Penjualan Pemain yang Menjadi Bumerang Real Madrid

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Penjualan Pemain yang Menjadi Bumerang Real Madrid

Madridistas sempat beroptimisme tinggi saat Real Madrid merekrut James Rodriguez dan Toni Kroos pada bursa transfer musim panas ini. Dengan tambahan tenaga dari keduanya, kekuatan Madrid tampaknya akan lebih mengerikan sehingga akan mempermudah perjalanan Madrid dalam meraih trofi pada musim ini.

Namun keyakinan tersebut mulai menguap setelah skuat asuhan Carlo Ancelotti ini kalah di Piala Super Spanyol oleh Atletico Madrid. Bahkan kekhawatiran tersebut semakin menyeruak kala manajemen menjual dua pemain andalannya, Angel Di Maria dan Xabi Alonso.

Tanpa keduanya, para pendukung Madrid jelas perlu khawatir. Karena peran Di Maria dan Xabi Alonso selama musim lalu begitu vital bagi Madrid. Di Maria bermain sebanyak 51 pertandingan sedangkan Xabi bermain 45 pertandingan di segala kompetisi.

Tak hanya di situ, kepergian Diego Lopez dan Casemiro pun cukup disayangkan oleh para pendukung Madrid. Keduanya dinilai mampu menjadi pemain backup yang sesuai sehingga Madrid memiliki kedalaman skuat mumpuni. Apalagi Diego Lopez yang berstatus pemain inti jika Madrid bermain di La Liga.

Tapi bursa transfer memang identik dengan pemain yang datang dan pergi. Selain Kroos dan Rodriguez, Madrid pun mendatangkan Keylor Navas dan Javier Chicharito untuk menambal lubang yang ditinggalkan beberap pemain andalannya tersebut.

Secara kualitas, nama-nama anyar tersebut memiliki tingkat permainan di atas rata-rata. Namun kenyataannya, para pendatang baru tersebut belum bisa nyetel dengan permainan Madrid dan kultur sepakbola Spanyol. Hasilnya, setelah ditumbangkan Real Sociedad, Madrid pun kemudian (kembali) ditekuk Atletico di liga.

Atas penampilan mengecewakan itulah publik Madrid mulai mempertanyakan superioritas tim yang bermarkas di Santiago Bernabeu ini. Beberapa media lokal bahkan menyebutkan perburuan gelar La Liga telah berakhir bagi Madrid setelah ditekuk Atleti.

Ancelotti jelas memikul tanggung jawab besar atas apa yang terjadi dengan Madrid saat ini. Karena kepindahan pemain-pemain andalan yang memicu ketidakstabilan dalam skuat Madrid didasarkan atas ijin Ancelotti yang mempersilahkan para pemainnya untuk pergi.

“Beberapa pemain siap bersaing, dan beberapa pemain lainnya lebih mengutamakan uang yang lebih besar,” ujar Ancelotti pada Eurosports. “Jika seorang pemain butuh motivasi lebih dengan bermain untuk tim terbaik di dunia, maka saya mempersilahkan mereka untuk pergi.”

Ancelotti mungkin merasa benar dengan apa yang dilakukannya tersebut. Alasannya jika pemain tersebut tetap berada dalam tim, maka keharmonisan klub akan terancam yang tentunya bisa menggangu konsentrasi kala bermain.

Namun yang perlu disayangkan adalah akar dari permasalahan mengapa para pemainnya ramai-ramai angkat kaki dari Bernabeu adalah perekrutan pemain yang secara taktikal tak terlalu dibutuhkan. Ketika Madrid memiliki Luca Modric, Angel Di Maria, Jese Rodriguez dan Isco, Madrid malah mendatangkan James Rodriguez. Ketika lini tengah memiliki Sami Khedira, Xabi Alonso, Illaramendi, dan Casemiro, Madrid malah mendatangkan Toni Kroos. Pun begitu dengan perekrutan Keylor Navas yang mengancam masa depan Diego Lopez.

Atas kepentingan bisnis atau adanya rasa tak mau kalah dari rival mereka, Barcelona, kabarnya menjadi motif dibalik pembelian para pemain anyar ini. Namun sayangnya, para pemain anyar tersesbut belum bisa menampilkan performa terbaiknya sehingga malah menjadi bumerang bagi Madrid sendiri.

Jika masalah adaptasi yang menjadi hambatan James dan Kroos dan para pemain anyar lainnya tak bisa mengeluarkan performa terbaik, seharusnya Ancelotti lebih berani untuk mengesampingkan nama besar mereka selama masih belum nyetel. Lagipula, kualitas yang dimiliki Isco atau pun Illaramendi pun tak terlalu timpang. Apalagi untuk pertandingan sekelas La Liga di mana keduanya telah banyak mengenyam pengalaman.

Intinya, Ancelotti jelas perlu memikirkan metode baru dalam meramu skuatnya. Karena nama besar saja tak cukup untuk bisa mengantarkan sebuah tim menuju kesuksesan.

foto: wikipedia.org

Komentar