Cara Klub Bundesliga Bisa Eksis Tanpa Utang

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 29433 Pilihan

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Cara Klub Bundesliga Bisa Eksis Tanpa Utang

Peraturan 50+1

Untuk lebih memahami mengapa Bundesliga menjadi liga yang cukup sukses dan mampu meraup banyak keuntungan, kita perlu mengatahui bagaimana peraturan FFP yang berlaku di Bundesliga ini pun mempengaruhi keorganisasian setiap klub.

Semua tim Bundesliga mengacu pada peraturan 50+1. Peraturan ini mengharuskan minimal 51% kepemilkan klub dimiliki oleh suporter itu sendiri. Ini artinya, sangatlah tak mungkin tim Bundesliga diakuisisi oleh pihak asing seperti Manchester City, Chelsea, Manchester United di liga Inggris.

Sebagai contoh, 81% kepemilikan Bayern Munich dimiliki oleh para suporter. Hanya 9% yang saham yang dimiliki oleh investor dari Audi dan Adidas.

Presiden Bayern Munich, Uli Hoeness adalah orang yang terpilih oleh para suporter untuk menjadi presiden klub. Maka apa pun keputusan yang diambilnya tak jauh dari keberpihakan pada suporter. Seperti ketika Hoeness ditanya mengapa harga tiket tak dinaikkan untuk menghadirkan lebih banyak profit. Ia menjawab, “Kami (manajemen) tak berpikir bahwa para pendukung adalah sapi yang bisa ‘diperas’. Sepakbola adalah miliki semua orang. Inilah yang membedakan kami dengan Inggris.”

Karenanya, Bundesliga memiliki isitilah ‘Fan Project’ di mana para wakil suporter secara reguler akan berdiskusi dengan ofisial klub. Ini dilakukan agar klub tetap berjalan sesuai dengan apa yang fans inginkan.

Ini tentunya menjadi hal positif dari peraturan 50+1. Para suporter ikut dilibatkan dalam penentuan masa depan klub itu sendiri. Gaji para pemain dikontrol setiap bulannya sehingga mereka dapat mengetahui pengeluaran yang dilakukan klub setiap bulannya.

Karena ini pula setiap klub cukup berhati-hati dalam menggunakan anggaran belanja. Setiap tim pada akhirnya akan selalu berupaya untuk bijaksana dalam hal pengeluaran. Maka dari itu, keuangan klub-klub Bundesliga sangat jauh dari teror bernama utang.

Sebenarnya ada dua tim Bundesliga yang tak mengikuti peraturan ini. Mereka adalah Wolfsburg yang sepenuhnya dimiliki Volkswagen dan Bayer Leverkusen yang dimiliki perusahaan kimia bernama Bayer. Namun karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan lokal, maka hal tersebut diperbolehkan.

Kelemahan dari peraturan ini adalah peraturan ini dirancang hanya untuk menjaga stabilitas keuangan tim. Atau dengan kata lain, sistem keuangan ini tak bertujuan untuk menjadikan sebuah klub menjadi klub kaya di mana bisa membuat sebuah tim rela menggaji seorang pemain dengan bayaran tinggi.

Maka dari itu, klub-klub Bundesliga lebih sering mendatangkan pemain dari liga yang levelnya cenderung berada di bawahnya, atau mendatangkan pemain top yang memang termasuk dalam daftar jual klub pemiliknya. Tujuannya jelas, bisa mendapatkan pemain berkualitas tanpa harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya transfer atau menggaet pemain berkualitas dengan gaji yang tak terlalu tinggi.

Menurut Twentyfour7, sebuah majalah sepakbola, klub-klub Bundesliga rata-rata hanya menghabiskan 38% dari pendapatan mereka untuk membayar gaji pemain. Berbeda dengan Premier League yang harus menganggarkan 67% (bahkan beberapa tim hingga 93%) dari pendapatan mereka hanya untuk gaji.

Dengan pengeluaran yang minim itulah tim-tim Bundesliga memiliki dana lebih untuk meng-upgrade akademi mereka. Dan dari akademi itu, mereka menghasilkan pemain-pemain lokal berkualitas. Karena nantinya pemain-pemain muda tersebut bisa memberikan keuntungan bagi tim itu sendiri saat diminati oleh tim-tim elit Eropa. Sebagai contoh, nama-nama seperti Andre Schurrle, Toni Kroos, Mesut Ozil, Marc Ter Stegen, Lukas Podolski, adalah sedikit nama pemain yang hijrah ke time lit Eropa dengan biaya transfer cukup fantastis.

Maka kesimpulannya, membuat regulasi untuk menjaga kondisi keuangan tim selalu sehat, mendapatkan laba besar, berinvestasi besar pada akademi, adalah cara yang dilakukan Jerman untuk memperbaiki kualitas sepakbolanya.

Komentar