Final Indonesia Kontra Thailand: Bertemunya Langganan Final Piala AFF yang Berbeda Nasib

Analisis

by Ifsani Ehsan Fachrezi

Ifsani Ehsan Fachrezi

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Final Indonesia Kontra Thailand: Bertemunya Langganan Final Piala AFF yang Berbeda Nasib

Untuk kesekian kalinya Indonesia dan Thailand bertemu di laga final Piala AFF. Final Piala Tiger (sebelum nama AFF) 2000, menjadi kali pertama kedua tim bertemu di partai final. Berhasil melibas Indonesia, Thailand kembali berhasil mengemas titel juara pada pertemuan final terakhir di Piala AFF 2016.

Beda nasib sepanjang final

Baik Indonesia maupun Thailand, sama-sama memiliki catatan partai final terbanyak sepanjang sejarah AFF. Jika dihitung dengan pertandingan final AFF 2020, Indonesia mencatatkan namanya sebagai negara kedua dengan partai puncak terbanyak, yakni enam laga. Negara pengoleksi partai final terbanyak diduduki oleh Thailand dengan sembilan partai final.

Hanya saja keduanya memiliki perbedaan nasib saat melakoni laga final. Meskipun menjadi salah satu negara dengan laga final terbanyak, Indonesia belum sekalipun mencicipi gelar juara. Berbanding terbalik, Thailand justru “gacor” dalam hal raihan gelar juara Piala AFF. Sampai saat ini, Thailand mengemas lima gelar juara sekaligus menjadi negara dengan gelar juara AFF terbanyak.

Di luar catatan rekor tersebut, laga final AFF 2020 akan kembali menentukan siapa yang terbaik untuk saat ini. Thailand sang raja Asia Tenggara akan berusaha mengamankan gelar juara terbanyak atau Indonesia yang mendapatkan gelar juara setelah penantian panjang 27 tahun.

Jajak Piala AFF 2020

Di Piala AFF 2020, Indonesia dan Thailand sama-sama mengemas torehan apik. Keduanya merupakan pemuncak klasemen Grup A dan B dengan nihil kekalahan. Thailand menyapu bersih kemenangan dan Indonesia menjadi kesebelasan paling lihai dalam mencetak gol.

Sepak terjang Thailand di AFF 2020 berjalan dengan percaya diri. Thailand menjadi kesebelasan dengan jumlah kemasukan paling sedikit, yakni satu kemasukan dan paling banyak memasukan bola dengan 10 gol di Grup A.

Berbeda dengan Thailand, Indonesia justru di luar dugaan. Segelintir pihak memprediksi jika kesebelasan besutan Shin Tae-Yong ini tidak akan sampai lolos fase grup. Ditambah komposisi pemain yang menghuni Indonesia minim pengalaman dan rata-rata berusia muda.

Dikutip dari Kumparan.com, pendapat seperti itu pun muncul ketika mantan bomber Malaysia, Safee Sali, berpandangan jika dua tim yang lolos dari grup B adalah negaranya sendiri dan Vietnam. Kepada media Malaysia, Safee menuturkan jika diboyongnya pemain muda ke dalam skuad inti, membuat jalan yang sulit bagi Indonesia untuk lolos fase grup.

“Indonesia membawa pemain muda potensial ke Piala AFF 2020. Jika dibandingkan dengan pesaingnya, para pemain muda tersebut masih kurang berpengalaman,” pungkasnya.

Namun, beberapa keraguan dan prediksi raihan minor Indonesia terbantahkan oleh penampilan para pemainnya di atas lapangan. Pembuktiannya adalah berhasil menahan imbang Vietnam dan melibas Malaysia dengan skor telak menjadi kejutan Indonesia sebagai underdog yang berhasil keluar sebagai pemuncak Grup B.

Beranjak ke laga semifinal, keduanya sama-sama mengemas satu kemenangan dan satu hasil imbang. Thailand menghadapi Vietnam yang merupakan raksasa Asia Tenggara dengan jam terbang yang terbilang tinggi.

Di semifinal putaran pertama, pertandingan dengan tensi tinggi terjadi. Keduanya memperebutkan slot final dengan penuh gairah. Saat babak pertama, Thailand mampu unggul dua gol berkat serangan balik cepat yang dibangun dari antar lininya.

Lini kedua menjadi kunci unggulnya Thailand ketika menghadapi Vietnam di putaran pertama. Chanathip Songkrasin berhasil membukukan dua gol dengan memanfaatkan ruang terbuka di depan kotak penalti VIetnam.

Holding ball yang rapi menjadi kunci Thailand dalam meredam serangan cepat dari Vietnam. Beberapa kali Vietnam hilang bola oleh tekanan tinggi yang berhasil direbut kemudian penguasaan yang baik dilakukan oleh lini tengah Thailand.

Ritme dan memainkan permainan dengan mudah dilakukan oleh gelandang seperti Phitiwat Sukjitthammakul melalui lini tengah. Dialah pemain yang sering mendapatkan bola dalam tekanan yang dilancarkan lini kedua Thailand. Setelah mendapatkan bola, Phitiwat mengatur tempo permainan dengan memberikan umpan-umpan pendek terukur untuk memulai serangan.

Lini pertahanan yang apik menjadi kunci lain bagi Thailand yang nihil kebobolan di dua laga semifinal. Maka dari itu Thailand menjadi kesebelasan paling sedikit kebobolan sejauh ini, yakni hanya satu gol.

Sementara itu, Indonesia berhasil unggul atas Singapura dengan hasil yang dramatis. Kedua tim berhasil menyuguhkan permainan penuh tensi selama 90 menit di atas lapangan. Di putaran pertama, keduanya rela berbagi hasil dengan skor akhir 1-1. Di putaran kedua, Singapura harus mengakui keunggulan Indonesia hingga menit tambahan waktu dengan skor 4-2. Meskipun dengan kekurangan pemain, Singapura menyuguhkan perjuangan tanpa henti di laga tersebut.

Permainan dengan tekanan tinggi Indonesia berhasil membuat permainan Singapura sedikit berantakan. Beberapa kali operan yang dikirimkan antar lini Singapura dipotong oleh pemain Indonesia. Build-up cepat dari Indonesia menjadi andalan ketika Indonesia meraih keunggulan. Seperti ketika Indonesia meraih keunggulan di putaran pertama ketika Asnawi Mangkualam menjadi inisiator serangan cepat dari sisi sayap kanan Indonesia dan diakhiri cut back menuju Witan yang berada di posisi bebas.

Permasalahan lini belakang menjadi catatan yang masih belum terselesaikan oleh Indonesia sejauh ini sejak di laga awal melawan Kamboja. Pelanggaran non taktikal selalu dikonversi menjadi gol oleh lawannya. Contohnya gol tendangan bebas Kamboja dan dua gol Singapura di putaran kedua yang berawal dari pelanggaran yang tidak perlu. Hingga pasca melawan Singapura di partai semifinal, Indonesia menjadi tim yang melakukan banyak pelanggaran dengan jumlah, 91 pelanggaran dan 13 kartu kuning.

Gelandang cerdik

Menjelang laga penuh tensi, Chanathip bisa menjadi momok bagi Indonesia. Pada final AFF 2016, ia tampil memukau dan menjadi sosok yang terlibat dalam gol penentu juara Thailand setelah mengirimkan assist bagi Siroch Chatthong.

Di Piala AFF 2020, ia mengemas dua gol penentu lolosnya Thailand ke partai final. Pergerakannya sebagai gelandang serang mampu berbagi peran sebagai penghuni lini kedua yang berbahaya. Ia pun rajin dalam menjelajah di lini tengah Thailand dan membagi bola ke lini serang dengan baik. Perannya perlu diwaspadai oleh gelandang maupun bek Indonesia.

Di kubu Indonesia, nama Witan Sulaiman menjadi pemeran utama lolosnya Indonesia ke partai final. Pergerakannya di sayap kanan, ia sesekali merangsek ke tengah kotak penalti untuk mencari ruang. Alhasil gol pertama di putaran pertama semifinal memanfaatkan kelihaian dirinya dalam mencari ruang kosong.

Di putaran kedua, gol pertama tidak terlepas dari perannya sebagai pemain penyerang sayap. Ia berhasil menyambut umpan terobosan yang dikirim oleh Dewangga dari tengah lapangan dan berhasil melewati dua pemain bertahan Singapura yang kemudian mengirimkan operan cut back menuju Ezra yang berdiri bebas.

Gol kedua penyama kedudukan pun tidak terlepas dari perannya yang berhasil melesatkan tendangan ke gawang. Berhasil ditepis oleh Hassan Sunny, bola liar dimanfaatkan oleh Pratama Arhan yang berdiri bebas di sisi kanan dan bola berhasil bersarang di gawang Singapura.

Baik Chanatip maupun Witan sama-sama memiliki kecepatan dan kecerdikan ketika berada di area pertahanan lawan. Tidak hanya mencetak gol, perannya sebagai motor serangan patut diwaspadai oleh barisan pertahanan.

Patut ditunggu hasil menarik dari pertandingan final klasik ini. Mengemas tiga pertemuan di final terdahulu, Indonesia selalu takluk oleh Thailand. Di malam nanti, akan menjadi ajang balas dendam Indonesia, atau memperkokoh Thailand dengan catatan tak terkalahkan di sepanjang final melawan Indonesia.

Komentar