Transfer Coutinho dan Real Madrid

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Transfer Coutinho dan Real Madrid

Oleh: Muhammad Yusril Nugroho

"Welcome Philippe Coutinho" ditambah "Celta Vigo Menahan Imbang Real Madrid". Wow! Lengkap sudah kegelisahan yang dirasakan Madridista di seluruh dunia minggu ini. Kekhawatiran akan puasa gelar kini muncul kembali setelah melewati dua musim yang mengesankan. Apakah ini kekhawatiran yang berlebihan?

Saya pikir tidak. Jika mau membuka mata, kalian akan sadar bahwa Madrid musim 2016/17 berbeda dengan Madrid musim ini. Meski di awal musim mampu membawa pulang Piala Super Spanyol dengan mengalahkan Barcelona secara telak serta kembali meraih secara beruntun Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub, namun secara permainan kolektif tidak ada yang baru dari Madrid.

Dari semua pertandingan Madrid yang saya tonton sejak pekan pertama musim ini bergulir, hanya pertandingan melawan Borussia Dortmund di Signal Iduna Park yang memperlihatkan "the real Real Madrid" yang mengandalkan kecepatan dan kekuatan, meski tidak "real-real" amat karena di pertandingan itu para pemain belakang banyak "melawak".

Puncak dari kelemahan Madrid sangat terlihat saat melawan Barcelona Desember lalu. Marcelo terlambat turun, penyerang buang-buang peluang, jurus umpan lambung terbaca, serangan selalu kandas di sepertiga akhir, dan menyaksikan gol Luis Suarez rasanya seperti menyaksikan kembali gol "jemur baju" Lionel Messi di El Clasico musim lalu.

Penampilan yang tidak lebih baik kembali dipertontonkan Madrid saat melawan Celta Vigo (8/1). Entah mana yang benar: Celta Vigo terlalu jago sehingga bisa menahan imbang Barcelona dan Madrid dalam satu pekan, atau memang kualitas tim utama Madrid hanya setara dengan tim cadangan Barcelona.

Hasil minor memunculkan tekanan agar Zinedine Zidane segera memperkuat timnya dengan pemain baru. Perlukah Zidane menuruti tekanan ini?

Kita mulai dengan pilihan jawaban "tidak perlu".

Yang membedakan Madrid musim ini dan musim lalu adalah kepercayaan pelatih pada pemain. Musim lalu Zidane sampai membangkucadangkan Alvaro Morata, James Rodriguez, Mateo Kovacic, Lucas Vasquez, Nacho, Marco Asensio, Pepe, dan Danilo karena penumpukan pemain yang sedang berada di puncak performa kala itu. Di saat pemain utama cedera atau terkena sanksi, Zidane tak ragu untuk menurunkan pemain-pemain tersebut. Hasilnya, Morata, James, dan pemain-pemain cadangan lainnya mampu memberi angin segar kala tim kesulitan.

Musim ini, pemain pengganti rasa bintang seperti Morata, James, dan Pepe telah hengkang. Penggantinya adalah anak-anak muda yang mampu memberi kontribusi nyata terhadap tim yang dibela musim lalu. Jesus Vallejo, Marcos Llorente, Borja Mayoral, dan Dani Ceballos adalah beberapa pemain yang mengantarkan Tim Nasional Spanyol menjadi runner-up Piala Eropa U21 2017. Bahkan nama terakhir meraih penghargaan pemain terbaik di turnamen tersebut.

Selain itu, ada Theo Hernandez yang namanya melejit berkat kontribusinya bersama Deportivo Alaves. Apakah itu semua menjadi jaminan untuk masuk ke tim utama Madrid? Nyatanya tidak. Hanya Theo yang disertakan dalam pertandingan El Clasico terbaru. Di liga, Vallejo hanya tampil dalam tiga pertandingan; Llorente lima; Ceballos enam, sama dengan Theo; dan Mayoral delapan.

Persaingan di tiap lini yang ketat karena diisi nama-nama besar namun bukan alasan yang tepat untuk mengesampingkan lima pemain muda di atas. Ketika dipercaya memulai pertandingan sejak menit pertama, Ceballos terbukti mampu mencetak dua gol saat melawan Alaves dan Vallejo berhasil membantu tim mencatatkan nirbobol pada pertandingan melawan Las Palmas dan Sevilla. Dengan melihat naik-turunnya performa pemain-pemain yang lebih senior, Zidane sebaiknya memberi menit bermain lebih banyak kepada para pemuda yang bisa diandalkan.

Walau demikian, Zidane juga perlu menuruti desakan situasi dan memperkuat timnya pada bursa transfer musim ini.

Florentino Perez terkenal sebagai presiden klub yang tidak ragu membeli pemain bintang ternama dengan biaya transfer yang tinggi. Namun, kebiasaan ini sedikit berubah sejak Zidane menukangi Madrid. Kini mereka hanya membeli pemain-pemain muda dengan harga di bawah 50 juta paun untuk dikoleksi di bangku cadangan.

Real Madrid jatuh miskin? Tentu tidak. Tahun 2017, mereka tercatat sebagai tim terkaya ketiga versi majalah Forbes. Bonus dari lima kejuaraan yang mereka raih tahun kemarin tentu semakin menggemukkan kas klub. Karenanya sekarang adalah waktu yang tepat bagi Perez untuk kembali menjadi dirinya, yang suka mengeluarkan uang banyak untuk membeli pemain bintang.

David De Gea, Kepa Arrizabalaga, Cesar Azpilicueta, Eden Hazard, Mohamed Salah, Mauro Icardi, Harry Kane, hingga Neymar adalah nama-nama yang dikaitkan dengan El Real musim dingin ini. Asal ada di antara para pemain tersebut yang bersedia pindah di Januari ini, biaya bukanlah kendala. Apalagi dua tahun belakangan Madrid irit (selain karena sempat terkena embargo transfer, tentu saja).

Namun layaknya pisau bermata dua, membeli pemain di tengah musim juga memiliki resiko. Masalah yang sering timbul jika melakukan transfer di tengah musim seperti ini adalah adaptasi pemain. Berkaca pada pembelian di Januari yang pernah dilakukan Madrid, banyak pemain yang gagal beradaptasi. Klaas Jan Huntelaar, Antonio Cassano, Lucas Silva, dan Martin Odegaard adalah beberapa nama di antaranya.

Berdasarkan pengamatan saya, Madridista lebih memilih opsi ini sebagai jalan pintas daripada melihat tim terus menerus jadi bahan olokan di media sosial. Meski masih ada segelintir fans yang membela dan menginginkan pemainnya dipertahankan dengan dalih menghargai apa yang telah diberikan si pemain musim lalu kepada tim, tapi banyak pula yang menginginkan perombakan besar-besaran khususnya di lini depan. Hal ini cukup realistis mengingat trio BBC hingga 17 laga liga yang dimainkan Madrid hanya mengoleksi sepuluh gol.

Habis manis sepah dibuang? Kami menghargai jasa mereka musim lalu, kok. Namun sekarang adalah era di mana kita harus menunjukkan kontribusi nyata jika tidak ingin terlempar dari persaingan.

Hal ini berlaku di setiap bidang. Jangankan di sepakbola internasional, di sepakbola level antar-RT pun. Jika tidak bermain dengan baik, kita akan diganti dengan orang lain yang dianggap lebih baik oleh tetangga kita. Jadi, jika Anda Madridista, sudah saatnya Anda merenungi kalimat "lambang di dada lebih besar daripada nama di punggung".

Pada akhirnya, fans hanya bisa bersuara, keputusan ada di tangan manajemen Madrid. Pilihannya hanya dua. Pertama, melakukan pembelian sesuai kebutuhan tanpa mempertimbangkan nominalnya. Kedua, tidak melakukan pembelian apa-apa sesuai dengan perkataan Zidane pada pers sebelum lawan Celta Vigo (7/1), "Saya bahagia dengan pemain-pemain yang ada" dan membiarkan Madridista "ngontrak" di goa selama enam bulan ke depan.


Penulis adalah mahasiswa semester 8 Universitas Jember yang sedang sering ditanya “udah lulus?”. Aktif di Twitter @_littlepiggg dan sudah menjadi fans layar kaca Real Madrid sejak 2004. Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar