Identitas Murni dan Uang yang Membuat Derby Shanghai Memanas

Analisis

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Identitas Murni dan Uang yang Membuat Derby Shanghai Memanas

Duel dua kesebelasan satu kota atau biasa disebut dengan laga derby selalu menarik untuk disaksikan. Umumnya, laga derby dibumbui dengan rivalitas sengit antar dua kesebelasan yang bertanding di lapangan hijau, hingga membuat tensi pertandingan menjadi panas.

Di Eropa, beberapa pertandingan derbi selalu menyuguhkan cerita menarik soal persaingan dua kesebelasan satu kota yang dipertemukan dalam satu pertandingan, salah satunya Old Firm Derby yang mempertemukan dua kesebelasan asal kota Glasgow, Celtic dan Rangers, yang dipengaruhi oleh konflik agama sebagai bumbu yang membuat laga selalu berlangsung panas.

Namun tidak hanya di Eropa, partai derbi di Asia juga selalu berlangsung panas. Paling terkenal tentunya adalah rivalitas dua kesebelasan asal Teheran, Iran, yaitu Persepolis dan Esteghla. Perkelahian dan berbagai insiden berdarah yang melibatkan suporter atau bahkan pemain dari dua kesebelasan sudah bukan lagi hal yang aneh dalam pertandingan bertajuk derby Teheran itu. Makanya, laga yang mempertemukan Perpolis dan Esteghla selalu dianggap sebagai pertandingan terpanas di Asia.

Namun, cerita soal panasnya persaingan duel dua kesebelasan satu kota dalam satu pertandingan tidak hanya terhenti di Iran. Berkilo-kilo meter jauhnya di kawasan Asia Timur, sala satu pertandingan panas yang melibat dua kesebelasan satu kota juga ada di Tiongkok. Dari sederetan pertandingan derbi di "Negeri Tirai Bambu" itu, laga antara Shanghai SIPG melawan Shanghai Shenhua dianggap sebagai salah satu yang terpanas di kawasan Asia, khususnya Tiongkok.

Dibandingkan dengan derbi Teheran yang sudah berlangsung sejak akhir 1960-an, gejolak persaingan untuk memperebutkan label sebagai yang terbaik dua di kota Shanghai ini memang belum berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Persaingan antara Shenhua dan SIPG baru bergejolak pada tahun 2013 lalu saat keduanya sama-sama bermain di Liga Super Tiongkok.

Hal tersebut juga dipengaruhi oleh usia dari dua kesebelasan tersebut. Shenhua sebelumnya mendominasi karena mereka sudah terbentuk sejak tahun 1961. Dominasi Shenhua sebagai satu-satunya kesebelasan wakil dari kota Shanghai sedikit terusik pada tahun 2005 ketika SIPG.

Namun pada saat itu SIPG yang lahir dengan nama Shanghai Dongya FC, sebagaimana nasib kesebelasan baru di kompetisi, perjalanan mereka pun harus dilalui dari dasar. Berkompetisi di divisi bawah sebelum akhirnya naik level untuk bersaing dengan tim-tim papan atas yang berkompetisi level tertinggi Tiongkok.

SIPG sebagai lawan baru Shenhua

Pada tahun 2012, Shanghai Dongya FC kemudian promosi ke Liga Super Tiongkok. Keberhasilan promosi mereka juga membuat identitas kesebelasan berubah menjadi SIPG seiring dengan investasi besar yang dilakukan oleh perusahaan operator pelabuhan, Shanghai International Port Group (SIPG).

Kehadiran SIPG secara tidak langsung mengusik ketenangan Shenhua yang lama menjadi idola masyarakat sepakbola Shanghai. Selain Beijing Guoan, kini mereka harus menghadapi persaingan dengan SIPG sebagai kesebelasan satu kota. Belum lagi gelontoran dana besar yang diberikan investor kemudian menjadikan SIPG sebagai salah satu kesebelasan dengan finansial terbaik di Tiongkok.

Dana melimpah yang dimiliki, SIPG juga mampu melakukan manuver untuk menggaet pemain-pemain yang sebelumnya tampil di kompetisi elite Eropa. Pada musim 2017 beberapa nama seperti Oscar yang diboyong dari Chelsea, Hulk (Zenit Saint Petersburg), hingga Ricardo Carvalho (AS Monaco) berhasil diboyong. Selain itu, skuat mewah mereka juga ditambah dengan kehadiran Andre Villas-Boas sebagai pelatih.

Ada kecemburuan yang dirasakan Shenhua meski memang pada kenyataannya mereka juga mendapat investasi besar dari perusahaan real estate, Greenland, yang kemudian membuat mereka mampu untuk mendatangkan pemain-pemain seperti Demba Ba, Obafemi Martin, dan Carlos Tevez. Namun hal tersebut tak menyurutkan kecemburuan yang dirasakan, khususnya para suporter.

Partisan Shenhua membenci fans SIPG, saling cemooh di media sosial atau stadion menjadi bukti sentimental antaradua kelompok suporter tersebut memang ada. Para pendukung Shenhua menganggap SIPG sebagai ‘anak haram’, karena menganggap mereka adalah tamu yang mengaku-ngaku sebagai keturunan murni dari budaya sepakbola Shanghai.

Serangan paling fenomenal dari fans Shenhua kepada partisan SIPG terjadi ketika SIPG memainkan salah satu pertandingan di Liga Champions Asia. Saat itu, salah satu pendukung Shenhua menyusup masuk ke dalam stadion. Di tengah kerumunan para pendukung SIPG, penyusup tersebut membentangkan spanduk bertuliskan "Hanya Shenhua yang merepresentasikan Shanghai!" tulis spanduk tersebut.

Kebencian juga tidak hanya berlaku di kalangan pendukung, namun merembet pula kepada para petinggi masing-masing kesebelasan. Sosok Xu Genbao tentu menjadi yang paling disoroti, sebelumnya ia adalah pelatih Shenhua, yang kemudian mendirikan SIPG pada tahun 2005 lalu, menjadikan salah satu sentiment yang terjadi dari kalangan petinggi kesebelasan.

Para pembelot yang putus asa

Heroisme aksi penyusupan yang dilakukan oleh salah satu pendukung Shenhua yang secara tidak langsung menjadi pukulan telak bagi para partisan SIPG, nyatanya tak berlaku bagi sebagian kecil pendukung Shenhua yang haus prestasi. Performa Shenhua yang cenderung melempem membuat loyalitas sebagian pendukung putus asa, melihat harapan yang jauh lebih besar mampu diberikan SIPG beberapa dari pendukung Shenhua membelot, salah satunya adalah Wang Hei.

"Banyak penggemar SIPG yang dulunya adalah pendukung Shenhua, hanya saja Shenhua terlalu mengecewakan akhir-akhir ini. Shenhua selalu mengira mereka adalah kakak laki-laki di Shanghai tapi sekarang ada adik laki-laki ini yang tampil dengan penampilan lebih baik dan saku yang lebih dalam," kata Wan Hei seperti dilansir dari Citizen.co.za.

Salah satu ’pembelot’ lainnya, Steve Crooks, mengungkapkan bahwa peralihan penggemar yang terjadi menjadi salah satu sentimen antar pendukung semakin memanas. Crooks mengungkapkan, sebenarnya pada awal persaingan Shenhua dan SIPG tak sepanas saat ini, namun karena adanya pengkhianatan dari sebagian kecil kelompok pendukung Shenhua kemudian membuat persaingan bergejolak, dan membuat suasana jadi kurang nyaman di Shanghai.

"Ada persaingan yang sangat tidak mengancam, maka mereka mendapat pengambilalihan perusahaan besar ini dan mengganti namanya, jadi menjadi uang lama dengan uang baru. Dulu lebih bersahabat kondisinya tapi dalam beberapa tahun terakhir, sejak pengambilalihan itu, ada lebih banyak jarum yang membuat bentrokan sering kali terjadi,” katanya.

***

Pada Sabtu (16/9) SIPG dan Shenhua akan berduel untuk menentukan kesebelasan mana yang terbaik di kota terbesar Tiongkok itu. Laga akan berlangsung di marker SIPG, Shanghai Stadium. Pertarungan tersebut diprediksi berlangsung dalam tensi panas, dengan bumbu permainan keras yang diterapkan dua kesebelasan.

Permainan keras tersebut pernah memakan korban, dalam duel yang berlangsung pada 17 Juli 2016. Saat itu kedua tim saling sikut di papan atas Liga Super Tiongkok. Shenhua berhasil menunjukkan dominasinya, atas saudara mudanya itu dengan kemenangan tipis 2-1. Namun satu pemain mereka, Demba Ba harus menepi karena mengalami patah kaki.

Foto: SmartShanghai, SCMP, Worldsoccertalk, Coriermail

Komentar