Indonesia U-23 vs Chinese Taipei U-23 : Indonesia Unggul di Segala Sisi

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Indonesia U-23 vs Chinese Taipei U-23 : Indonesia Unggul di Segala Sisi

Langkah Tim nasional (Timnas) Indonesia U-23 untuk berlaga di Piala Asia U-23 semakin dekat. Garuda Muda berhasil menang telak atas Chinese Taipei (Taiwan) U-23 pada laga pertamanya dalam kualifikasi Piala Asia U-23 Grup K. Hasil ini menghentikan langkah Taiwan sekaligus membawa Indonesia ke puncak klasemen Grup K dengan raihan tiga poin dengan selisih sembilan gol.

Di atas kertas, tim besutan Shin Tae-yong lebih diunggulkan karena diperkuat pemain profesional. Sementara sang lawan mayoritas diisi oleh pemain yang berkompetisi di tingkat universitas. Tidak hanya itu, pemain Indonesia yang merumput di luar negeri pun turut ambil bagian. Sehingga wajar jika sebelum peluit ditiup, Indonesia memiliki peluang menang yang jauh lebih besar.

Indonesia juga diuntungkan dengan Taiwan yang lebih dulu bermain melawan Turkmenistan pada hari Rabu (6/9). Pada laga tersebut Taiwan kalah empat gol tanpa balas atas Karakum Warriors. Tim pelatih Garuda Muda memiliki sumber informasi yang lebih mutakhir sementara Taiwan hanya bisa mempelajari sang tuan rumah berdasarkan penampilan terakhirnya di Piala AFF U-23 pada Bulan Agustus.

Mayoritas pemain yang Shin Tae-yong turunkan adalah pemain-pemain yang tidak tampil di Piala AFF U-23. Terhitung hanya Ramadhan Sananta, Arkhan Fikri, dan Ernando Ari saja. Rafael Struick dan Ivar Jenner sebagai pemain naturalisasi tampil sejak menit pertama. Di lini belakang, Elkan Baggott berduet dengan Rizky Ridho sebagai bek tengah sementara Rio Fahmi dan Pratama Arhan dipercaya menjalankan peran sebagai bek sayap.

Di kubu lawan, Tseng Tai-Lin sebagai pelatih Taiwan melakukan beberapa perubahan dalam komposisi sebelas pertamanya. Lai Wei dicadangkan setelah tampil tidak efektif pada laga melawan Turkmenistan. Posisinya diisi oleh Cheng Chung-Liang. Tidak hanya itu, Tai-Lin juga melakukan perombakan di lini belakang. Liang Meng-Shin yang menjabat sebagai kapten menjadi satu-satunya bek tengah yang dipertahankan. Shin Cheng-Hsi dan Huang Yung-Chun digantikan oleh Ng Pui-Hei dan Lu Cheng-En. Meski demikian, perombakan komposisi pemain tidak mengubah struktur permainan Taiwan. Mereka masih bermain dengan formasi dasar 5-4-1.

Hampir Tanpa Perlawanan

Sepanjang laga berjalan, Timnas Indonesia unggul di segala sisi. Mereka berhasil mendominasi penguasaan bola, menciptakan jauh lebih banyak peluang, memberikan tekanan yang konsisten, dan mampu mengantisipasi serangan-serangan Taiwan. Kehadiran Ivar Jenner dan Arkhan Fikri memberikan kontribusi besar terhadap keseimbangan Indonesia baik pada fase menyerang, bertahan, dan transisi.

Sembilan gol yang dicetak Indonesia hadir dengan berbagai cari, mulai dari proses kombinasi umpan pendek, akselerasi di sisi sayap, direct ball, hingga situasi bola mati. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia mampu mengancam pertahanan lawan dengan berbagai skema. Kreativitas tidak hanya hadir dari Marselino, Arkhan, dan Jenner, tapi Elkan Baggott yang bermain sebagai bek tengah pun beberapa kali memberikan umpan kunci.

Taiwan pun gagal memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terlihat ketika melawan Turkmenistan. Ketika bertahan, mereka tetap menerapkan struktur 5-4-1 dengan garis pertahanan tinggi namun tidak disertai dengan high pressing. Hal ini menjadi masalah utama pertahanan Taiwan karena Indonesia leluas membangun serangan dan berulang kali berhasil mengakses ruang di belakang garis pertahanan Taiwan. Situasi ini terlihat jelas pada proses gol Witan, dan Arhan.

Ketika menyerang, Taiwan praktis gagal memberikan ancaman berbahaya ke gawang Ernando Ari. Peluang terbesar hanya hadir dari situasi bola mati. Namun peluang tersebut sulit untuk dimaksimalkan karena Taiwan tidak memiliki pemain yang unggul secara fisik dan mampu untuk berduel. Sementara pertahanan Indonesia diisi oleh Bagott dan Rizky Ridho yang sarat pengalaman dan kuat dalam duel.

Tidak hanya itu, ketimpangan antara Indonesia dan Taiwan semakin terlihat sebab Taiwan jarang sekali memegang penguasaan bola lebih dari satu menit. Shin Tae-yong yang menginstruksikan anak asuhnya untuk konsisten dengan high pressing membuat Taiwan sulit membangun serangan. Akurasi umpan yang sangat rendah juga memperparah situasi tersebut. Hingga laga usai. terlihat sekali bahwa Indonesai seperti menang tanpa perlawanan.

Jangan Jadi Patokan

Indonesia menang sembilan gol tanpa balas tentu patut dan layak diapresiasi. Semua pemain, termasuk pemain pengganti pun memberikan kontribusi terhadap tim. Kemungkinan besar skuad ini merupakan skuad utuh Shin Tae-yong yang diharapkan terus berkembang tidak hanya di tim nasional kelompok umur, tapi di timnas senior kemudian.

Meski menang banyak, laga melawan Taiwan jangan sampai membuat Timnas Indonesia U-23 menjadi cepat puas. Perlu diingat bahwa mereka melawan tim yang diisi oleh pemain level universitas sehingga tidak bisa menjadi patokan untuk mengukur sejauh mana kualitas permainan. Laga melawan Turkmenistan hari Selasa (12/9) nanti dipastikan jauh lebih sulit. Pertandingan tersebut diharapkan menjadi ujian awal untuk Marselino dkk untuk bisa terus berkembang dan lolos ke Piala Asia U-23 tahun 2024.

Komentar