Tersenyumlah Seperti Ronaldinho, Kawan!

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tersenyumlah Seperti Ronaldinho, Kawan!

Dale Carnegie, dalam buku How to Win Friends and Influence People, mengungkap sebuah rahasia sederhana untuk memberi kesan pertama yang luar biasa: "tersenyumlah". Ronaldinho tidak harus membaca buku ini jika ia tidak mau, karena ia sudah tahu apa yang tak banyak disadari oleh kebanyakan orang. Siapa yang tidak mengingat senyum Ronaldinho ketika memikirkan dirinya?

Senyum tulus, tepatnya. Ronaldinho meninggalkan kesan mendalam dan ingatan yang melekat karena ia tidak memalsukan senyumnya.

Senyum tulus, atau senyum Duchenne (dari Guillaume-Benjamin-Amand Duchenne, neurolog Perancis yang pertama kali menjelaskan senyum tulus secara ilmiah) dapat dilihat dari otot-otot yang membentuk senyum. Senyum tulus dibentuk oleh otot zygomatic major dan orbicularis oculi, sedangkan senyum palsu? Lupakanlah. membedakan senyum tulus dan senyum palsu bukanlah sesuatu yang sulit.





Senyum Ronaldinho bukanlah senyum palsu. Karena itulah banyak orang menyukainya. Karena itulah para pendukung Real Madrid dengan senang hati memberinya standing ovation setelah Ronaldinho, yang bermain membela kesebelasan rival mereka, mempermalukan para pemain Madrid dalam sebuah rangkaian gerakan indah yang berujung gol.

Bunda Teresa jelas tidak sedang membicarakan perdamaian sesaat dalam El Clásico edisi 19 November 2005 di Estadio Santiago Bernabéu ketika beliau berujar "perdamaian dimulai dengan senyuman". Namun Ronaldinho membuktikan kebenaran ucapan tersebut.

Sangat hebat saja, bagaimanapun, tidak cukup. Jika saja Ronaldinho bukan pribadi ramah yang murah senyum, bisa saja para pendukung Madrid segan mengakui kehebatannya. Senyuman, kata Max Forrester Eastman (penulis asal Amerika Serikat), adalah ucapan selamat datang yang universal. Ronaldinho dengan tulus menerima semua orang dalam setiap senyuman; maka banyak orang dengan tulus menerima dirinya.

"Senyummu adalah pembawa pesan akan kebaikanmu. Senyummu mencerahkan kehidupan semua orang yang melihatnya. Bagi seseorang yang telah melihat belasan orang bermuka masam, muram, atau membuang muka, senyummu bagaikan mentari yang menembus mendung," tulis Carnegie. Seperti itulah Ronaldinho membuat puluhan ribu pendukung Madrid di Bernabéu mengesampingkan perselisihan Barcelona-Madrid untuk beberapa saat.

Ronaldinho, jika mengacu kepada definisi Thomas Paine mengenai pria sejati, adalah seorang pria sejati. Pria sejati, ujar Paine, tersenyum dalam masalah, mengumpulkan kekuatan dari kesulitan, dan tumbuh menguat dari celaan.

Melihat Ronaldinho tersenyum saat merayakan gol atau kemenangan adalah hal biasa. Yang membuat dirinya nampak luar biasa adalah fakta bahwa ia selalu berbahagia. Dilanggar lawan, ia tersenyum. Menerima kartu kuning yang ia rasa tidak seharusnya ia terima, Ronaldinho tersenyum. Ia tersenyum dalam segala situasi, dan ia membuat orang lain ikut tersenyum karenanya. Ronaldinho tumbuh dalam keluarga yang berbahagia. Ia tumbuh di rumah yang selalu berbahagia. Dan ia menularkan kebahagiaan yang ia dapatkan ke seluruh dunia.

Jika di titik ini Anda masih merasa tersenyum tidak ada untungnya, ingatlah bahwa Ronaldinho buruk rupa. Ia sendiri mengakuinya. Namun banyak orang menyukainya; termasuk kaum hawa.

Baca juga: Akhir Dari Terombang-ambingnya Masa Depan Ronaldinho

Ronaldinho Jadi Penyanyi Rap?


"Aku buruk rupa, namun aku memiliki daya tarik," pernah ia berkata suatu ketika. Daya tarik yang ia bicarakan, tidak lain dan tidak bukan, adalah senyumnya yang tulus.

Maka, berkaca kepada Ronaldinho dan segala kebahagiaan serta kenikmatan hidup yang ia miliki, tersenyumlah.

Ia bahkan tersenyum tatkala mendapatkan hal buruk.

Saya pernah melihat ia diusir wasit, kala masih berseragam AC Milan. Ia diusir karena dianggap protes berlebihan. Ronaldinho terkejut, wajahnya terlihat kaget, tapi bahkan dalam keterkejutan dan kekagetan itu pun ia tak bisa menutupi satu hal: senyumnya. Ia kaget sembari tetap tersenyum.

Di titik inilah, akhirnya, senyum Ronaldinho menjadi berbeda.

Orang kebanyakan tersenyum saat sedang merasakan kebahagiaan dan suka cita. Dari Ronaldinho, mungkin, kita mendapatkan hikmah yang agak lain: bukan kebahagiaan yang melahirkan senyuman, tapi senyuman yang justru akan mendatangkan kebahagiaan.

Ayo tersenyum, kawan!

Baca juga: Mendapat Komentar Rasis, Apa Reaksi Ronaldinho?

Komentar