“Kami akan berjuang habis-habisan untuk membalas kekalahan di leg kedua. Ingat, kejahatan itu seperti bunyi gema. Semakin dipukul maka pantulan suara yang balik juga akan semakin kencang,” ujar pelatih berusia 46 tahun tersebut seperti yang ditulis JPNN.

Pada konferensi pers usai pertandingan, Nil menyebutkan bahwa adanya human error pada laga yang berakhir dengan skor 2-0 untuk tim tuan rumah tersebut. Dan menurutnya, hal tersebut sangat memengaruhi hasil pertandingan.

“Saya sebut ini human error. Untuk siapa? Saya tidak tahu. Yang jelas Semen Padang sudah maksimal di lapangan. Tapi kalian (wartawan) bisa lihat sendiri kepemimpinan wasit di lapangan. Saya tidak mau berkomentar. Nanti kita lihat di Padang,” ujarnya.

Hal tersebut diamini sang asisten pelatih, Dino Sefriyanto. Bahkan Dino tak ragu bahwa human error yang dimaksud Nil adalah keputusan-keputusan Thariq Alkatiri sebagai wasit pertandingan, “Ini karena human error wasit. Saya lihat kualitas Thariq Alkatiri tidak sebagus empat tahun lalu.”

Laga ini sendiri memang menghadirkan pertandingan keras. Statistik mencatatkan terdapat 43 pelanggaran dengan 23 untuk tuan rumah dan 20 untuk Semen Padang. Tujuh kartu kuning dan satu kartu merah pun dikeluarkan wasit pada laga ini.

Hal ini terjadi tak lepas dari strategi yang dimainkan oleh Pusamania Borneo FC. Skuat besutan Kas Hartadi ini memainkan pressing agresif bahkan sejak para pemain Semen Padang menguasai bola di area pertahanan mereka sendiri.

“Ini adalah permainan terbaik yang ditunjukkan pemain kami,” ujar Kas Hartadi juga pada konferensi pers usai pertandingan. “Strategi untuk memberikan pressure ketat kepada pemain lawan berjalan sempurna. Itu yang membuat Semen Padang tak mendapatkan banyak peluang.”

Secara strategi sebenarnya Semen Padang pun tak bisa dibilang tak mendapatkan banyak peluang. 11 upaya tembakan dengan enam on target di kandang lawan (tuan rumah 17 tembakan empat mengarah ke gawang) sedikit bisa menunjukkan bahwa Semen Padang pun memberikan perlawanan sengit pada laga ini.

Lantas di mana letak human error yang dimaksud Nil Maizar? Sejak babak pertama, tampaknya Nil Maizar menyadari bahwa Thariq dan asistennya beberapa kali memberikan keputusan merugikan pada timnya. Keputusan merugikan tersebut berupa pelanggaran-pelanggaran yang tidak berbuah kartu kuning meski sebenarnya layak diberikan kartu.

Pada menit ke-13, James Koko Lomell yang sedang melindungi bola dari Goran Ganchev disikut Ponaryo Astaman di bagian dadanya. 13 menit kemudian giliran Jandia Eka Putra yang harus mendapatkan perawatan setelah mendapatkan benturan dari penyerang Borneo FC, Jajang Mulyana, saat memotong bola sepakpojok.

Ponaryo saat menyikut dada James Koko Lomell
Ponaryo saat menyikut dada James Koko Lomell

Tak hanya sampai di situ, tiga menit kemudian Alhadji mendapatkan tendangan di pahanya dari Srdan Lopicic (keputusan wasit benar karena Lopicic diganjar kartu kuning). Namun ketika Alhadji dengan cerdik merebut bola dari Jajang Mulyana, wasit meniupkan peluit tanda pelanggaran. Bahkan setelah itu pertandingan kembali dimulai tanpa wasit meniupkan peluit karena PBFC dengan cepat menggulirkan bola sehingga terciptanya peluang emas dari Sultan Samma.

Nil Maizar mulai kecewa atas kepemimpinan wasit. Ia lantas memanggil semua pemainnya mendekati bench sebagai bentuk protes. Ia juga mendebat keputusan wasit pada wasit keempat yang melarangnya menghentikan pertandingan. Namun tak berlangsung lebih dari semenit, pertandingan kembali dilanjutkan dengan gestur Nil yang tampak menginstruksikan para pemainnya untuk tetap fokus.

Hanya saja ketika pertandingan tampak seolah kembali berjalan normal, insiden kembali terjadi sebelum babak pertama berakhir. Di sisi kanan, ketika Bagas Adi Nugroho membawa bola, ia diterjang Rizki Pora di mana kaki bek kiri PBFC tersebut menghujam mulut Adi. Wasit hanya memberikan pelanggaran dan peringatan pada Rizki Pora padahal jika kaki sampai mendarat di muka, mengganjar kartu kuning adalah peringatan yang lebih ideal.

Kaki Rizki Pora yang melayang ke wajah Adi Nugroho
Kaki Rizki Pora yang melayang ke wajah Adi Nugroho

Pada babak kedua, Adi Nugroho kembali menjadi korban pelanggaran keras. Pada menit ke-55, giliran Diego Michiels yang menerjang paha pemain berusia 19 tahun tersebut. Tapi Diego bebas dari hukuman kartu kuning meski wasit memberikan pelanggaran untuk Semen Padang. Melihat Adi kerap menjadi korban, Nil menariknya keluar dan menggantikannya dengan Rudi.

Tapi puncak dari segala keputusan wasit yang tidak adil (menurut Nil) tentu saja proses terjadinya penalti untuk PBFC pada menit ke-77. Nil merasa bahwa seharusnya penalti tersebut tidak terjadi. Ditambah lagi Vendry Mofu mendapatkan kartu merah pada menit ke-89, “Kita semua melihat, ada kebobolan melalui penalti dan kartu merah yang sebenarnya bukan pelanggaran.”

Nil boleh geram. Tapi meski sebenarnya pada hukuman penalti ini situasi bola sebenarnya fifty-fifty, kepintaran Dzumafo pun menjadi nilai lebih. Kecerdikan Dzumafo menjatuhkan diri ketika sebenarnya ia memiliki badan yang lebih kuat dibanding Hengki dan membuahkan penalti untuk PBFC tentunya bagian dari strategi. Lopicic pun mengeksekusinya dengan baik.

Setelah tertinggal 0-1, barulah Semen Padang lebih agresif, seolah meladeni strategi PBFC. Hal ini juga yang memancing Ponaryo kembali melakukan tindakan tidak sportif ketika ia menendang kaki Satrio Syam hingga terjatuh padahal bola sudah berhasil disapunya.

Pada menit ke-84, Nur Iskandar pun mendapatkan pelanggaran keras. Ia dihadang tiga pemain PBFC. Salah satunya adalah Ponaryo, yang kemudian terjatuh dan menimpa Nur Iskandar yang lebih dulu terjatuh. Nur Iskandar yang ketika Semen Padang kebobolan terlihat menenangkan rekan-rekannya, menunjukkan rasa kekesalannya tersebut dengan menendang bola sekeras-kerasnya meski pelanggaran diberikan.

Nur Iskandar terjatuh ketika dihadang tiga pemain PBFC
Nur Iskandar terjatuh ketika dihadang tiga pemain PBFC

Sementara itu, kartu merah Mofu sebenarnya dihasilkan dari dua kartu kuning. Yang pertama setelah melakukan handball pada babak pertama dan yang kedua ketika melanggar Ade Jantra yang masuk menggantikan Terens Owang Puhiri pada babak kedua. Salah jika Nil menyebut yang dilakukan Mofu pada Ade Jantra bukan pelanggaran. Tapi pelanggaran berbuah kartu kuning jelas bisa diperdebatkan.

Setelah bermain dengan 10 pemain, sebenarnya Semen Padang memiliki peluang melalui sepakan Nur Iskandar yang masih mampu diredam kiper PBFC, Galih Sudaryono. Namun kalah jumlah pemain, Semen Padang kerepotan menghadapi serangan balik PBFC yang akhirnya mencetak gol kedua jelan pertandingan berakhir, kembali melalui kaki Lopicic.

Nil Maizar boleh kesal. Namun apa yang dilakukan PBFC bisa dibilang strategi sepakbola yang berhasil. Pressing ketat dengan tekel agresif berhasil membuat para pemain Semen Padang terganggu permainannya. Nil pun akhirnya lebih mengikhlaskan laga ini dan bertekad membalasnya pada leg kedua nanti yang berlangsung di Stadion Haji Agus Salim kandang Semen Padang.

“Tuhan pasti adil. Semen Padang akan bermain lebih cantik di kandang sendiri. Kami menargetkan kemenangan dengan skor 3-0,” tukasnya.

*Gambar di atas adalah senyum Nil Maizar ketika wasit menunjuk titik putih untuk PBFC

Komentar