Pertahanan Terlalu Mudah Ditembus, Chelsea Pulang dengan Tangan Hampa

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pertahanan Terlalu Mudah Ditembus, Chelsea Pulang dengan Tangan Hampa

Brighton and Hove Albion kembali ke jalur kemenangan dengan menekuk Chelsea di Amex Stadium dengan skor 4-1. Kemenangan ini sangat penting bagi The Seagulls karena mereka gagal menang dalam lima pertandingan terakhir. Hasil ini membawa Brighton ke peringkat delapan dengan torehan 18 poin dari 12 pertandingan.

Kedua tim turun dengan komposisi pemain dan formasi dasar yang mengejutkan. Roberto De Zerbi menggunakan formasi dasar 4-2-3-1. Padahal sebelumnya ia lebih sering bermain dengan 3-4-2-1. Danny Welbeck yang absen pada pertandingan ini tidak membuat De Zerbi kebingungan. Ia justru berani menurunkan Kaoru Mitoma sebagai sayap kiri. Tidak hanya itu, Adam Lallana dipercaya kembali masuk ke sebelas pertama dan bermain di belakang Leandro Trossard yang digeser sebagai penyerang tengah.

Graham Potter tidak kalah mengejutkan. Ia memasang Christian Pulisic dan Raheem Sterling sebagai bek sayap dalam format 3-4-2-1. Kai Havertz turun sejak menit pertama menggantikan Pierre-Emerick Aubameyang sebagai penyerang tengah. Komposisi skuad seperti ini menunjukan bahwa Potter fokus kepada serangan karena ada 6 pemain outfield yang memiliki karakter menyerang.

Gambar 1 - Susunan Sebelas Pertama Brighton dan Chelsea

sumber : WhoScored

Chelsea berhasil mendominasi 59 persen penguasaan bola. Walaupun demikian, tidak banyak peluang yang berhasil diciptakan. Mereka hanya mampu melepaskan 15 tembakan yang tujuh diantaranya menemui sasaran. Sementara tuan rumah justru lebih sering mengancam dengan sembilan tembakan ke gawang Kepa Arrizabalaga dan Edouard Mendy.

Terlepas dari hasil akhir, pertandingan ini mempertontonkan laga yang menarik. Kedua pelatih sejak awal laga menggunakan skema baru yang lebih segar. Di tengah laga pun, mereka saling beradu taktik agar dapat mengubah jalannya pertandingan dan mendapatkan hasil akhir sesuai yang diharapkan.

Chelsea Terlalu Mudah Terancam dari Kotak Penalti

Sejak awal laga berjalan, Thiago Silva harus jatuh bangun untuk menjaga pertahanan Chelsea. Bahkan, ia melakukan dua penyelamatan ketika pertandingan baru berjalan kurang dari 10 menit. Hal ini menunjukan bahwa pertahanan The Blues rapuh dari awal pertandingan. Ketika laga berakhir, mereka total menderita 15 tembakan dari dalam kotak penalti.

Aktor utamanya adalah Leandro Trossard yang secara mengejutkan diplot sebagai ujung tombak. Biasanya, pemain asal Belgia ini bermain di belakang penyerang atau bergerak dari sayap. Ia menjadi pemain yang paling sering menyentuh bola di dalam kotak penalti lawan (10 kali). Tidak hanya itu, pemain asal Belgia tersebut melepaskan enam tembakan dari dalam kotak penalti. Catatan ini merupakan catatan terbaik di antara semua pemain. Keberhasilan ini juga tidak lepas dari peran Mitoma dan Estupinan yang memanfaatkan ruang di antara Loftus-Cheek dan Chalobah sehingga memaksa Silva untuk bergerak ke ruang yang ditinggalkan Chalobah. Alhasil, Trossard sering tidak terkawal dan terbuka untuk menjadi target umpan.

Penyebab lain adalah kemampuan lini bertahan Chelsea yang lemah pada situasi second ball. Situasi tersebut erat kaitannya dengan momen duel antara dua atau lebih pemain untuk merebut penguasaan bola. Pada pertandingan ini, Brighton tercatat memenangkan 52 persen duel. Hal ini diperparah dengan banyaknya penguasaan bola yang hilang dari tim tamu. Terbukti selama laga berlangsung, mereka kehilangan bola sebanyak 123 kali.

Situasi tersebut tidak berhasil diurai oleh Potter hingga akhir babak pertama. Tiga gol yang dilesatkan tuan rumah bukan hanya berasal dari kemampuan Trossard dkk mengeksploitasi pertahanan Chelsea. Tapi juga unit pertahanan The Blues yang terlalu mudah terancam.

Perombakan di Babak Kedua

Babak pertama, Brighton berhasil menceploskan tiga gol ke gawang Kepa meski dua dari tiga gol tersebut berstatus gol bunuh diri. Tapi, hal ini menunjukan bahwa ada masalah makro di kubu tim tamu. Mayoritas pemain yang Potter turunkan berkarakter menyerang sehingga ketika mereka diserang, Thiago Silva dkk kesulitan karena Trossard bergerak sangat dinamis di lini pertahanan Chelsea.

Potter sadar bahwa komposisi pemain yang ia turunkan ternyata menimbulkan ketidakseimbangan. Ia merespon dengan mengubah formasi dasar menjadi 4-3-3 dengan menggeser Ruben Loftus-Cheek sebagai bek kanan. Tidak hanya itu, Sterling dan Pulisic didorong lebih ke depan sekaligus menarik Conor Gallagher dan Mason Mount agar lebih sejajar dengan Mateo Kovacic.

Gambar 2 - Susunan Pemain Chelsea Babak Pertama (kiri) dan Awal Babak Kedua (kanan)

Sumber : WhoScored

Ilustrasi di atas menunjukan adanya perubahan makro dalam susunan pemain Potter meski tidak melakukan pergantian pemain. Adaptasi ini memberikan hasil positif. Babak kedua baru berjalan tiga menit, tim tamu berhasil memperkecil keadaan melalui tandukan Havertz memanfaatkan umpan silang Gallagher dari half-space sisi kanan. The Blues semakin meningkatkan intensitas serangan untuk terus mengejar ketertinggalan.

Mantan pelatih Swansea tersebut sempat menambah daya gedor dengan memasukan Aubameyang pada menit ke-63 menggantikan Sterling. Dua puluh menit babak kedua berjalan, Chelsea melepaskan delapan tembakan. Beruntung, Robert Sanchez tampil sangat gemilang dengan melakukan tujuh penyelamatan.



Menggeser Pascal Gross

De Zerbi sadar bahwa 44 persen serangan Chelsea berawal dari sisi kanan pertahanan timnya. Hal ini wajar karena di area tersebut dikawal oleh Pascal Gross yang biasanya bermain sebagai gelandang serang. Ketika tim tamu berhasil memperkecil ketertinggalan, pelatih asal Italia ini merespon dengan menlakukan pergantian pemain yang sangat efektif.

Ia menarik Kaoru Mitoma dan memasukan Tariq Lamptey pada menit ke-73. Keputusan ini bertujuan untuk meredam serangan Chelsea dari sisi kanan sekaligus mengembalikan Gross ke posisi aslinya dengan harapan menambah daya gedor di lini depan. Adaptasi ini berjalan positif karena Lamptey lebih familiar bermain di posisi bek kanan dan ia memiliki pemain baru di lini depan (selain Julio Enciso yang masuk pada menit ke-65). Puncaknya, The Seagulls mengunci kemenangan di penghujung laga berkat gol dari Gross memanfaatkan tepisan Edouard Mendy setelah menerima tembakan Trossard.

Hasil pertandingan ini sangat penting bagi Brighton dan Roberto De Zerbi karena lima pertandingan sebelumnya mereka selalu gagal menang. Berkat kemenangan ini, mereka diharapkan bisa meningkatkan rasa percaya diri. Bagi tim tamu, terlihat jelas bahwa Graham Potter masih meraba-raba taktik yang paling cocok untuk Chelsea. Meski kalah, Potter memahami satu hal bahwa komposisi pemain di babak pertama tidak memberikan keseimbangan.

Komentar