Borneo FC: Adaptasi Singkat Pieter Huistra

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Borneo FC: Adaptasi Singkat Pieter Huistra

Borneo FC Samarinda berhasil finish di peringkat empat klasemen akhir Liga 1 2022/23 meski sempat tiga kali mengalami pergantian pelatih. Artinya, skuad Borneo musim lalu cukup mumpuni sehingga tak seperti anak ayam kehilangan induknya.

Namun Pieter Huistra justru melakukan perombakan besar-besaran terhadap skuadnya. Sebanyak 16 pemain dilepas termasuk yang tampil cukup bagus musim lalu seperti Andy Harjito, Irsan Lestaluhu, Jonathan Bustos, Paulo Sitanggang, Rifat Marasabessy, dan lainnya.

Lalu sebanyak 11 pemain direkrut Borneo untuk mengarungi Liga 1 musim ini. Beberapa nama menterang seperti Leo Lelis, Nadeo Argawinata, Rizky Dwi, dan lainnya direkrut. Ditambah dengan pemain-pemain muda potensial seperti Hugo Samir, Ihsanul Zikrak, Rizdjar Nurviat, dan Win Naing Tun, serta dua pemain asing baru, yaitu Jelle Gosselink dan Silverio.

Maka Huistra perlu secepat mungkin memadukan para anak asuhnya. Pelatih kelahiran 18 Januari 1967 ini pun sempat kesulitan untuk menentukan 11 pertama Borneo. Tentu setiap pemain akan bersaing dengan sangat ketat di klub berjuluk Pesut Etam ini.

"Sulit bagi saya sebagai seorang pelatih karena setiap pemain mempunyai level. Tak mudah untuk bisa memilih 11 pemain terbaik. Jadi, saat ini, saya belum tahu juga. Mungkin lima sampai enam nama sudah pasti, tapi lima lainnya ya banyak pemain bersaing untuk mendapatkannya," ungkap Huistra seperti dikutip dari Kaltim Today.

Namun yang jelas bahwa pemain-pemain andalan musim lalu seperti Hendro Siswanto, Matheus Pato, Stefano Lilipaly, dan lainnya, masih bertahan dan siap masuk ke susunan pemain Borneo. Tiga pemain yang disebutkan itu pun dimainkan pada laga pertama Liga 1 musim ini melawan tuan rumah Persik Kediri di Stadion Brawijaya, Senin (3/7).

Skor 1-1 di kandang Persik, cukup membuktikan bahwa skuad utama Borneo belum tergoyahkan. Meskipun pada laga tersebut, 11 pertama Borneo dihuni 90 persen pemain-pemain musim lalu. Hal ini membuktikan bahwa Huistra sadar bahwa adaptasi masih membutuhkan waktu di Borneo. Sebab perjalanan untuk berada di peringkat lebih tinggi masih sangat panjang.

Senjata Umpan Silang dan Situasi Bola Mati

Borneo di tangan Huistra menampilkan permainan menyerang dengan mengandalkan formasi 4-3-3. Kekuatan terbesar dari Borneo adalah umpan diagonal dan situasi bola mati. Diego Michiels dkk sering mendapatkan ruang untuk melepaskan umpan-umpan silang atas agresivitas di sisi lapangan.

Hal itu didukung oleh pergerakan dan kombinasi para pemainnya yang sangat cepat. Selain itu, lawan sering kecolongan ketika menghadapi situasi tendangan bebas maupun pojok Borneo. Bustos yang jago dalam bola mati dan agresivitas sayap dari Lilipaly serta Terens Puhiri, ditambah memiliki penyerang klinis seperti Pato, membuat Borneo menjadi klub kedua paling subur pada musim lalu.

Pesut Etam mencetak 64 gol yang cuma kalah tiga angka dari Bali United. Tapi produktivitas gol mereka mengalahkan PSM Makassar dan Persib Bandung yang notabene peringkat klasemen di atas mereka. Hanya saja Bustos dilepas sehingga motor serangan Borneo perlu dievaluasi kembali oleh Huistra.

Di sisi lain, kelemahan dari Borneo adalah sering terurainya saat kondisi bertahan. Diego dkk sering terpancing lawan yang mencoba mencari ruang melalui umpan-umpan pendek. Alhasil, sering banyak celah tercipta yang menjadi ruang bagi lawan untuk menciptakan peluang.

Ruang-ruang tersebut paling kentara ketika lawan melakukan umpan-umpan silang yang mengarah jauh. Atau saat lawan melakukan pergantian arah serangan dari satu sisi lain. Para pemain Borneo pun nampak tak siap untuk menutupi ruang yang tak diduga-duga sering muncul keberadaan lawannya di titik blind spot.

Pemain Andalan: Matheus Pato

Baru pertama kali berkarir di Indonesia, Pato langsung jadi pencetak gol terbanyak Piala Presiden 2022, sebuah ajang pra musim Liga 1 2022/23. Keganasannya terbukti dengan mencetak enam gol dan satu asis pada kompetisi tersebut. Bahkan baru sampai akhir Agustus, Pato sudah mencetak tujuh gol dan tak pernah berhenti mencetak gol dalam empat laga terakhirnya pada waktu tersebut.

Sampai pada akhirnya ia berhasil menyalip David da Silva sebagai pencetak gol terbanyak Liga 1 musim lalu. Pato menutup musim dengan mencetak 25 gol yang unggul satu angka dari Da Silva. Maka di musim pertamanya, Pato bisa langsung nyetel dengan Diego dkk. Maka ia akan menjadi semakin berharga bagi Borneo dalam musim ini.

Buktinya, kontrak penyerang kelahiran 8 Juni 1995 ini langsung diperpanjang sampai 2025. Memang untuk ukuran striker asing di Indonesia, Pato bisa dibilang sosok yang sempurna. Ia memiliki timing, penempatan posisi, dan kerja sama yang baik di lini depan sehingga memberikan tiga asis selama musim lalu.

Pemain Muda Potensial: Fajar Fathur Rahman

Tidak salah ketika Borneo mencoba menurunkan Fajar Faturrahman ketika ajang Piala Presiden 2022. Kepercayaan kepadanya langsung dijawab dengan penampilan yang impresif selama turnamen tersebut. Berkat penampilannya, Fajar langsung mendapatkan tempat utama di posisi full-back kanan Borneo yang biasa ditempati Diego.

Hal itulah yang membuat Diego beberapa kali digeser menjadi bek tengah. Kemampuan Fajar selaku full-back kanan tergolong komplit. Tidak hanya bertahan, ia pun bisa membantu serangan dengan sama baiknya. Fajar pun menyumbangkan dua gol dan satu asis untuk Borneo pada musim lalu. Pemain kelahiran 29 Mei 2002 ini juga dipanggil Indonesia sejak U-16.

Terakhir, Fajar merupakan bagian dari skuad Indonesia U-22 saat meraih medali Sea Games 2023. Dalam dua pertandingan, sudah dua gol ia sumbangkan untuk Indonesia pada ajang tersebut. Torehan gol yang sempat ia bikin membuktikan bahwa Fajar adalah full-back kanan agresif menyerang.

Kekuatan Borneo dalam melakukan serangan sayap tidak lepas dari pemain 21 tahun ini. Apalagi kombinasinya dengan Terens semakin padu dan menjadi senjata utama serangan Borneo dari sisi kanan. Hanya saja kemampuan bertahannya perlu dilatih lagi agar pertahanan Borneo tidak sering menciptakan ruang besar bagi lawan.

Komentar