Maroko Mengajarkan Portugal Tentang Efektivitas dan Efisiensi

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Maroko Mengajarkan Portugal Tentang Efektivitas dan Efisiensi

Maroko menorehkan rekor baru sebagai wakil Benua Afrika pertama yang mencapai babak semifinal Piala Dunia. Sang Singa Atlas menundukan Portugal dengan skor 1-0 berkat gol tunggal dari Youssef En-Nesyri (42’) di Al-Thumama Stadium, Sabtu (10/12). Pertandingan bersejarah tersebut disaksikan oleh 44.198 pasang mata yang hadir langsung ke stadion.

Pada laga kalo ini, Walid Regragui tidak bisa menurunkan Noussair Mazraoui dan Nayef Aguerd akibat cedera yang mereka alami pada pertandingan sebelumnya. Posisi Mazroui di bek sayap kiri digantikan Yahya Atiyat All, dan bek tengah diisi Jawad El Yamiq untuk mengisi ketiadaan Aguerd dalam formasi 4-3-3..

Di kubu lawan, Fernando Santos tidak menurunkan Cristiano Ronaldo dari menit pertama. Santos lebih percaya kepada Goncalo Ramos sebagai penyerang tengah. Wajar karena pemain dari SL Benfica ini mencetak trigol pada laga sebelumnya melawan Swiss.

Gambar 1 - Sebelas Pertama Maroko dan Portugal

Portugal mendominasi 73,3 persen penguasaan bola. Hal ini terjadi karena Maroko lebih banyak menunggu di area sendiri seperti yang mereka lakukan kala memulangkan Spanyol di babak 16 besar. Ruben Neves menjadi pemain pertama yang mengalirkan bola ke lini tengah.

Bernardo Silva dan Otavio fokus untuk menemukan celah di area pertahanan. Tidak hanya itu, Bruno Fernandes yang beroperasi di sayap kanan tidak jarang mendekat ke tengah lapangan untuk menjemput bola.

Dominasi penguasaan bola membuat Selecao das Quinas meraih kesempatan lebih banyak untuk mengancam gawang Maroko yang dijaga Yassine Bounou. Tercatat mereka melepaskan 12 tembakan namun hanya tiga yang mengarah ke gawang.

Fernandes menjadi pemain yang paling berbahaya dengan tiga umpan kunci dan dua tembakan. Selain Fernandes, Joao Felix memiliki lima kesempatan menembak tapi hanya dua tendangan yang mengarah ke gawang Bono.

Di sisi lain, Maroko tampil lebih efektif. Mereka hanya mendapatkan 26,7 persen penguasaan bola dan sembilan tembakan. Tapi, ada satu tembakan yang berhasil dikonversi menjadi gol. Jika Amrabat menjadi pemain kunci pada pertandingan sebelumnya, kali ini Ounahi menjadi paling yang paling merepotkan lini tengah Portugal.

Ia menciptakan dua umpan kunci, akurasi umpan mencapai 80 persen, dan melakukan tiga intersep. Selain hasil akhir, hal yang perlu disoroti dari pertandingan ini adalah kegagalan Portugal mencetak gol dan efektivitas Maroko yang muncul di setiap pertandingan.

Perlu diingat bahwa pada pertandingan sebelumnya, Portugal mencetak enam gol dari sembilan tembakan yang mengarah ke gawang. Artinya efektivitas mencapai 60 persen. Tapi, pada laga ini efektivitas tersebut sirna. Mengapa demikian?

Ruang yang Terbuang Percuma

Pada pertandingan sebelumnya, Maroko menggunakan garis pertahanan rendah. Regragui justru memilih untuk menggunakan garis pertahanan menengah yang berubah menjadi 5-4-1 pada laga kali ini.


Walaupun demikian, dalam beberapa momen mereka terpaksa membentuk garis pertahanan rendah. Keputusan ini cukup berisiko karena akan muncul ruang di pinggir lapangan yang bisa dimanfaatkan Portugal. Terlebih, Santos sering menginstruksikan dua bek sayap untuk melakukan overlap.

Gambar 2 - Ilustrasi Ruang yang Tercipta di Sisi Lapangan

Pada ilustrasi di atas terlihat bahwa ruang tersebut sangat terbuka. Celah itu disadari oleh Bernardo, Neves, dan Otavio sehingga mereka berusaha mengirimkan umpan diagonal dari tengah ke ruang tersebut (area target).

Tercatat ada total delapan umpan diagonal yang dikirimkan ke kedua sisi, tapi hanya dua umpan yang sampai ke kaki Dalot atau Guerreiro. Hal ini disebabkan karena umpan yang dilepaskan Bernardo atau Otavio tidak akurat.

Alhasil bola gagal dicapai dan hanya menghasilkan tendangan gawang untuk Maroko.

Target Portugal mengakses area tersebut terjadi intens selama babak pertama. Bahkan, Bruno beberapa kali bertukar posisi dengan Otavio dengan harapan mampu memberikan umpan yang lebih akurat.

Keputusan ini cukup berhasil karena ia menjadi pemain yang paling sering mengirimkan umpan diagonal paling akurat (72 persen). Sayangnya, pertukaran posisi tersebut tidak cukup untuk mencetak gol ke gawang Bono.

Perubahan Taktik Portugal Tidak Efektif

Memasuki babak kedua, Santos mengubah taktik menyerang dengan mengincar duel udara di pertahanan Maroko. Ia memasukan Ronaldo dan Cancelo menggantikan Raphael Guerreiro dan Neves. Pergantian ini bertujuan untuk menambah target di lini depan dan mengharapkan umpan silang dari kaki Cancelo.

Taktik ini konsisten dilakukan selama 45 menit babak kedua. Portugal tercatat melepaskan 35 umpan silang. Fernandes dan Cancelo adalah dua pemain yang paling rajin mengeksekusi taktik tersebut.

Sayangnya, taktik ini tidak berjalan efektif karena dari 35 umpan silang hanya delapan yang berhasil disambut. Santos mencoba memasukan Rafael Leao untuk menambah pemain yang mampu melakukan penetrasi dengan harapan mengganggu struktur pertahanan lawan.

Tapi, taktik tersebut tidak selaras dengan keputusan Santos untuk memperbanyak umpan silang. Ronaldo yang diharapkan menjadi pembeda dan target utama serangan hanya melepaskan dua tembakan dan hanya satu yang mengancam gawang Bono.

Efektivitas dan Efisiensi Sama Pentingnya dengan Taktik

Berbicara tentang taktik, tidak ada taktik yang absolut. Taktik merupakan cara sebuah tim untuk memperoleh kemenangan, bukan menjamin kemenangan. Masih banyak aspek lain yang sama pentingnya dengan taktik, salah satunya adalah efektivitas dan efisiensi.

Dua faktor tersebut tercermin pada pergerakan pemain dan akurasi umpan. Jika tim bermain dengan efektif dan efisien, tidak banyak gerakan percuma dan umpan yang pemain lepaskan jarang meleset.

Taktik Maroko memang sederhana. Cenderung bertahan di area sendiri lalu menghukum lawan dengan serangan balik cepat. Mereka juga sering mengandalkan postur pemain untuk memaksimalkan umpan lambung atau situasi bola mati. Tepat seperti yang En-Nesyri lakukan pada laga ini.

Efektivitas taktik tersebut semakin tinggi ketika hampir semua pemain Maroko bergerak sangat efisien. Ketika menguasai bola, mereka jarang mengembalikan bola ke belakang. Selalu ada pemain yang berhasil menemukan ruang untuk menciptakan kombinasi umpan-umpan pendek.

Pertandingan ini membukakan penikmat sepak bola bahwa taktik sederhana bisa lebih berbahaya jika para pemain bergerak dengan efektif dan efisien, begitupun sebaliknya.

Komentar