Tanpa Piala Dunia, Tak Akan Ada Son Heung-min di Bundesliga

Cerita

by Redaksi 46 97300

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tanpa Piala Dunia, Tak Akan Ada Son Heung-min di Bundesliga

Son Heung-min baru menginjak 23 tahun pada 8 Juli mendatang. Namun, ia telah sukses membuat perhatian penggemar Bundesliga khususnya, tertuju padanya. Tiga gol yang ia cetak ke gawang Wolfsburg, membuat Bayer Leverkusen mampu menyamakan kedudukan setelah tertinggal 0-3. Pertandingan pun kembali panas.

Di Leverkusen, Heung-min lebih sering menempati pos sayap kiri. Meskipun begitu, catatan golnya terbilang mentereng. Ia sudah mencetak delapan gol dan dua assist. Catatan golnya tersebut merupakan yang kedua terbanyak setelah Karim Bellarabi yang juga menempati pos sayap kanan.

Sistem permainan di Leverkusen terbilang efektif. Gelandang serang dan penyerang bertugas membuat dan menyelesaikan peluang. Ini terlihat dari capaian gol dan assist yang didominasi oleh gelandang serang dan penyerang.

Ini yang membuat karir Heung-min bersama Leverkusen terbilang mulus. Di level profesional, selain Leverkusen, Heung-min hanya memperkuat Hamburger SV sebagai kesebelasan pertamanya. Di HSV, ia mencatatkan rekor sebagai pencetak gol termuda di kesebelasan tersebut pada 30 Oktober 2010.

Heung-min pun digadang-gadang akan menjadi “The Next Cha Bum Kun”, terlebih setelah ia hijrah ke Leverkusen, yang merupakan kesebelasan terakhir yang dibela Bum-kun.

Kepindahannya ke Leverkusen pun diiringi dengan nilai transfer terbesar dalam sejarah mereka: 10 juta euro! Di awal karirnya bersama Leverkusen, ia mencetak total 12 gol dari 43 pertandingan. Pada musim ini, ia sudah melalui apa yang dicapainya pada tahun lalu. Dari 29 pertandingan, ia sudah mencetak 14 gol.

Wajar bila pelatih kesebelasan negara (sangara) Korea Selatan asal Jerman, Uli Stielike menyiapkan tempat khusus di sayap kiri untuk Heung-min pada Piala Asia 2015. Pada ajang tersebut, ia mencetak tiga gol, termasuk satu gol penyama pada injury time babak kedua pada partai final.


Bersama sangara Korea Selatan (Sumber: theaustralian.com.au)

Di Leverkusen, rekan-rekan Heung-min memanggil dirinya dengan sebutan “Son-aldo” yang merujuk pada Cristiano Ronaldo. Hal ini tidak lepas dari kemiripan posisi serta kemampuannya mencetak gol meski bukan seorang penyerang tengah.

“Aku senang tentang nama panggilanku, karena Cristiano Ronaldo adalah model panutanku,” tutur Heung-min kepada ESPNFC setahun silam.

Heung-min sebenarnya tidak akan sesukses sekarang andai ia gagal bersinar pada Piala Dunia U-17. Heung-min yang masih berusia 16 tahun kala itu, dilepas Hamburg karena dianggap tidak berkembang. Ia pun tanpa tim selama enam bulan. Setelah Piala Dunia U-17, Hamburg pun kembali memanggilnya, dan hasilnya adalah seperti yang kita lihat saat ini.

“Saat itu, aku harus pergi karena aku tidak ditawari kontrak baru,” kata Heung-min pada Bundesliga.

Sama seperti rekan-rekannya yang lain, pesepakbola Korea Selatan dikenal pekerja keras. Yang ada di pikirannya adalah memberikan yang terbaik bagi kesebelasan yang ia bela. Ia pun tidak peduli terhadap instruksi yang diberikan pelatih, karena semua itu akan ia jalani dengan sebaik-baiknya.

Kepada ESPNFC ia bahkan sempat berujar kalau ia tidak peduli di posisi mana ia ditempatkan, yang penting ia bisa ada di atas lapangan. “Apapun yang pelatih katakan, akan aku lakukan,” tutur Heung-min, “Aku tidak punya posisi favorit. Di posisi manapun, aku akan memberikan 100 persen.”

Kerja keras macam itulah yang akhirny disukai pelatih dan rekan-rekannya baik di Hamburg maupun di Leverkusen. Semangat macam yang dilakukan seniornya, Park Ji-sung, tertular kepadanya untuk mencapai prestasi yang sama.

Di kompetisi Eropa, Ji-sung memang tidak tertandingi. Tiga partai final Liga Champions menjadi buktinya. Malam ini, Heung-min akan berhadapan menghadapi juara La Liga 2013/2014, Atletico Madrid pada babak 16 besar Liga Champions. Jika berhasil melewati hadangan Atleti, bukan tidak mungkin ia membawa Leverkusen ke puncak prestasi tertinggi di Eropa, seperti yang dilakukan legenda sepakbola Korea Selatan, Cha Bum-kun.



Sumber gambar: bundesliga

Komentar