Kamerun dan Masalah Bonus yang Berujung Boikot

Cerita

by redaksi

Kamerun dan Masalah Bonus yang Berujung Boikot

Pertandingan Kamerun menghadapi Moldova pada Sabtu (7/6) lalu, menjadi persiapan terakhir mereka jelang keberangkatan ke Brasil. Meski menang, permainan Kamerun dianggap membosankan dan tidak meyakinkan untuk membawa nama negara di ajang empat tahunan tersebut. Sebenarnya, lawan yang akan dihadapi Kamerun adalah Guatemala, namun karena alasan keamanan, Moldova pun disiapkan sebagai penggantinya.

Moldova menjadi satu-satunya negara di Eropa timur yang menginjakkan kakinya di Kamerun. Fans Kamerun menyambut laga tersebut dengan kecewa. Mereka pikir, Kamerun akan menebas tim dengan peringkat 101 FIFA tersebut dengan skor mencolok. Nyatanya, para pemain seolah terkena anemia, mereka bermain loyo dan hanya mampu menjaringkan satu gol.

Pemain Kamerun sendiri, sepekan sebelumnya, telah mengancam akan memboikot gelaran Piala Dunia jika nilai bonus yang diberikan belum jelas nilainya. Mereka bahkan hampir memboikot pertandingan persahabatan menghadapi Moldova tepat sejam sebelum kick off.

Kejadian ini hampir diperparah dengan keengganan para pemain Kamerun untuk berangkat ke Brasil. Mereka melakukan boikot karena menganggap bonus yang diberikan pemerintah Kamerun di Piala Dunia terlalu kecil. Tarik menarik mengenai pembayaran bonus ini pun akhirnya disepakati.

Buntut Bonus Piala Dunia

Setahun silam, Presiden Kamerun, Paul Biya, dan Presiden Federasi Sepakbola Kamerun, Joseph Owono, menjanjikan uang sebesar 225 ribu dollar sebagai dana prestasi bagi keberhasilan mereka melenggang ke Brasil.

Di tengah kegembiraan yang melanda, rasa penasaran pun muncul. Mungkinkah mereka bisa mendapatkan bonus lebih? Hasilnya, para punggawa Kamerun dalam beberapa bulan terakhir, mempertanyakan transparansi bonus kepada Federasi Sepakbola Kamerun, Fecafoot. Mereka mempertanyakan kemana perginya uang, terutama dari kesepakatan yang telah dibuat dengan sponsor.

Namun hal ini tidak ditanggapi dengan baik oleh Fecafoot. Mereka mengambil sikap “take it or leave it”. Akibatnya, skuat Kamerun menolak untuk bermain pada pertandingan persahabatan tersebut. Ini pula yang membuat mereka memiliki daya tawar lebih tinggi ketimbang Fecafoot.

Ketika permintaan mereka diabaikan oleh Fecafoot, hal terbaik yang bisa dilakukan para pemain adalah dengan tidak terbang ke Brasil. Hal ini membuat mereka menjadi perhatian dunia, karena mereka melakukan boikot menjelang Piala Dunia dibuka.

Federasi tidak bisa berbuat apa-apa karena 23 nama telah didaftarkan ke FIFA. Jika mereka bisa mengubah pemain pun, hasilnya tidak akan maksimal karena proses admininstrasi seperti visa, harus diurus dari jauh-jauh hari.

Ini merupakan akumulasi dari keserakahan dan tidak transparannya Fecafoot. Para pemain Kamerun ini sebenarnya mendapatkan dukungan dari publik yang berempati atas keaadaan mereka.

Sebenarnya sangat mudah untuk berasumsi bahwa para pemain yang ada di skuat Kamerun, adalah pemain yang memiliki penghasilan tinggi, sehingga uang bonus bukanlah masalah bagi mereka. Tapi beberapa dari mereka memiliki masalah keuangan yang cukup serius.

Contohnya Cedric Djeugoue dan Loic Feudjou yang bermain untuk klub Coton Sport. Jauh untuk membandingkan penghasilan mereka dengan para pemain yang bermain di Eropa. Penghasilannya hanya cukup untuk menutupi biaya hidup keluarga mereka. Dengan bonus yang lebih besar, mereka bisa lebih nyaman ketika bermain bola karena kebutuhan keluarga sudah terjamin.

Pada akhirnya, boikot telah membuat apa yang mereka harapkan bisa tercapai. Tidak ingin dihina oleh dunia, Fecafoot meminjam sejumlah uang kepada negara lain, lengkap dengan laporan keuangannya. Sebagai bentuk antisipasi jika sewaktu-waktu ada yang meminta transparansi keuangan kepada mereka.

Pelajaran pun telah didapat. Simak pernyataan Presiden Fecafoot, Owono, ini: “Kami telah terbuka untuk lebih transparan,” ujarnya.

Dari kesepakatan baru ini, setiap skuat akan mendapatkan bonus sebesar 105 ribu dollar. Boikot yang dilakukan Kamerun bukan untuk memboikot Piala Dunia melainkan melawan keserakahan federasi yang begitu tertutup. Solidaritas yang begitu lekat antar pemain ini, diharapkan menjadi motivasi tersendiri bagi kamerun untuk mengarungi Piala Dunia, minggu ini.

Sumber gambar: fourfourtwo.com

[fva]

Komentar