Indonesia Belum Dapat Buah Manis dari Pemain Naturalisasi

Cerita

by Redaksi 21

Redaksi 21

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Indonesia Belum Dapat Buah Manis dari Pemain Naturalisasi

Setiap tahun pemain naturalisasi di Indonesia terus bertambah. Di akhir tahun 2018 lalu, Beto Goncalves dan Esteban Vizcarra menambah jumlah para pemain yang dulunya pemain asing mendapat status sebagai WNI. Beto malah langsung mendapat kepercayaan untuk membela Tim Nasional Indonesia di ajang Asian Games 2018 dan juga Piala AFF 2018.

Di ASEAN, beberapa negara juga melakukan hal yang sama dengan Indonesia, melakukan naturalisasi. Bedanya negara-negara di ASEAN yang melakukan naturalisasi telah mendapatkan hasil positif.

Singapura adalah negara yang langsung memetik buah manis dari pemain naturalisasi. Singapura langsung meraih gelar Piala AFF 2004 ketika di dalam skuat mereka terdapat tiga nama pemain naturalisasi yaitu Danielle Bennett, Itimi Dickson dan Agu Casmir.

Negara lain yang langsung memetik buah manis dari naturalisasi adalah Filipina. Piala AFF 2010 menjadi bukti ketika mereka langsung lolos ke babak semifinal padahal sebelumnya Filipina dikenal sebagai negara penghibur bagi peserta lain seperti Indonesia, Thailand, Singapura dan Vietnam. Sembilan pemain naturalisasi terdapat di skuat Filipina di Piala AFF 2010 kala itu.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia pertama kali melakukan naturalisasi pada tahun 2010. Tapi sayangnya hingga kini belum ada gelar juara yang diraih oleh Indonesia dengan materi pemain naturalisasi di dalamnya. Berikut daftar lengkap catatan 24 pemain naturalisasi Indonesia.

Cristian Gonzales

Cristian Gonzales menjadi pemain asing pertama yang dinaturalisasi dan mendapat status WNI pada tahun 2010. Gonzales bisa dibilang sebagai pemain naturalisasi yang paling sukses membela tim nasional Indonesia.

Ketika dinaturalisasi pada tahun 2010, Gonzales telah berusia 34 tahun. Meski sudah termasuk usia tua, Gonzales tetap menunjukkan ketajamannya. Terbukti ketika langsung bermain di Piala AFF 2010, Indonesia dibawanya lolos hingga babak final.

Proses naturalisasi Gonzales kala itu bukan karena dinaturalisasikan oleh PSSI tapi sang pemain lah yang langsung mengajukan diri untuk menjadi WNI karena memang ia telah tinggal di Indonesia sejak 2003 dan memiliki istri orang Indonesia. PSSI kala itu hanya membantu proses pengajuan ke Departemen Hukum dan HAM.

Kini ia sudah berumur 42 tahun tapi ketajamannya masih cukup ditakuti bek lawan. Terbukti musim lalu ia berhasil membawaPSSSleman promosi ke Liga 1.

Hingga tulisan ini dibuat, Gonzales menjadi pemain naturalisasi yang paling banyak memainkan laga Timnas dengan total 28 caps dan mencetak 12 gol.

Kim Kurniawan

Kim Kurniawan adalah pemain kedua yang dinaturalisasi Indonesia setelah Gonzales pada Desember 2010 oleh rekomendasi PSSI. Usai Piala AFF 2010, beberapa pemain asing atau para pemain yang memiliki keturunan Indonesia memang dinaturalisasi demi memberikan prestasi untuk Timnas Indonesia.

Sebelumnya Kim berkewarganegaraan Jerman, negara asal ibunya. Kim muncul pertama kali ketika dibawa oleh pelatih Timo Scheunemann untuk bermain di Indonesia, tepatnya di Persema Malang. Sebelum datang ke Indonesia, Kim bermain di level junior bersama klub Karlsruher dari tahun 1996 hingga 2009 dan mengawali karier seniornya ketika bermain untuk FC 07 Heidelsheim di Jerman.

Melihat punya rekam jejak di Jerman, PSSI menawarkan proses naturalisasi. Ketika dinaturalisasi, Kim masih berumur 20 tahun. Umurnya jauh lebih muda dari Gonzales. Dengan usia yang masih muda tentu Kim diharapkan bisa diandalkan dalam waktu lama di tim nasional, karena itu tujuannya dinaturalisasi.

Namun setelah dinaturalisasi, Kim hanya sempat bermain satu kali untuk Timnas. Kim gagal bersaing dengan pemain tengah lainnya, khususnya pemain lokal yang memiliki posisi sama dengan dirinya.

Diego Michiels

Diego Michiels menyelesaikan proses naturalisasinya di bulan Maret tahun 2011. Ketika itu Diego masih berusia 21 tahun. Dia diproyeksikan untuk bermain di SEA Games 2011. Sebelum proses naturalisasi selesai, Diego sempat juga diproyeksikan akan langsung bermain di skuat Indonesia untuk pertandingan Pra-Olimpiade menghadapi Turkmenistan.

Diego mampu menyelesaikan naturalisasinya karena memiliki darah keturunan Indonesia sesuai pasal 17 syarat FIFA di mana salah satu orang tua kandung pemain lahir di negara tersebut, kakek atau nenek kandung pemain lahir di negara tersebut. Darah Indonesia Diego berasal dari sang ayah, Robbie Michiels, yang berasal dari Jakarta. Ia pun memiliki darah Ambon karena sang nenek, Aninjola yang berasal dari Ambon.

Bersama Timnas U23 yang bermain di ajang Sea Games 2011, Diego tampil sebanyak 8 kali dengan menyumbangkan dua gol dan memberikan medali perak untuk Indonesia. Untuk level senior, Diego hanya mencatatkan 4 caps bersama timnas senior. Ia memainkan pertandingan pertamanya untuk Indonesia ketika Indonesia berjumpa Bahrain di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2014.

Sebenarnya Diego punya kesempatan untuk bermain di Piala AFF 2012. Namun ketika itu ia harus berurusan dengan pihak kepolisian karena kasus hukum. Diego kembali memperkuat Indonesia ketika berlaga di SEA Games 2013.

Kini Diego sudah berusia 28 tahun. Umur yang masih cukup matang sebagai pesepakbola. Bersama Borneo FC, Diego adalah kapten kesebelasan dan secara konsisten bermain untuk tim. Bukan tidak mungkin ia bisa kembali dipercaya untuk masuk ke tim nasional senior jika ia bisa meningkatkan kembali penampilannya.

Ruben Wuarbanaran

Pada 2011 lalu Ruben Wuarbanaran menjalani proses naturalisasi pemain keturunan Indonesia-Belanda. Ketika itu proses naturalisasi Ruben berbarengan dengan Diego Michiels dan Joey Suk. Ruben juga diproyeksikan bermain untuk Timnas U23 di ajang SEA Games 2011. Namun pemain yang pada dinaturalisasi pada usia 21 tahun ini harus mengurungkan niatnya bermain di Timnas karena gagal lolos seleksi untuk menembus tim utama.

Kini Ruben berusia 28 tahun, sama dengan Diego. Untuk melihat Ruben bermain di timnas rasanya akan sangat sulit karena banyak pihak yang menilai Ruben tidak memiliki kualitas yang baik. Apalagi pemain yang berposisi gelandang bertahan ini pun tak bisa membuktikan kualitasnya ketika bermain di Pelita Jaya ataupun Barito Putera. Dengan karier sepakbolanya yang kian tak jelas, Ruben pun gagal mencatatkan caps di timnas senior.

Raphael Maitimo

Proses naturalisasi Raphael Maitimo sebenarnya sudah diajukan sejak 2010 bersamaan dengan Gonzales. Kala itu Maitimo sempat mengikuti seleksi tim nasional untuk Piala AFF 2010, namun Maitimo gagal membela tim nasional karena proses naturalisasinya tidak berjalan mulus.

Maitimo saat itu memang cukup banyak diperbincangkan karena ia punya catatan karier yang cukup baik di Belanda. Pemain kelahiran 17 Maret 1984 ini pernah masuk ke Feyenoord Rotterdam Junior pada tahun 2003. Setelah itu ia melanjutkan karier seniornya di FC Breda, FC Dordrect, Feyenoord Rotterdam senior dan Beijing Aigo.

Setelah gagal melakukan proses naturalisasi, Maitimo tetap berada di Indonesia untuk melanjutkan kariernya. Ia bermain untuk tim Bali Devata, salah satu peserta Liga Primer Indonesia pada 2011 sebelum akhirnya kembali ke Belanda untuk bermain di Klub VV Capelle.

Maitimo akhirnya dinaturalisasi pada tahun 2012 dan kala itu ia sudah berusia 28 tahun. Proses naturalisasinya terbilang cukup dramatis karena proses naturalisasinya selesai satu hari sebelum Piala AFF 2012 dimulai. Pada tahun itu, Indonesia sedang mengalami masalah dualisme.

Dengan pengalaman dan kepiawaiannya bermain di lini tengah, Maitimo berhasil mencatatkan 21 caps di tim nasional plus sumbangan 4 gol. Tapi kini usianya sudah mencapai 34 tahun dan kans bermain di timnas baginya semakin mengecil.

Greg Nwokolo

Greg Nwokolo disumpah untuk setia pada NKRI pada 10 Oktober 2011 di Kanwil Kemenhumkan, bersama Victor Igbonefo, Tonny Harry Cussel, Jhonny Rudolf Van Bukering dan Stefano Janjte Lilipaly. Kelima pemain tersebut dinaturalisasi lewat program yang dibuat oleh PSSI demi mendapatkan pemain asing berkualitas.

Greg pertama kali datang ke Indonesia tahun 2004, ketika itu ia memperkuat Persijatim Solo. Bermain di Indonesia, Greg mengaku sangat mencintai Indonesia. Ketika dinaturalisasi pun ia masih berusia 25 tahun, usia matang sebagai pesepakbola.

Namun sejak dinaturalisasi pada tahun 2011, Greg tercatat hanya memainkan tiga laga resmi timnas Indonesia ditambah satu laga amal. Greg memulai debutnya bersama timnas pada 23 Maret 2013, tepatnya pada pertandingan kontra Arab Saudi di ajang Kualifikasi Piala Asia 2015. Dua pertandingan lainnya ia mainkan di ajang yang sama ketika menghadapi China dan Arab Saudi.

Terakhir kali bermain di timnas pada 2014, Greg akhirnya kembali mendapatkan panggilan dari pelatih anyar timnas Indonesia, Simon Mcmenemy. Pelatih asal Skotlandia itu memasukkan namanya pada pemusatan latihan timnas di Australia yang akan digelar pada Maret 2019 ini. Pemain kelahiran Nigeria ini memang tampil konsisten bersama Madura United, kesebelasan yang dibelanya dalam dua musim terakhir.

Tonnie Cussel Lilipaly

Cusell merupakan pemain naturalisasi yang mendapat status warga negara Indonesia dalam waktu yang cukup singkat. Pemain yang lahir di Amsterdam 36 tahun lalu ini punya darah Indonesia dari keluarga Lilipaly. Cusell memang dipersiapkan dengan cepat oleh PSSI untuk menghadapi Piala AFF 2012.

Ketika dinaturalisasi, Cussel berumur 29 tahun. Konflik dualisme yang terjadi pada saat itu bisa dikatakan salah satu yang menyebabkan Cusell menjadi pemain naturalisasi.

Bersama Maitimo, Cussel langsung membela timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2012 padahal ia baru beberapa bulan saja datang ke Indonesia. Namun Cusell gagal memberikan prestasi untuk Indonesia di ajang Piala AFF 2012, Indonesia tak berdaya di ajang sepakbola dua tahunan Asia Tenggara tersebut.

Selepas membela Indonesia di Piala AFF, Cussel tak sekalipun kembali membela timnas Indonesia. Bahkan ketika berkarier di Barito Putera pada tahun 2013, Cussel hanya bermain selama satu musim. Sempat tercatat main di divisi 6 Liga Belanda, kini ia berusia 36 tahun dan kembali menetap di negara kelahirannya.

Stefano Lilipaly

Stefano Lilipaly dinaturalisasi pada tahun 2011 ketika masih berusia 21 tahun. Ia memiliki darah Indonesia dari sang ayah yaitu Ron Lilipaly. Di awal proses naturalisasinya, pemain yang pernah bermain untuk Timnas Belanda U15 dan U18 ini sempat tak ingin melepas paspor Belanda yang ia miliki.

Setelah rela melepas paspor Belandanya, Fano langsung diproyeksikan untuk bermain di Timnas U23 yang berlaga di SEA Games 2011 dan Pra-Olimpiade 2012. Namun ia menolaknya karena masih bermasalah dengan cedera yang sedang ia alami.

Lilipay memulai debutnya bersama Timnas Indonesia pada pertandingan persahabatan menghadapi Filipina. Di laga debutnya, ia langsung menunjukkan aksi dengan mencetak satu gol dan memberikan satu asis. Di tahun 2015, ia sempat diproyeksikan masuk skuat timnas untuk bermain di ajang Pra-Piala Asia 2015 tapi sayangnya karena ada permasalahan yang tak jelas, ia gagal masuk ke daftar 28 pemain Indonesia.

Di tahun 2016, ia dipercaya Alfred Riedl untuk membela Indonesia di ajang Piala AFF 2016. Kepercayaan itu dibalas dengan penampilan energiknya. Ia membawa Indonesia melaju hingga babak final, di mana Indonesia kalah dari Thailand. Di tahun 2018, ia kembali dipercaya membela Indonesia di ajang Asian Games dan terakhir di ajang Piala AFF 2018. Kali ini Indonesia gagal lolos dari babak penyisihan grup.

Kini Stefano masih berumur 29 tahun dan tampaknya ia akan tetap mendapat tempat di timnas Indonesia melihat penampilannya yang konsisten bersama Bali United. Fano sendiri memang jadi pemain yang benar-benar memberikan dampak signifikan untuk timnas dan sepakbola Indonesia.

Victor Chukwuekezie Igbonefo

Pemain yang lahir 10 Oktober 1985 di Nigeria ini mendapat status warga negara Indonesia pada 2011. Victor datang ke Indonesia pada 2005 dengan membela Persipura Jayapura. Ia resmi menjadi warga negara Indonesia ketika berusia 26 tahun.

Victor kala itu menjadi andalan lini pertahanan Persipura, ia bersama rekan-rekannya berhasil membawa Persipura menjadi juara Liga Indonesia sebanyak tiga kali. Dengan pengalaman yang luar biasa bersama Persipura, Victor diharapkan menjadi pilihan yang sangat baik untuk lini pertahanan Indonesia.

Kini Victor menginjak usia 33 tahun dan masih diandalkan di setiap klub yang ia bela. Untuk musim 2019 ia kembali bermain di Liga Thailand setelah musim lalu membela Persib Bandung. Hingga kini ia tercatat bermain dalam 12 pertandingan timnas.

Jhonny van Beukering

Van Beukering dikenal bukan karena prestasi setelah dinaturalisasi lewat program PSSI pada tahun 2011. Ia lebih kenal sebagai pemain naturalisasi paling gagal yang pernah dilakukan oleh Indonesia. Padahal ketika dinaturalisasi ia masih berusia 28 tahun, usia yang belum cukup tua sebagai pemain. Berat badan yang berlebih menjadi masalahnya ketika itu.

Van Beukering dinaturalisasi karena memiliki keturunan darah Indonesia dari sang kakek. Proses naturalisasinya terbilang lama selesai. Sebelum disumpah pada 2011, van Beukering sempat mengikuti latihan bersama Timnas pada tahun 2010 sebelum menghadapi Uruguay pada pertandingan uji tanding. Tapi karena proses naturlisasinya belum selesai, ia tidak dimasukkan ke dalam skuat Indonesia.

Tercatat semenjak dinaturalisai, van Beukering hanya memainkan dua pertandingan. Tahun 2012, ketika Indonesia sedang mengalami masalah dualisme, van Beukering masuk ke dalam skuat Indonesia untuk ajang Piala AFF 2012. Bukannya menjadi pemain inti, Beukering hanya duduk sebagai pemain cadangan. Dirinya baru dimainkan ketika menghadapi Malaysia pada 1 Desember 2012. Setelah itu ia tak sekalipun lagi membela timnas Indonesia, bahkan klub liga Indonesia tak satupun yang mau merekrutnya.

Sergio Van Dijk

Di awal kemunculan namanya pada 2009, Sergio van Dijk langsung mencuri perhatian. Ia merupakan pemain blastran Belanda-Indonesia yang mengatakan bahwa ingin menjadi warga negara Indonesia. Sergio kala itu adalah seorang pemain yang bermain di klub papan atas A-League Australia, Adelaide United. Spesialnya lagi, ia adalah seorang pencetak gol terbanyak kala itu.

Keinginan Sergio untuk mendapat status sebagai WNI kala itu mendapat penolakan dari ketua Badan Tim Nasional, Rahim Soekasah. Namun, pada tahun 2010, ketika Indonesia gagal melaju ke Piala Asia dan gagal total di SEA Games 2009, isu Sergio akan dinaturalisasi lewat program PSSI kembali mencuat. Imam Arief yang ditunjuk menggantikan Rahim Soekasah sebagai ketua BTN ingin melakukan proses naturalisasi Sergio dan memproyeksikan Sergio bermain di Piala AFF 2010. Sergio setuju untuk melakukan proses naturalisasi dan ditargetkan proses itu akan selesai di tahun 2011.

Tapi ketika tiba waktu ia akan disahkan sebagai WNI, Sergio tidak mengikuti proses sumpah untuk menjadi seorang WNI. Seharusya ia bergabung dengan Greg Nwokolo, Stefano Lilipaly, Tonny Cussel, van Beukering dan Victor Igbonefo untuk melakukan sumpah. Karena tak datang, Kemenkumham menggugurkan Sergio untuk mendapat status sebagai WNI.

Setelah sempat gagal di tahun 2011, akhirnya Sergio resmi menjadi WNI pada tahun 2012 dengan mengulangi proses naturalisasinya. Sergio kala itu berusia 30 tahun ketika dinaturalisasi.

Resminya Sergio menjadi WNI sempat menjadi harapan bahwa lini depan timnas akan semakin tajam dan akan banyak mencetak gol melihat kualitas yang dimiliki Sergio. Dia adalah pencetak gol terbanyak di Adelaide United dan juga sempat menjadi andalan lini depan Persib Bandung.

Tapi garangnya Sergio di klub tak menular di timnas. Sergio hanya mencatatkan enam kali tampil dan mencetak satu gol. Melihat kini melihat ia yang sudah berumur 36 tahun dan bermain untuk kesebelasan amatir Belanda, rasanya akan sangat sulit untuk Sergio kembali membela Indonesia.

Bio Paulin

Bio Paulin adalah pemain asing pertama yang kembali dinaturalisasi pasca sempat dihentikannnya program naturalisasi dari PSSI sejak 2012. Bio dinaturalisasi pada 2015.

Sama halnya dengan Victro Igbonefo, Bio sudah lama tinggal di Indonesia dan sama-sama lama bermain untuk Persipura Jayapura. Sebelum dinaturalisasi, Bio telah tinggal di Indonesia selama sembilan tahun. Karena sudah lama tinggal di Indonesia dan mencintai Indonesia, Bio mengajukan diri untuk mendapatkan paspor Indonesia. Keinginannya itu disambut baik oleh Manajemen Persipura dan juga PSSI yang kala itu dipimpin oleh Djohar Arifin.

Keinginannya untuk menjadi warga negara Indonesia akhirya tercapai di Maret 2015. Berusia 31 tahun kala itu, Bio resmi menjadi WNI dan berpeluang untuk membela timnas Indonesia. Di tanggal 30 Maret, namanya langsung dipanggil untuk memperkuat timnas Indonesia yang akan memainkan laga uji tanding menghadapi Myanmar.

Namun, satu bulan setelah ia dinaturalisasi, masa kelam datang untuk sepakbola Indonesia. Atas keputusan Menpora, Imam Nahrawi, PSSI dibekukan dan dilarang menggelar kompetisi hingga akhirnya Indonesia di-banned oleh FIFA, dilarang mengikuti ajang internasional. Hingga kini Bio tak lagi menambah catatan capsnya bersama timnas. Dengan usia yang sudah menginjak 34 tahun dan serangkaian cedera yang menimpanya, rasanya akan sulit bagi Bio untuk kembali bermain untuk Timnas Indonesia.

Guy Junior

Di tahun 2016 hanya ada satu pemain asing yang dinaturalisasi, yaitu Guy Junior. Pemain asing yang berasal dari Kamerun ini mendapat status WNI karena telah memiliki istri asal Indonesia. Ia dinaturalisasi ketika berusia 30 tahun.

Setelah menyelesaikan proses naturalisasi, ia digadang-gadang akan menjadi penyerang andalan timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2016, namun ia tak sekalipun dipanggil pelatih Alfred Riedl untuk bermain di timnas Indonesia.

Guy Junior datang ke Indonesia tahun 2005, kala itu bermain untuk PS Palembang dan masih berusia 19 tahun. Setelah itu ia beberapa kali membela klub Indonesia yaitu Persegres, Persidafon dan Persebaya sebelum memutuskan hijrah ke liga Hongkong dari tahun 2008 hingga 2012 sebelum kembali ke Indonesia untuk membela PSS Sleman, Madura United dan membawa Bhayangkara menjadi juara di tahun 2017.

Kini Guy Junior telah berusia 32 tahun. Musim lalu ia menjadi andalan PSM Makassar. Usianya masih lebih muda dari Beto dan Spasojevic, tapi belum ada tanda-tanda ia akan membela timnas Indonesia di kemudian hari.

Herman Dzumafo

Herman Dzumafo menyelesaikan proses naturalisasi di usia 37 tahun pada tahun 2017. Ia telah memenuhi syarat untuk menjadi warga negara Indonesia di mana ia telah tinggal di Indonesia selama lima tahun berturut-turut, memiliki istri orang Indonesia serta telah bermain di Indonesia sejak 2007.

Tapi setelah resmi menjadi WNI, Dzumafo belum sekalipun bermain untuk timnas Indonesia, mungkin alasan ia tak pernah dipanggil adalah karena usianya yang sudah terbilang tua. Kini ia sudah berusia 39 tahun dan Simon Mcmenemy yang sekarang menjabat sebagai pelatih timnas Indonesia tak memanggil namanya untuk masuk skuat Indonesia yang akan melakukan pemusatan latihan.

Mungkin yang bisa dimanfaatkan dari seorang Dzumafo adalah etos kerja yang ia lakukan, di usianya yang hampir menginjak 40 tahun, Dzumafo masih menjadi salah satu penyerang yang ditakuti di Indonesia dan ini bisa jadi contoh bagi para penyerang muda Indonesia.

Kevin Scheunemann

Kevin Scheunemann adalah keponakan Timo Scheunemann, eks pelatih Persema Malang. Sebelum resmi menjadi warga negara Indonesia, ia tercatat memegang paspor Jerman. Pada tahun 2017, Kevin resmi mendapat paspor Indonesia setelah melewati proses yang panjang. Kevin telah mengajukan diri untuk menjadi WNI sejak 2015 tapi baru disetujui dua tahun kemudian.

Ketika dinaturalisasi, Kevin berusia 26 tahun dan cukup menarik perhatian beberapa klub liga Indonesia. Persiba Balikpapan dan Madura United sempat menjajal kualitas pemain ini, tapi kedua kesebelasan tersebut gagal merekrut Kevin padahal ia punya rekam jejak berlatih di Frankfurt, bermain di klub amatir di Amerika Serikat dan juga Austria.

Kini Kevin berusia 27 tahun. Sempat melamar ke sejumlah kesebelasan Liga 1, nasibnya belum juga berubah. Meski pintu timnas belum tertutup sepenuhnya, perjuangan Kevin untuk bisa membela Timnas Indonesia tampaknya masih sangat panjang dan berat.

Ezra Walian

Pemain kelahiran Belanda, 22 Oktober 1997 ini bisa dibilang sebagai pemain yang paling cepat proses naturalisasinya. Proses naturalisasi Ezra langsung disetujui oleh Menpora, Imam Nahrawi dan Presiden Joko Widodo yang tercantum di dalam Keppres Nomor 5 Tahun 2017.

Cepatnya proses naturalisasi Ezra ini ditinjau karena prestasi yang ia torehkan di kesebelasan Jong Ajax. Tak hanya Ezra, sang ayah juga dinaturalisasi di mana sang ayah diperlukan untuk masuk manajer kurikulum program pengembangan usia muda.

Setelah menyelesaikan proses naturalisasi, Ezra yang kala itu masih berusia 20 tahun langsung dipanggil Luis Milla untuk memperkuat Timnas U23 yang berlaga di ajang SEA Games 2017. Bersama timnas U23, Ezra berhasil meraih medali perunggu.

Kini Ezra masih berusia 22 tahun dan ia masih mematangkan diri di Belanda. Dengan masih mudanya usia Ezra, bisa jadi ia akan menjadi andalan timnas Indonesia di kemudian hari dengan semakin matangnya kualitas individu karena terus berkarier di Belanda.

Illija Spasojevic

Pemain yang sering dipanggil dengan Spaso ini menyelesaikan proses naturalisasinya cukup cepat, hanya dalam waktu tiga minggu. Proses naturalisasi Spaso selesai pada Oktober 2017 ketika ia berusia 30 tahun. Spaso melewati jalur naturalisasi khusus di mana proses itu tercantum dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2006.

Spaso bisa melewati jalur khusus ini karena telah lama tinggal di Indonesia dan juga beristrikan orang Indonesia, selain itu Spaso direkomendasikan oleh PSSI karena berpeluang memberikan prestasi untuk sepakbola Indonesia. Ia tercatat telah bermain untuk PSM Makassar, Mitra Kukar, Putra Samarinda, Persib Bandung dan meraih juara liga bersama Bhayangkara FC.

Semenjak mendapat status WNI, Spaso sudah memainkan 4 pertandingan timnas. Namanya juga terpilih pelatih timnas Indonesia untuk mengikuti pemusatan latihan sebelum uji tanding menghadapi Myanmar. Dengan usia yang masih 31 tahun, Spaso terbilang masih mumpuni dan akan menjadi tumpuan lini depan timnas Indonesia, apalagi ia masih aktif bermain di Liga Indonesia dan menjadi penyerang andalan di Bali United.

Onorionde Kughegbe John

Pemain yang sering dipanggil OK John ini telah tinggal di Indonesia selama 12 tahun, ia pun telah menikahi perempuan asal Manado dan memiliki tiga orang anak yang lahir di Indonesia. Atas pertimbangan istri dan anak, ia memutuskan untuk berpindah status kewarganegaran dari warga negara Nigeria ke warga negara Indonesia.

Kepastian OK John mendapat status WNI tercantum di surat Kemenkumham RI bernomor AHU.AH.10.02-38 Tahun 2018. Meski usianya sudah mencapai 35 tahun, OK John mengaku siap apabila ia dipanggil untuk memperkuat timnas. Tapi rasanya cukup berat baginya bisa masuk timnas Indonesia, karena kini Indonesia telah memiliki banyak talenta muda di lini pertahanan.

Mamadou Alhadji

Mamadou Alhadji menyelesaikan proses naturalisasi dari awal hingga selesai dengan sendiri. Ia mengatakan bahwa alasannya mau melakukan proses naturalisasi karena ia telah lima tahun tinggal di Indonesia dan memiliki istri orang Indonesia. Proses naturalisasi pemain asal Mali ini selesai bulan Januari 2018 dan kala itu ia berusia 32 tahun.

Kesempatannya untuk bermain Indonesia rasanya sangat sulit, ia telah mencapai usia 33 tahun di tahun 2019 ini. Jadi proses naturalisasinya ini memang hanya untuk dirinya sendiri.

Beto Goncalves

Proses naturalisasi Beto selesai pada tanggal 6 Februari 2018, ketika ia menginjak usia 37 tahun. Setelah resmi menjadi WNI, Beto langsung dipercaya Luis Milla untuk memperkuat Indonesia di ajang Asian Games 2018. Tapi Timnas U23 kala itu hanya lolos sampai babak 8 besar.

Beto harus menunggu lama untuk menjadi seorang WNI. Sebenarnya ia telah mengajukan proses naturalisasi pada tahun 2010 berbarengan dengan Christian Gonzales, tapi ketika itu ia mengalami cedera yang cukup parah dan mengharuskan dirinya untuk kembali ke negara asalnya, Brasil. Kerena dalam persyaratan untuk mendapat paspor Indonesia sang pemain masih harus menetap di Indonesia minimal 5 tahun tanpa berpulang ke negara asal, proses naturalisasi dari Beto pada saat itu dibatalkan. Setelah tujuh tahun, pada tahun 2017, Beto akhirnya mengajukan proses naturalisasi kembali dan dibantu oleh klubnya pada saat itu Sriwijaya FC.

Setelah dinaturalisasi, Beto telah mencatatkan lima caps bersama timnas. Tapi dengan usianya yang sudah mencapai 38 tahun, kariernya di timnas Indonesia jelas akan selesai dalam waktu dekat.

Esteban Vizcarra

Esteban Viscarra resmi menjadi WNI setelah proses naturalisasi Beto Goncalves selesai. Pemain kelahiran Argentina ini resmi menjadi WNI di awal-awal bergulirnya Liga 1 2018. Sama halnya dengan Beto, proses naturalisasi Vizcarra dibantu oleh klubnya saat itu, Sriwijaya FC.

Vizcarra baru sekali bermain untuk timnas. Laga debutnya dimulai ketika Indonesia beruji tanding dengan Myanmar pada tanggal 10 Oktober 2018 dalam rangka persiapan menghadapi Piala AFF 2018. Setelah itu ia tak lagi dipanggil untuk berlatih dengan timnas Indonesia.

Kini usia Vizcarra sudah 32 tahun. Peluangnya untuk kembali membela timnas cukup sulit, pasalnya Indonesia memiliki para pemain yang memiliki posisi sama seperti Vizcarra dengan usia yang lebih muda seperti Febri Haryadi, Irfan Jaya atau Riko Simanjuntak.

Osas Marveleous Ikpefua

Pemain yang biasa dipanggil Osas Saha ini hampir menghabiskan karier sepakbolanya di Indonesia. Ia pertama kali datang ke Indonesia tahun 2008 untuk membela PSDS Deli Serdang. Pemain yang kini berusia 32 tahun tersebut mendapat status Warga Negara Indonesia lewat naturalisasi yang diajukan klub Liga 2, Aceh United, bersamaan dengan Christian Alejandro Febre Santis asal Chile dan Godstime Ouseloka Egwuatu, namun khusus untuk Godstime dan Febre kami tidak ada kabar kelanjutan dari proses naturalisasi mereka.

Aceh United mengajukan proses naturalisasi ketiga pemain tersebut untuk menyiasati regulasi liga 2 yang tidak memperbolehkan memainkan pemain asing. Meski sebagai siasat, apabila melihat persyaratan untuk mendapat paspor Indonesia, Osas Saha telah memenuhi persyaratan di mana dia telah tinggal di Indonesia lebih dari lima tahun secara berturut-turut serta memiliki istri dan anak WNI.

Proses naturalisasi Osas selesai di pertengahan tahun 2018, setelah selesai ia langsung memperkuat Persija Jakarta dengan status pemain lokal di putaran kedua Liga 1. Mantan pemain timnas junior Nigeria ini membela Tira-Persikabo pada musim 2019 ini. Nama Osas sendiri tidak pernah sekalipun disinggung untuk membela timnas Indonesia.

Charles Oben Njok Orock

Sebelum musim 2018 bergulir, Charles Orock sempat diperebutkan kesebelasan Liga 2 macam Aceh United dan Martapura FC. Kesebelasan Liga 1 seperti Persela Lamongan, PSMS Medan dan PSM Makassar juga sempat diisukan akan merekrutnya karena penyerang asal Kamerun ini sudah berpaspor Indonesia alias pemain naturalisasi.

Tapi para peminat Orock satu per satu mundur. Mereka tak puas dengan kualitas yang diperlihatkan pemain berusia 35 tahun tersebut saat menjalani seleksi.

Kesebelasan Liga 3, Persiba Balikpapan, akhirnya jadi pelabuhan mantan pemain Martapura FC ini. Persiba juga bahkan sempat mengincar pemain asal Guinea yang sedang dalam proses naturalisasi, Camara Fassawa. Tapi dengan ketidakjelasan status naturalisasi Fassawa yang sudah berusia 36 tahun, hanya Orock yang kemudian dikontrak Persiba.

Orock sempat mencetak dua gol pada babak 64 besar Piala Presiden 2018/19 menghadapi Deltras Sidoarjo. Dengan usianya yang sudah uzur dan levelnya yang berada di Liga 3, Orock tampaknya tidak akan pernah membela timnas.

Mountala Zoubairou Garba

Nama Zoubairou sebenarnya tidak asing. Pemain kelahiran Kamerun ini sempat menjadi andalan PSIS Semarang. Pada 2006, PSIS dibawanya ke final sebelum akhirnya takluk dari Persik Kediri lewat gol tunggal Cristian Gonzales. Kini Zoubairou sudah berpaspor Indonesia.

Adalah Tira-Persikabo yang memunculkan lagi bek jangkung berusia 33 tahun tersebut. Zou menjalani seleksi di kesebelasan asuhan Rahmad Darmawan tersebut dan didaftarkan untuk berlaga di Piala Presiden 2019 ini. RD sempat mengatakan kalau Zou sudah ber-KTP Sukabumi.

Walau begitu Zou yang pernah ditangani RD di Sriwijaya FC ini belum bisa menembus skuat utama karena RD lebih mengandalkan Rifad Marassabessy atau Herwin Tri untuk menemani Khursed Beknazarov. Kalau menyisihkan Rifad saja tak mampu, bagaimana bisa menembus ke timnas Indonesia?

*

Sudah 24 pemain dinaturalisasi sejak 2010 tapi tak satupun bisa membantu Indonesia meraih juara. Jangankan membawa juara, pemain yang memiliki lebih dari 10 caps timnas saja bisa dihitung jari. Bahkan tampaknya hanya Stefano Lilipaly pemain naturalisasi yang benar-benar memberikan dampak signifikan untuk timnas Indonesia.

Sekarang seorang pemain asing dinaturalisasi bisa jadi bukan untuk timnas Indonesia. Para pemain asing dinaturalisasi demi sang pemain bisa memperkuat klub tertentu tanpa harus mengurangi kuota pemain asing.

Memasuki 2019, pemain naturalisasi sendiri akan semakin bertambah. Pemain-pemain seperti Fabiano Beltrame, Otavio Dutra, Marc Klok, Silvio Escobar, Yoo Jae-hoon, Yoo Hyun-goo, dan Shohei Matsunaga adalah pemain-pemain asing yang kabarnya akan segera mendapatkan status WNI. Menyikapi hal tersebut PSSI dan operator liga harus mewaspadainya karena pemain naturalisasi menjadi ancaman nyata untuk para pemain lokal.

Baca juga: Ancaman Nyata Pemain Naturalisasi


Simak opini, komentar, dan sketsa adegan Rochy Putiray bersama pemain naturalisasi gadungan dan agennya, terkait kebijakan naturalisasi yang hanya merupakan akal-akalan klub dalam menyikapi peraturan pemain asing serta merugikan Tim Nasional Indonesia untuk jangka panjang:



Komentar