Babak Baru Kepedulian Pembinaan Bibit Muda di Inggris

Berita

by redaksi

Babak Baru Kepedulian Pembinaan Bibit Muda di Inggris

Bagi pemain muda di Inggris, bermain di Premier League amatlah sulit. Ini terjadi karena tim-tim di Inggris saat ini lebih tertarik untuk mendatangkan pemain muda asing. Selain disiapkan untuk bermain di tim utama, para pemain muda asing itu pun akan memberikan keuntungan ketika dirinya diminati tim lain.

Maka dari itu, pemain-pemain muda lokal Inggris kini sulit bersaing sejak di tingkat junior atau pun reserves. Invasi pemain muda asing berbakat telah membuat para pemain lokal tak memiliki jam terbang cukup dalam beberapa tahun terakhir.

Seperti yang dialami pemain berusia 21 tahun, Kofi Lockhart-Adams. Pada 2009, ia memecahkan rekor pemain termuda yang bermain di Football League, kompetisi di bawah Championship League. Saat itu, ia yang masih berumur 17 tahun lebih 42 hari menjalani debutnya bersama Barnet.

Lalu bagaimana nasibnya sekarang? Adams kini hanya bermain part-time untuk klub lokal, Burnham FC. Karir sepakbolanya pun menjadi tak menentu.

“Klub-klub di Inggris saat ini lebih mencari pemain-pemain muda asing. Akibatnya para pemain muda Inggris akan tersisihkan karena para pemain asing tersebut merupakan pemain pilihan. Pemain muda seperti saya pun akan dengan mudah tersingkir,” ujar Adams.

Hal tersebut dialami juga oleh Alex Smith, pemain yang pada umurnya yang ke-17 bermain untuk Fulham. Smith yang setelah dilepas Fulham bermain untuk Swindon di Football League, kini tak memiliki klub. Selama karirnya, ia hanya sekali bermain di Premier League. Padahal ada nama Karim Frei dan Alexander Kacaniklic yang juga bermain bersamanya di Fulham junior.

“Pemain asing di di tim junior membuat pemain lokal semakin sulit untuk bersaing,” ucap Smith. “Padahal bermain di Premier League dengan gaji yang tinggi merupakan mindset para pemain muda di sini. Tapi untuk mendapatkan kontrak saja kini semakin sulit.”

Apa yang dikatakan Smith dan Adams memang selaras dengan apa yang terjadi di Inggris saat ini. Pada tahun 1994, 69% pemain lokal berada dalam skuat tim yang berlaga di Premier League. Sedangkan saat ini, Premier League mencatatkan bahwa hanya sekitar 31% saja rata-rata pemain lokal yang berada di skuat utama.

Penurunan kualitas pemain lokal sebenarnya bukan hal yang aneh lagi di Inggris. Lihat saja apa yang ditampilkan tim nasionalnya pada Piala Dunia lalu. Inggris tampil mengecewakan sehingga langsung tersingkir sejak babak fase grup.

Menyadari hal itu, Inggris akan mencoba memperbaiki kualitas para pemain lokalnya. Pada awal bulan ini, Premier League menyartakan akan mengeluarkan dana sebesar £340 juta, yang kemudian disebarkan ke tim-tim Premier League dan Football League untuk empat musim ke depan.

Menurut juru bicara Premier League, Alex Eckhout, kedua liga tersebut akan terus mendapatkan bantuan dana agar setiap tim bisa meningkatkan kualitas akademinya sehingga bisa melahirkan talenta-talenta lokal terbaik. Lalu kompetisi U21 pun mulai menggunakan sistem degradasi dan promosi agar lebih kompetitif.

Ya, pembinaan seperti ini memang perlu dilakukan Inggris agar tak selalu mengandalkan pemain asing. Walaupun tak akan mendapatkan hasil secara instan, tapi setidaknya upaya untuk memperbaiki sumber daya para pemainnya sudah dilakukan.

Dan lebih dari itu, apa yang dilakukan Inggris ini adalah sebuah contoh nyata bahwa setiap kegagalan selalu 'mengajarkan'. Mereka menyadari dalam sepakbola tak ada jalan pintas. Maka mereparasi sepakbola dari akarnya adalah sebuah langkah cerdas untuk menciptakan fondasi yang kokoh demi sepakbola yang lebih baik di masa yang akan datang.

Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah, kapan sepakbola kita bisa melakukannya?

[ar]

Komentar