Liga 1 Sebagai Panggung Pemain Brasil

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Liga 1 Sebagai Panggung Pemain Brasil

Alex dos Santos Goncalves untuk sementara jadi pencetak gol terbanyak Liga 1 2019. Penyerang Persela itu telah mengoleksi 8 gol. Dia mengungguli penyerang Tira Persikabo, Ciro Alves, yang mencetak 7 gol serta penyerang Barito Putera, Rafael da Silva Souza dengan 6 golnya. Di top asis, Ciro juga jadi salah satu yang terbaik bersama Flavio Beck Junior. Menariknya, nama-nama tersebut berasal dari Brasil.

Sepakbola Indonesia memang bukan negara asing bagi para Brasilian. Para pemain legendaris seperti Carlos de Mello, Marcelo Braga, Luciano Leandro, Jacksen F. Tiago, Danilo Fernando, David da Rocha, atau Antonio Claudio berasal dari Brasil.

Sekarang ada 23 pemain Brasil yang beredar di Liga 1 2019. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dalam tiga musim terakhir. Musim lalu sebenarnya terdapat 28 pemain asal Brasil, namun 7 di antaranya dilepas atau digantikan pada pertengahan musim. Sementara pada 2017 ada 22 pemain.

Menariknya, sejak divisi teratas sepakbola Indonesia kembali bergulir pasca dihukum FIFA, atau sejak Liga 1 mulai menggantikan Indonesia Super League (ISL), Liga 1 telah menjadi panggung bagi para Brasilian. Pada era ISL, pemain Brasil sebenarnya kurang diminati klub-klub teratas Indonesia.

Pada ISL 2015, yang berjalan hingga pekan ketiga sebelum Indonesia dihukum FIFA, dari 18 kesebelasan klub, hanya ada 4 pemain Brasil. Jumlah itu menurun dari 5 pemain pada ISL 2014 dan 6 pemain pada ISL 2013.

Saat itu pemain-pemain asal Afrika memang masih menjadi favorit klub-klub ISL. Pemain dari Kamerun dan Liberia paling diminati. Bahkan tidak hanya Brasil, jumlah pemain Argentina pun mampu disaingi oleh pemain Kamerun dan Liberia. Bahkan pada ISL 2012 hingga ISL 2014, pemain Kamerun menjadi yang terlaris dengan jumlah 10-11 pemain, ketika pemain Argentina dan Brasil hanya berada di angka 6-7 pemain.

Namun per ISL 2015 para pemain Kamerun dan Liberia terpangkas setengahnya. Pada liga yang dinamai QNB League itu hanya ada 4 pemain Kamerun dan 5 pemain Liberia. Para pemain Afrika mulai tersisih dari sepakbola Indonesia karena pada Desember 2014, PT Liga Indonesia melarang klub Indonesia merekrut pemain asing baru dari 13 negara yang berstatus Clearing House (CH) oleh pemerintah. Dari 13 negara itu terdapat tiga negara pemasok utama pemain asing Indonesia, yakni Kamerun, Liberia dan Nigeria.

Meski begitu, klub-klub Indonesia tidak langsung berpaling ke negara-negara Amerika Latin, dalam hal ini Brasil. Mereka justru lebih tertarik dengan para pemain Eropa dari Montenegro, Spanyol, Kroasia, Rusia atau Serbia hingga negara seperti Estonia, Moldova, Bulgaria, Latvia dan Siprus pun ada. Montenegro jadi negara yang paling banyak menyumbangkan pemain asing, yakni 5 pemain, ketika hanya ada 4 pemain Brasil dan 2 pemain Argentina.

Tapi begitu memasuki Indonesia Soccer Championship 2016, sepakbola Indonesia langsung kebanjiran pemain Brasil karena terdapat 19 pemain Brasil pada awal musim dan meningkat hingga 26 pemain pada pertengahan musim.

Dari situlah Liga 1 edisi pertama mulai dihiasi pemain Brasil. Dari total 54 pemain asing kategori non-Asia, 38,9% atau lebih dari sepertiganya adalah pemain Brasil. Sekarang jumlah tersebut meningkat menjadi 42,5%.

Sebenarnya bukan hanya di Indonesia saja pemain Brasil jadi favorit klub. Setengah pemain asing non-Asia di Malaysia Super League berasal dari Brasil. Klub Thailand mengontrak 22 pemain asing dari total 48 pemain non-Asia (45,8%). Vietnam juga menggandrungi pemain Brasil dengan 40,2% peredaran pemain. J1-League (Liga Jepang) bahkan memiliki 46 pemain Brasil dari total 97 pemain asing.

Jepang memang jadi negara yang paling konsisten menggunakan jasa pemain Brasil. Pada periode 2013 hingga 2017 (periode sebelum aturan pembebasan jumlah pemain asing dalam satu klub, namun hanya 5 pemain yang boleh dimainkan dalam satu pertandingan), jumlah pemain Brasil selalu lebih dari setengahnya. Bahkan pada musim 2015, dari 48 pemain asing, hanya 14 pemain yang bukan berasal dari Brasil, alias 75,5%-nya merupakan berpaspor Brasil.

Tampaknya hal tersebut mempengaruhi klub-klub Liga Indonesia untuk menggunakan jasa pemain Brasil. Apalagi klub Indonesia kerap merekrut mantan pemain asing dari Liga Thailand dan Malaysia. Walau memang klub Indonesia lebih sering mendapatkan pemain asing yang baru mencicipi sepakbola Asia.

Menariknya, meski pemain Brasil sudah merajalela di sepakbola Indonesia, ada sejumlah kesebelasan yang belum tertarik menggunakan pemain Brasil. Di Liga 1 2019 ini ada Persib, PSM, dan Semen Padang yang tidak memakai pemain Brasil.

Lebih menariknya lagi, Persib dan PSM sama-sama tidak sekalipun menggunakan pemain Brasil sejak Liga 1 edisi pertama. Bahkan Persib terakhir kali dihuni pemain Brasil pada 2013 ketika memiliki Hilton Moreira, sementara PSM sempat mengontrak satu pemain Brasil pada putaran dua ISC 2016. [Ralat: Persib merekrut Fabiano Beltrame pada 2019, namun belum didaftarkan karena hendak dijadikan pemain naturalisasi, PSM sempat merekrut Alessandro Ferreira pada 2018 dan Reinaldo Elias pada 2017 keduanya terdaftar sebagai pemain asing Asia]

Punya pemain Brasil memang bukan jaminan sebuah tim bisa tampil lebih menjanjikan. Tapi, kebetulan atau tidak, Tira Persikabo (sebelumnya bernama PS TNI) meroket ke papan atas Liga 1 2019 bersama Ciro Alves-nya padahal pada 2016, 2017 dan 2018 nyaris terdegradasi, di mana mereka pada tiga musim tersebut tak menggunakan pemain asal Brasil (pada 2016 seluruhnya pemain lokal).

Tapi pada akhirnya entah dari mana seorang pemain berasal, kualitas pemain asing yang didatangkan memang harus di atas rata-rata pemain Indonesia. Toh, Mitra Kukar, Sriwijaya FC, PSMS, Persegres, Persiba dan Semen Padang tetap terdegradasi meski mereka diperkuat pemain Brasil.

Maka dari itu, klub harus lebih selektif dalam memilih pemain baru yang mayoritas masih berdasarkan tawaran agen. Lebih jauh, klub harus bisa mencari sendiri tipikal pemain yang mereka butuhkan, bukan hanya melihat dari rekam jejak, asal negara pemain, atau video kompilasi YouTube semata.

Komentar