Piala Dunia U-17: Di Tengah Liga 1 dan Tahun Politik

Nasional

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

 Piala Dunia U-17: Di Tengah Liga 1 dan Tahun Politik 

Beberapa bulan setelah FIFA memberi sanksi administratif kepada Indonesia berupa pencabutan bantuan dana FIFA Forward, lembaga tertinggi sepakbola dunia itu kini menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 2023 pada Jumat (23/6/2023) malam.

Awalnya, turnamen tersebut akan digelar di Peru, pada 10 November sampai 2 Desember mendatang. Namun, FIFA mencabut Peru sebagai tuan rumah pada 3 April 2023 dengan alasan negara tersebut tidak mampu memenuhi kelengkapan infrastrukturnya sebelum turnamen dimulai.

Sementara itu, status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 dicabut FIFA lantaran adanya penolakan terhadap Israel dari berbagai pihak. Argentina pun ditunjuk menjadi tuan rumah pengganti.

Kedatangan Argentina ke Indonesia untuk melakoni laga FIFA Matchday pada Senin (19/6/2023) awalnya dipandang sebagai sebuah “barter.” Argentina mendapat status tuan rumah dan sebagai rasa terima kasih, Argentina mau melawat ke Indonesia. Tapi, tidak ada yang tahu apa yang terjadi di balik meja perundingan antara PSSI (Erick Thohir) dan FIFA.

Isu bahwa Indonesia akan menggantikan Peru sebenarnya berembus sudah cukup lama setelah Peru dan Indonesia sama-sama dicoret sebagai status tuan rumah. Anggota Komite Eksekutif PSSI Arya Sinulingga yang diwawancarai redaksi Panditfootball pada April 2023 silam terkait isu menggantikan Peru sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 menjawab bahwa fokus PSSI saat itu adalah menghindari banned FIFA.

“Karena banned ini yang berbahaya bagi kita. Jadi kita nggak usah bicara tentang (tuan rumah Piala Dunia) U-17, masih jauh. Nggak akan bisa U-17 kalau kita di-banned FIFA. Jadi sekarang kita fokusnya bagaimana kita lepas dari banned FIFA,” ujar Arya.

Dan sekarang, FIFA telah memutuskan Indonesia adalah tuan rumah Piala Dunia U-17. Jadwal semula Piala Dunia U-17 adalah 10 November hingga 2 Desember. Jika dilaksanakan sesuai jadwal tersebut, iklim politik tanah air sedang memuncak dan tentu akan mengganggu jalannya liga domestik.

Merujuk pada situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), agenda penting Pemilu 2024 merentang pada bulan November hingga Februari. Pada 19 Oktober – 25 November, akan dilaksanakan pencalonan presiden dan wakil presiden, sementara 28 November – 10 Februari adalah masa kampanye.

Di sisi lain, PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah mengeluarkan kebijakan suporter tamu dilarang hadir di pertandingan Liga 1 dengan alasan memuluskan perizinan dari kepolisian serta mengingat Liga 1 dijalankan berbarengan dengan tahun politik.

Menggelar Piala Dunia U-17 di tahun politik pun bukan tanpa risiko. Piala Dunia adalah hajatan FIFA di mana Indonesia harus mematuhi standar aspek tertentu agar dianggap sukses, seperti fasilitas dan keamanan.

Dibandingkan dengan Peru, secara infrastruktur Indonesia barangkali lebih siap. Peru tidak bisa memenuhi standar fasilitas karena pada awal tahun negara Amerika Latin tersebut memang dilanda konflik politik dan bencana alam. Indonesia sudah punya enam stadion dengan fasilitas penunjang yang siap digunakan. Namun, empat dari enam stadion itu merupakan kandang dari empat tim Liga 1.

Enam stadion itu adalah Gelora Jakabaring, Gelora Bung Karno (GBK), Si Jalak Harupat, Manahan, Gelora Bung Tomo (GBT), dan I Wayan Dipta. Rencananya, GBK akan dipakai Persija Jakarta, Manahan adalah kandang Persis Solo, GBT merupakan kandang Persebaya Surabaya dan I Wayan Dipta menjadi rumah Bali United. Seandainya enam stadion itu akan digunakan semuanya untuk menggelar Piala Dunia U-17, sudah pasti ada tim yang harus terusir sementara dari kandangnya.

Jika merujuk jadwal Liga 1 yang dikeluarkan LIB, pada 11 November 2023, Persija akan menggelar laga kandang di GBK melawan Persikabo 1973. Pada 10 November pun Manahan akan digunakan Laskar Sambernyawa untuk menjamu Bhayangkara FC dan di tanggal yang sama I Wayan Dipta akan menggelar pertandingan Bali United melawan Borneo FC.

Seandainya kick off Piala Dunia U-17 resmi dilangsungkan 10 November, maka GBK mustahil digunakan untuk laga pembuka sebagaimana Manahan dan I Wayan Dipta. Di samping itu, GBK pun tidak bisa digunakan di pertengahan November karena sudah dipesan terlebih dahulu untuk menggelar konser band Coldplay.

Ini hanya satu problem di laga pembuka. Piala Dunia U-17 merentang hampir satu bulan dan bukan persoalan sepele untuk mencari jalan keluar yang bijaksana bagi klub-klub yang terpaksa harus musafir.

Liga 1 sendiri mulai diliburkan pada 18 Desember 2023 berkenaan dengan persiapan timnas menuju Piala Asia. Rasanya bukan pilihan bijak untuk meliburkan Liga lebih dini hanya karena Piala Dunia U-17. Setelah ditetapkan menjadi tuan rumah, mau tidak mau langkah mitigasi harus dilakukan oleh PSSI, LIB, Kepolisian, dan klub.

LIB kadung mengeluarkan maklumat melarang supporter tamu demi memuluskan perizinan. Polisi, bagaimanapun, tidak mungkin lepas tangan. Mengamankan liga dan Piala Dunia di tengah iklim politik mau tidak mau harus dilakukan. Yang lebih penting lagi adalah berkomunikasi dengan pihak klub, terutama klub yang kandangnya akan dipakai untuk menggelar pertandingan Piala Dunia U-17.

Di sisi lain, skuad U-17 Indonesia nyaris tanpa persiapan apa pun. Tidak lolos ke putaran final Piala Asia U-17 2023 membuat anak asuh Bima Sakti tidak berkumpul lagi. Timnas U-17 bermain terakhir kali pada Kualifikasi Piala Asia pada Oktober 2022 lalu. Saat ini, para pemainnya pun patut kita pertanyakan. Bermain di manakah mereka? Apakah di Elite Pro Academy (EPA)? Apakah Bima Sakti akan mengambil pemain-pemain dari tim EPA? Apakah mereka regular bermain di luar timnas? Bagaimanapun, level kelompok umur adalah ajang untuk membentuk pemain, bukan untuk mengincar prestasi.

Bagi Indonesia, persiapan skuad lagi-lagi akan mengandalkan seleksi dan training camp (TC) kurang lebih selama empat bulan. Padahal, jam terbang di kompetisi usia muda sangatlah vital bagi pemain muda. Lagi-lagi, di sini akan diuji berapa besar komitmen PSSI ke depan untuk menggenjot pembinaan karena tulang punggung timnas di masa mendatang adalah iklim pembinaan dan kompetisi yang baik, bukan pada individu-individu pemain.

Salah satu pemain U-17, yakni Arkhan Kaka, memang menjalani debut di Liga 1 bersama Persis pada 4 April 2023 kala Laskar Sambernyawa berhadapan dengan Persib Bandung. Kaka pun memecahkan rekor sebagai pemain termuda yang menjalani debut di Liga 1 saat umurnya baru 15 tahun, 7 bulan, dan dua hari.

Kaka tentu masih cukup sulit untuk mendapatkan tempat utama di timnya sebagaimana kebanyakan pemain muda lain. Itulah gunanya turnamen reserve bagi pemain muda yang menampung mereka ketika belum mendapatkan tempat di tim utama. Turnamen reserve ini pun harus berkesinambungan dengan jalannya Liga 1, tidak sekadar berjalan selama satu atau dua bulan.

Pesepakbola remaja terbaik dari negara peserta akan datang ke Indonesia. Tampaknya, kita tak lebih sekadar sebagai penjamu setelah (lagi-lagi) mendapat tiket lolos dari give away belaka.

Komentar