Romantika Carl Jenkinson dan Arsenal

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Romantika Carl Jenkinson dan Arsenal

Oleh: Benediktus Ghara*

Ketika menghadapi Blackpool pada laga babak ketiga Piala FA, Minggu (6/1), terjadi pergantian starting line-up pada kubu Arsenal usai sesi pemanasan. Kapten The Gunners, Laurent Koscielny, kembali mengalami cedera dan tak bisa membela Arsenal pada malam itu. Cederanya Koscielny menambah panjang daftar pemain Arsenal yang cedera, terutama sektor pemain bertahan. Krisis ini membuat nama Carl Jenkinson muncul di starting line-up.

Malam itu, Jenko—panggilan Jenkinson—bermain di posisi naturalnya sebagai full-back kanan. Pertandingan melawan Blackpool merupakan pertandingan keempat Jenko musim ini. Terakhir kali, ia turun ketika menghadapi Qarabag di fase grup Europa League pada 13 Desember.

Kehadiran Jenkinson pada pertandingan itu mendapatkan reaksi yang skeptis dari pendukung Arsenal, mengingat dirinya adalah pemain yang bisa dibilang memiliki status surplus dan selalu dalam bayang-bayang akan dilego. Namun pada malam itu Jenkinson menunjukkan bahwa dirinya masih memiliki api. Ia bermain cukup baik.

Jenkinson dimainkan hingga peluit panjang berakhir. Selama 90 menit itu Jenkinson solid di sisi kanan pertahanan Arsenal. Sepanjang pertandingan, Jenkinson berhasil melakukan 3 tackle penting dan 1 intersep. Ia pun berhasil melakukan operan sebanyak 51 kali yang menjadikannya pemain kelima yang paling banyak berhasil melakukan operan pada laga malam itu. Operannya pun berperan pada gol kedua ketika ia memberikan crossing lalu diteruskan oleh Edward Nketiah pada Joe Willock yang sedang dalam posisi tidak terjaga di tiang jauh.

Penampilan Jenkinson malam itu pun diapresiasi oleh para suporter Arsenal yang ada di Stadion Bloomfield Road dengan menyanyikan chant Carl Jenko`s a Gooner (Carl Jenkinson adalah seorang Gooner). Apresiasi terhadap permainan Jenkinson pada malam itu juga berasal dari legenda Arsenal, Tony Adams.

“Jenkinson telah bermain dengan bagus. Dia masuk ke dalam tim, dengan atletis membantu penyerangan dan pertahanan. Jujur, Lichtsteiner pasti tidak dapat melakukan hal yang sama,” ujar Adams di BT Sport.

Pertandingan melawan Blackpool agaknya bisa menjadi titik balik bagi pemuda yang dibesarkan di akademi Charlton ini, melihat krisis pemain bertahan yang sedang terjadi di Arsenal dan tidak meningkatnya permainan Lichtsteiner.

Musim- Musim Bagaikan Mimpi

Pemain yang memiliki satu caps di timnas Inggris ini sebenarnya sempat mencuri perhatian publik pada musim 2012/2013. Ketika itu dia menggantikan posisi Bacary Sagna yang mengalami cedera. Cukup mengagetkan publik dikarenakan dirinya datang dari klub semenjana dan pada musim sebelum Jenko lebih banyak mengalami cedera dan permainannya tidak terlihat menjanjikan.

Jenko juga terlibat langsung dalam kekalahan paling memalukan Arsenal kala mengalami kekalahan 2-8 saat bertandang ke Old Trafford. Pada laga itu, Jenkinson menerima kartu merah setelah mendapatkan kartu kuning kedua. The Guardian bahkan memberikan penilaian bahwa tidak ada kata aman ketika ada nama Jenkinson pada barisan pertahan.

Namun Jenkinson berhasil mematahkan berbagai komentar dengan performanya yang solid baik dalam bertahan maupun membantu penyerangan. Permainan terbaiknya pada musim itu adalah ketika ia dapat mengunci pergerakan Arjen Robben kala bersua dengan Bayern Munchen pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions yang berakhir dengan kemenangan Arsenal 2-0.

Jenkinson pun langsung menerima panggilan Roy Hodgson untuk memperkuat timnas Inggris untuk kualifikasi Piala Dunia 2014 melawan Polandia. Namun pemain yang lahir 8 Februari 1992 itu baru mendapatkan caps pertamanya pada 14 November 2012 saat pertandingan persahabatan melawan Swedia.

Kegemilangan musim yang bagaikan mimpi itu tidak hanya berhenti di situ. Pada Desember 2012, bersama Jack Wilshere, Aaron Ramsey, Alex Oxlade-Chamberlain, dan Kieran Gibbs, Jenko diberikan kontrak jangka panjang. Lima pemain ini dikenal dengan sebutan British Core, yaitu proyek dari Arsene Wenger yang ingin mengandalkan pemain Inggris sebagai pemain inti dari Arsenal.

Pada musim 2014/2015 pemain kelahiran Harlow ini menjadi lebih sering dimainkan sejak menit pertama. Di musim itu, ia bahkan mencetak gol pertama dalam kariernya dan yang membuat makin spesial, gol ini ia ciptakan di tim yang ia cintai dari dulu.

Kepergian Bacary Sagna pada musim selanjutnya diperkirakan memberikan angin segar bagi Jenkinson. Namun ternyata The Professor lebih memilih merekrut bek dengan segudang pengalaman yaitu Mathieu Debuchy dari Newcastle. Kehadiran Debuchy seperti memberikan kode bahwa Jenkinson akan kembali menjalani peran sebagai pelapis. Hal ini bahkan diperparah dengan datangnya Callum Chambers.

Penuhnya posisi fullback kanan membuat Jenkinson pun akhirnya direntalkan ke sesama klub asal London, West Ham United. Di West Ham Jenkinson kembali memberikan penampilan yang stabil dan baik. Bahkan namanya sempat masuk dalam radar timnas Inggris yang akan menjalani Piala Dunia 2014. Berkat penampilannya yang baik itu diri nya pun mendapatkan perpanjangan kontrak hingga 2020.

Cedera dan Menghilang

Pada musim selanjutnya walau menerima perpanjangan kontrak, Jenkinson dipinjamkan kembali ke West Ham karena menumpuknya stok bek kanan. Ini tak lepas dari munculnya Hector Bellerin yang tidak disangka bermain dengan baik ketika Callum Chambers dan Mathieu Debuchy berkutat dengan cedera.

Ternyata peminjaman kedua Jenko ke The Hammers menjadi titik di mana kariernya mengalami penurunan. Malapetaka itu terjadi ketika West Ham menghadapi Manchester City pada 23 Januari 2016. Jenkinson mengalami cedera setelah bertabrakan dengan Sergio Aguero dan harus ditarik pada menit ke-13.

Cedera yang dialami Jenko adalah cedera yang menjadi momok semua pemain sepakbola, yaitu Anterior Cruciate Ligaments (ACL) di bagian lutut. Cedera yang sama pernah dialami Theo Walcott, Sami Khedira , dan Boaz Solossa. Musim itu pun berakhir untuk Jenkinson dan peminjamannya juga berakhir dengan prematur. Ia dikembalikan ke Arsenal untuk direhabilitasi lebih lanjut.

Musim 2016/2017 Jenkinson seperti menghilang dari peradaban. Namanya tak pernah ada di starting line up pun jarang terlihat di bangku cadangan. Jenko jauh lebih sering terlihat bersama tim U-23 Arsenal. Praktis musim itu Jenkinson hanya mencatatkan 5 penampilan dari semua kompetisi bersama Arsenal. Dan satu penampilan nya pada EFL Cup kala menghadapi Southampton, ia melakukan kesalahan krusial yang menyebabkan Arsenal kebobolan dan akhirnya tidak lolos ke babak selanjutnya.

Mengakhiri musim 2016/2017 dengan buruk, Jenkinson pun dipinjamkan ke tim divisi Championship, Birmingham, dengan harapan mengembalikan performanya seperti dulu dan meningkatkan kepercayaan diri yang hilang setelah cedera dan permainan buruknya musim lalu.

Namun ironisnya cedera kembali menghantui pemain yang memiliki darah Finlandia ini. Pada pertandingan debutnya bersama Birmingham ia mengalami cedera dislokasi bahu pada menit ke-32. Cedera dislokasi memang tidak sampai menyebabkan dirinya absen hingga akhir musim. Namun akibat cedera ini, Jenko bukan menjadi pilihan utama di Birmingham.

Dalam wawancara dengan Birmingham Mail tersirat bahwa Jenko masih belum menyerah. “Saya ingin berpikir bahwa saya sudah mengatasi masalah cedera saya sekarang dan segalanya akan meningkat. Saya ingin bermain di level paling atas dan saya ingin bermain untuk negara saya lagi. Ini semua adalah tujuan yang saya miliki dan saya percaya saya akan mencapainya lagi di sisa karir saya,” kata Jenkinson.

Tekadnya ini menjadi motivasi terbesar buat Jenko, meski musim itu berakhir stagnan. Ia pun kembali ke Emirates Stadium pada musim ini bersama Unai Emery dan dibuka dengan pahit. Pernyataan Emery menunjukkan bahwa karier Jenkinson di klub cinta sejatinya ini sudah di ujung tanduk.

“Kami hanya memiliki tiga pemain: Carl Jenkinson, David Ospina, dan Joel Campbell, yang memiliki kemungkinan untuk pergi,” kata Emery ketika press conference sebelum laga melawan Manchester City ketika ditanya mengenai siapa saja pemain arsenal yang akan dilego sebelum bursa transfer ditutup. Namun ternyata dirinya tidak meninggalkan Emirates Stadium seperti yang diutarakan Emery.

True Love Waits

Setelah 701 hari tidak bermain untuk Arsenal, 11 November 2018, Jenkinson akhirnya kembali ketika menghadapi Sporting Lisbon di fase grup Europa League. Walau diganti pada menit ke-60 senyum sangat lebar terlihat pada wajah Jenkinson. Ia bagaikan seorang tentara yang kembali bertemu dengan istrinya setelah sekian lama pergi bertugas di negara atau daerah lain.

Hubungan Jenkinson dan Arsenal memang cukup romantis, seperti Katie Holmes yang menikahi Tom Cruise. Jenko memang sudah sejak kecil menjadi fans berat Arsenal dan memiliki mimpi untuk menjadi bagian dari The Gunners. Ia lahir dan tumbuh di keluarga penggemar Arsenal. Jenko tak cuma ikut-ikutan, tapi juga mencurahkan seluruh hatinya untuk Arsenal.

Jenko memiliki kamar tidur yang bertemakan Arsenal lengkap dengan pernak-pernik yang memadati seluruh ruang kamar tidur lengkap dengan jersey pemain kesukaannya, Nwankwo Kanu. Ia juga sudah lama menjadi pemegang tiket terusan, bahkan hingga ketika ia sudah berseragam Charlton. Selama menjadi pemain, Jenko juga menjadikan Tony Adams sebagai panutan dalam gayanya bermain dan meneladani kepemimpinan Tony Adams dengan membaca buku biografinya.

Perjuangannya di Charlton disambut dengan suatu kebetulan dirinya diminati Arsenal, pujaan hatinya. “Luar biasa rasanya bisa bergabung ke sini, walaupun sesungguhnya tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan saya,” komentar Jenkinson di laman resmi Arsenal ketika dirinya ditanya komentar mengenai kepindahannya ke klub London itu.

Bahkan kabarnya setelah dirinya mendapatkan tawaran resmi dari Arsenal, Jenkinson dan ayahnya, Steve, tidak bisa berhenti melompat–lompat selama seharian penuh. Romantisme Jenkinson dan Arsenal juga terlihat dari adanya plakat di depan area Emirates Stadium yang memang diperuntukkan untuk fans. Setelah dirinya berhasil bermain di Arsenal ia membeli plakat yang bertuliskan “kakek aku harap kamu bangga”, yang ia persembahkan untuk mendiang kakeknya yang sudah tiada sebelum melihat mimpi bersama mereka berhasil diwujudkan.

Kejadian emosional juga terjadi kala dirinya menciptakan gol pertama dalam kariernya dan juga pertama kalinya untuk Arsenal. Dirinya melakukan perayaan gol ke arah penonton yang kabarnya sudah ia latih semenjak kecil dulu.

“Sejak saya masih kecil saya menjadi penggemar Arsenal, saya telah mencetak gol itu 100 kali di kebun belakang saya dan merayakan seperti yang saya rayakan sekarang di depan para penggemar. Saya sudah melakukannya hari ini dan itu adalah perasaan terbaik di dunia. Saya pikir Anda bisa tahu dari perayaan saya,” ucapnya pada wawancara Daily Mail (12/5/14).

Pada laga melawan Blackpool pun Jenko masih menunjukkan betapa dirinya masih mencintai Arsenal dari caption nya pada Instagram yang bertuliskan “Cinta yang kalian tunjukkan pada saya di babak kedua akan hidup lama dalam ingatan. Ya, saya seorang Gooner, dan saya akan selalu seperti itu.” Mungkin hanya cinta sejati Jenkinson terhadap Arsenal inilah yang tetap menguatkan mental Jenkinson setiap kali dirinya terjatuh.

“And true love waits”

“In haunted attics”

“And true love lives”

“On lollipops and crisps”

Penggalan lirik dari lagu True Love Waits milik Radiohead ini mungkin menjadi penggambaran dari bagaimana Jenkinson bisa tetap memiliki tekad di tengah kariernya yang bak roller coaster. Pada lagu True Love Waits, Thom Yorke, frontman Radiohead, menjelaskan bahwa cinta sejati akan tetap bertahan di masa sekritis apapun. Ini terlihat pada bagian “and true love lives on lollipops and crisps,” dua makanan itu adalah makanan yang tidak bisa memberikan nutrisi namun ia tetap hidup. Itu menunjukkan bagaimana cinta sejati dapat tetap bertahan di masa yang kritis, dan akan tetap menunggu di keadaan bagaimana pun yang terlihat pada bagian “And true love waits. In haunted attics,” menunjukkan bagaimana di dalam loteng yang berhantu dia tetap bisa bertahan di tempat yang tidak layak.

Jenkinson membuktikan cinta sejatinya itu dengan tetap sabar menunggu kesempatan dirinya bermain dan tetap memberikan permainan yang layak ketika dimainkan di menit atau posisi apapun. Dan akhirnya semesta berkata, kesempatan itu datang. Krisis bek dan tidak konsistennya penggawa baru Arsenal memberikan angin segar bagi Jenko. Dengan desakan fans dan legenda untuk mencoba memainkan Jenkinson ketimbang Lichtsteiner patut kita tunggu kelanjutan dari kisah cinta Jenkinson dengan Arsenal. Apakah romantisme Jenkinson dengan cinta sejatinya, Arsenal, akan membuahkan hasil yang telah sabar ia tunggu.


*Penulis adalah seorang gooners yang sedang berkuliah di jurusan Teknik elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya. Bisa dihubungi lewat akun Twitter @benedikcucumber

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar