Kesalahan Manchester City

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Kesalahan Manchester City

Tottenham Hotspur berhasil mencuri kemenangan satu gol tanpa balas pada leg pertama perempatfinal Liga Champions UEFA 2018/19. Melawan Manchester City, gol Son Heung-min jadi satu-satunya gol yang tercipta pada laga yang digelar Rabu (10/4) dini hari WIB tersebut.

Sejatinya kedua kesebelasan bermain sama kuat. Meski bermain tandang, Man City lebih diunggulkan karena sebelumnya mereka melalui 14 pertandingan di segala ajang dengan rentetan kemenangan. Pada pertandingan di Tottenham Hotspur Stadium (New White Hart Lane) ini Man City lebih dominan lewat penguasaan bolanya. Namun City tidak bisa begitu saja menembus pertahanan kubu tuan rumah. Gol Spurs sendiri tercipta karena sebuah kesalahan fatal dari pemain City.

Spurs turun dengan pola dasar 4-2-3-1. Manajer Spurs, Mauricio Pochettino, memilih duet Moussa Sissoko dan Harry Winks sebagai dobel jangkar. Son pun dimainkan sejak menit pertama untuk menemani tiga pemain menyerang lain, yakni Bamidele Alli, Christian Eriksen, dan Harry Kane. Bermainnya Son membuat Lucas Moura tergeser ke bangku pemain pengganti. Di lini pertahanan, Pochettino memilih duet Toby Alderweireld dan Jan Vertonghen bersama Danny Rose dan Kieran Trippier.

City di sisi lain juga bermain dengan pola dasar serupa. Fabian Delph mengisi pos bek kiri. Ilkay Gündogan (mengisi pos Bernardo Silva yang cedera) berduet dengan Fernandinho di depan Aymeric Laporte dan Nicolas Otamendi. Riyad Mahrez, David Silva, Raheem Sterling, dan Sergio Agüero jadi pemain yang paling sering berada di lini pertahanan lawan. Agüero sebelumnya absen pada dua laga City karena cedera.

Kesulitan Man City Membangun Serangan

Terdapat kebingungan di kubu City pada awal-awal babak pertama. Dalam build-up serangan mereka, City sempat membentuk pola dasar 2-4-4 dengan Kyle Walker sejajar Otamendi dan Laporte sementara Fabian Delph menemani Fernandinho agar Gündogan menjadi pemain yang mengisi lebar lapangan di sisi kiri (Agüero turun sejajar dengan Silva).

Namun belum sampai menit ke-10, Delph kembali ke sayap setelah mendapatkan "instruksi" dari Gündogan. Skuat asuhan Pep Guardiola ini akhirnya membangun serangan dengan pola dasar 2-4-4 di sisa pertandingan sesuai dengan posisi default masing-masing pemain.

Gambar 1 - Fabian Delph mengisi lini tengah pada awal-awal babak pertama ketika City menguasai bola

Walau begitu, City tetap kesulitan dalam membangun serangan lewat umpan pendek sejak dari kiper. Hal itu tak lepas dari pola bertahan Spurs yang bermain dengan high pressing ketika City hendak memulai serangan. Dalam fase tak menguasai bola, Spurs membentuk 4-1-4-1.

Posisi pemain Spurs menyesuaikan dengan posisi para pemain City. Sissoko, misalnya, akan berada di depan duet bek tengah Spurs untuk menjaga Silva sementara Winks sejajar dengan Alli (menjaga Fernandinho) untuk menjaga Gündogan. Jika Agüero masuk ke area di depan bek tengah yang kosong, maka pemain yang melakukan penjagaan bisa Winks yang mundur atau bisa salah satu dari bek tengah yang naik.

Satu hal yang pasti, Spurs tidak terlalu agresif dalam merebut penguasaan bola meski menerapkan high pressing. Apalagi pada babak pertama, lini tengah Spurs hanya berfokus pada menutup akses build-up pemain City yang terlihat mencari pemain berposisi di tengah seperti Fernandinho, Gündogan, Silva, dan Agüero. Baru pada babak kedua perebutan bola pressing Spurs lebih agresif, walau tetap skema utamanya adalah menutup aksen operan City lewat tengah.

Gambar 2 - Grafis lokasi perebutan penguasaan bola Spurs pada babak pertama (gambar sebelah kiri) mayoritas terjadi di area pertahanan sendiri - via: Wyscout)

Skema pertahanan Spurs itu membuat para pemain City perlahan-lahan tidak terlalu melebar saat membangun serangan. Rapatnya jarak antar pemain City saat menyerang pun sebagai antisipasi transisi serangan balik Spurs ketika City kehilangan bola. Pada babak pertama, saat City hanya mampu menciptakan 4 tembakan, Spurs berhasil melepas 8 tembakan mengandalkan serangan balik ini. Walau memang, mayoritas tidak terlalu membahayakan.

Kesalahan Manchester City Berbuah Gol Spurs

Meski City kesulitan menciptakan peluang, bukan berarti Spurs juga lebih mudah menciptakan peluang. Spurs menciptakan peluang lebih banyak tapi dari segi kualitas peluang menjadi wajar karena mereka berani melepas tendangan dari luar kotak penalti sementara City berusaha mengirimkan bola ke kotak penalti untuk menciptakan peluang.

Bahkan soal peluang mencetak gol, City punya kans lebih baik. Namun tendangan penalti Agüero dan sundulan Otamendi mampu diamankan dengan baik oleh kiper Spurs, Hugo Lloris. Kedua peluang tersebut terjadi di kotak penalti dengan situasi peluang terbuka.

Sama seperti Spurs, City juga melakukan high pressing. Namun Spurs tidak terlalu kerepotan lolos dari tekanan para pemain City. Selain tak ragu untuk mengirimkan umpan jauh (City lebih jarang mengirimkan umpan panjang), pola dua gelandang bertahan yang diterapkan City membuat City kerap kalah jumlah pemain ketika menekan Spurs di area pertahan Spurs.

Jika City berusaha memainkan umpan-umpan pendek, Spurs mengombinasikan umpan pendek dan panjang untuk memanfaatkan ruang kosong di pertahanan City. Harry Kane dan Dele Alli kerap diandalkan dalam duel-duel bola udara di sekitar depan kotak penalti City. Namun City punya Otamendi, Laporte, dan Fernandinho yang juga tak kalah kuat dalam duel udara. Alli akhirnya hanya memenangi satu duel udara dari tujuh kali percobaan. Sementara Kane unggul dua kali dan kalah dua kali.

Hal yang menjadi kunci keberhasilan Spurs pada laga ini adalah memindahkan Son yang memulai pertandingan di sayap kiri ke sayap kanan sejak menit ke-15. Pochettino tampaknya melihat area Delph sebagai wilayah terlemah City. Terbukti Son mampu menang 8 duel udara dari 9 percobaan dan berhasil 6 kali melewati lawan (dribble) dari 7 percobaan. Tiga kali upaya mendribel melalui Delph, tiga kali juga Son melewatinya. Gol Spurs juga tercipta atas keunggulan Son dalam menghadapi Delph di sisi kiri pertahanan Spurs.

Gambar 3 - Grafis lokasi dribel permain Spurs - via: Wyscout

Akan tetapi gol tersebut tercipta juga tak lepas dari kesalahan pemain City sendiri. Sebelum gol terjadi, pemain City seperti Ederson Moraes, Delph, Gündogan, dan Otamendi sempat mengira bola sudah keluar lapangan. Hal tersebut tentu memicu mereka kehilangan fokus; seperti Delph yang akhirnya tertinggal satu langkah kurang dekat dengan Son, Ederson yang juga terlambat mundur satu langkah kembali ke gawang, dan Gündogan yang terlambat menutup ruang kosong di samping Delph.

Gol Spurs juga sebenarnya terjadi tak lepas dari keputusan Pochettino memasukkan Moura ketika Kane mengalami cedera pada menit ke-58. Alih-alih memasukkan Fernando Llorente yang berposisi penyerang tengah seperti Kane, masuknya Moura membuat Eriksen bergeser ke tengah sementara Moura mengisi pos sayap kiri yang sebelumnya ditempat Eriksen. Eriksen mengirim asis untuk Son ketika dirinya berada di tengah. Pergantian jitu Pochettino. Llorente baru masuk pada ke-87 menggantikan Alli yang mengisi tempat Kane sejak Moura masuk.

City sendiri tidak mengubah skema pada babak kedua. Pergantian pemain dilakukan pada menit ke-71, Gabriel Jesus menggantikan Agüero. Kevin De Bruyne dan Leroy Sané baru bermain jelang tiga menit waktu normal berakhir, menggantikan Mahrez dan David Silva. Pergantian ini tidak memberikan dampak mungkin karena pergantian tersebut terlambat.

***

Melihat permainan kedua kesebelasan, hasil imbang sebenarnya hasil yang adil. Namun satu kesalahan fatal pemain City membuat Spurs mampu mencuri gol kemenangan. Guardiola sendiri mengakui jika sebenarnya dia cukup puas dengan permainan anak asuhnya meski harus menerima kenyataan gagal meraih kemenangan.

"Kamu tidak bisa berharap datang ke semifinal atau perempatfinal leg pertama dan menang 0-3. Kami punya opsi lain, peluang lain dan itu yang paling penting," ujar Pep usai laga seperti yang dirilis laman resmi City.

"Aku tahu pentingnya gol tandang tapi seperti itulah situasi yang terjadi. Tim ini, sejujurnya, ketika menurut kalian kami bermain tidak bagus, aku tidak merasakan seperti itu. Khususnya di babak pertama, di babak kedua kami juga bisa membangun serangan lebih baik, menekan lebih banyak. Ini hanya soal kualitas yang mereka miliki dan mereka mencetak satu gol," sambungnya.

Di sisi lain, Pochettino pun beranggapan bahwa kemenangan ini belum menunjukkan timnya lebih baik dari City. Namun kemenangan tersebut membuat kepercayaan diri anak asuhnya meningkat dan menumbuhkan harapan besar untuk lolos ke semifinal.

"Permainan kami sangat bagus. Tapi ini hanya leg pertama dan buatku, City masih tetap favorit," ujar Pochettino pada laman resmi Spurs. "Tapi aku senang, senang dengan permainan kami. Pendekatan yang bagus pada permainan awal dan kami sangat agresif juga pintar dalam bermain."

"Dengan kepercayaan diri dan cara kami bermain, juga dengan kualitas yang kami miliki, kami bisa mengalahkan siapapun. Kami punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan karena leg kedua akan sulit. Di sepakbola, jika kamu punya rasa percaya dan bekerja keras, semuanya mungkin," sambung Pochettino.

Kedua kesebelasan akan menjalani leg kedua di markas City, Etihad Stadium, pada 17 April mendatang. Meski Spurs unggul 1-0, kans City untuk lolos belum tertutup apalagi jika melihat permainan mereka pada leg pertama ini.

foto: mancity.com


Simak opini, komentar, dan sketsa adegan Rochi Putiray tentang jual-beli lisensi klub yang kerap terjadi di Liga Indonesia:



Komentar