Kasus FIFA yang (Tak) Selesai

Berita

by redaksi

Kasus FIFA yang (Tak) Selesai

FIFA mungkin akan menjadi lembaga sepakbola yang akan dibenci seluruh penggemar sepakbola dalam beberapa minggu ini. Bagaimana tidak, setelah dikritik oleh penggemar sepakbola karena memasukkan nama Cristiano Ronaldo sebagai nominator FIFA Ballon d’or 2015, kini kasus korupsi yang sempat panas kembali berkembang.

Menurut New York Times, hari ini (3/12) terlihat beberapa polisi memasuki Hotel The Baur au Lac Zurich, lokasi yang sama dengan penangkapan tujuh anggota FIFA pada bulan juni lalu. Diperkirakan bahwa total yang terjaring dalam penangkapan ini adalah sekitar belasan orang. Mereka juga mengungkapkan bahwa yang tertangkap ini turut memiliki andil dalam kasus korupsi beberapa waktu lalu, yang juga menyeret nama Sepp Blatter, presiden FIFA non-aktif.

New York Times juga menambahkan bahwa pada penangkapan kali ini dilakukan karena diperkirakan ada pejabat FIFA yang didakwa melakukan pencucian uang, pemerasan, dan penipuan. Selain itu, pada penangkapan kali ini terdapat dua orang pejabat senior FIFA, yakni Alfredo Hawit dan Juan Angel Napout. Hawit merupakan presiden CONCACAF (konfederasi sepakbola Amerika Tengah dan Utara ), sedangkan Napout merupakan presiden CONMEBOL (konfederasi sepakbola Amerika Selatan).

Hawit, baru memegang puncak kendali CONCACAF pada juni lalu, menyusul ditangkapnya Jeffrey Webb. Sedangkan Napout adalah presiden CONMEBOL yang baru ditunjuk pada maret 2015. Sebelumnya Napout merupakan presiden Paraguay Football Association (PFA).

SKY pun memberikan komentar bahwa kasus korupsi FIFA memang sangat berbahaya. Yang bermain dalam kasus tersebut tidak hanya orang-orang lama yang memang terkenal mendukung Blatter, namun juga orang baru yang menggantikan hampir semua pejabat teras FIFA yang ditangkap.

Penangkapan kali ini memang membuat banyak pihak kaget. Sebab, penangkapan dilakukan beberapa jam sebelum FIFA mengadakan rapat komite eksekutif untuk menentukan pejabat barunya. Penangkapan ini pun membuat banyak agenda yang seharusnya dibahas pada rapat komite eksekutif menjadi gagal. Agenda tersebut antara lain penentuan serta pemilihan ketua FIFA yang baru untuk menggantikan Sepp Blatter dan pembahasan mengenai pembaruan FIFA yang diminta oleh sponsor utama World Cup seperti, Coca-Cola, adidas, dan McDonalds.

Kasus ini pun semakin menguatkan kesan bahwa FIFA merupakan organisasi yang kental dengan uang. Tidak perlu melihat kasus di atas maupun yang menimpa Sepp Blatter, Hotel The Baur au Lac, tempat mereka melakukan rapat dan menginap memiliki harga termurah 650 dollar atau hampir sembilan juta rupiah. Selain itu, anggota FIFA kerap mengadakan makan malam di restoran ekslusif favorit Blatter, Sonnenberg yang harga makanan termurahnya sekitar 200 ribu dollar.

Komentar