Pemain Pengganti, Bukan Pemain Cadangan

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Pemain Pengganti, Bukan Pemain Cadangan

Karya Ageng Budi Daya

Saya termasuk beruntung sempat merasakan menjadi anggotaSekolah Sepak Bola (SSB) di sekitar tempat tinggal di Bekasi barat. Walaupun hanya SSB kampung yang tak punya panduan materi yang jelas setiap minggunya, namun sang pelatih cukup rajin menyertakan kesebelasan kami untuk berlatih uji tanding dengan SSB lain di wilayah yang masih terjangkau.

Seperti kebanyakan anak yang menggilai sepak bola, menjadi striker atau pemain depan adalah impian. Saya, yang walaupun sadar akan posisi yang banyak peminatnya itu, tetap ngotot pada pendirian, menjadi penyerang tengah. Mencetak gol, merayakan bersama rekan setim, dan mendapat pujian adalah candu.

Keheranan saya muncul ketika seringnya mencetak gol saat latihan, namun tak juga dipasang dalam tim inti ketika berlatih tanding dengan SSB lain. Justru sering kali saya masuk menggantikan pemain lain di tengah-tengah waktu permainan bergulir. Pertanyaannya, banggakah saya ketika itu, menjadi pemain cadangan?

Dalam risetnya di Wall Street Journal, seorang professor bernama Dr. Mayer, membuat penelitian mengenai waktu yang tepat ketika memasukan pemain pengganti kala sebuah tim tertinggal dari lawan mainnya: sebelum menit 58, sebelum menit 73, dan sebelum menit 79.

Riset tersebut membuktikan pentingnya seorang pemain pengganti dalam satu pertandingan. Bukan hanya sebagai penyegar kala pemain utama mengalami cedera atau kelelahan, tapi juga sebagai senjata rahasia kala tim sedang tertinggal ataupun unggul sekalipun.

Sering kali kita mendengar kesebelasan top Eropa yang akan mengarungi kompetisi yang panjang membutuhkan kedalaman skuat. Artinya kualitas antara pemain utama dan pengganti tak berbeda jauh atau bahkan setara.

Lalu apa yang harus dilakukan pemain pengganti ketika duduk di bench? Bersenda gurau dengan rekan di kanan kirinya, atau bahkan tertidur seperti yang dilakukan Julien Faubert kala membela Real Madrid, atau Brad jones di Liverpool tahun lalu?

Pelatih jelas mengharapkan setiap pemain berperan terhadap variasi strategi. Di sinilah pentingnya seorang pemain pengganti dituntut fokus mengamati jalannya pertandingan, menganalisis pergerakan antar pemain di lapangan, juga melihat berbagai hal detail lainnya yang tak tampak oleh para penonton biasa. Kebiasaan itu harus dilakukan karena di situlah justru kelebihan yang dimiliki seorang pemain yang duduk di bench: punya modal informasi yang cukup terkait situasi di lapangan sehingga sedikit banyak sudah tahu apa yang harus mereka lakukan saat dimasukkan ke lapangan.

Bagi kesebelasan yang punya rekening tak terhingga, macam Real Madrid, Chelsea, PSG atau Manchester city, rasanya tak mengherankan jika daftar pemain di bench pun diisi pemain-pemain jempolan. Banyak dari mereka yang tak terima dibangkucadangkan dan kemudian memilih hijrah dibandingkan membuktikan kualitasnya. Para pemin tersebut, yang memang secara kualitas pantas masuk ke tempat utama, merasa diperlalukan kurang layak. Ketidaksabaran, dan keengganan bersaing dengan pemain lain, membuat manajemen dengan berat hati melepas mereka ke tim lain yang bisa memberikan waktu bermain yang lebih banyak.

Baru-baru ini, Kevin de bruyne dengan penampilannya musim lalu di Bundesliga, kembali menarik minat nama-nama besar dari Inggris seperti Manchester City. Bahkan Chelsea yang dua musim lalu sempat memilikinya pun angkat bicara di tengah derasnya tuduhan tak becusnya Mourinho dalam melihat dan menyianyiakan bakat anak asuhnya itu.

"Ia perlu untuk tahu bahwa ia penting. … Dia membutuhkan kepercayaan tersebut (bermain reguler), dia tidak mememiliki kepribadian untuk bersaing memperebutkan tempat utama," kata Mourinho.

Kisah lainnya adalah ketika Angel di Maria yang merupakan rekrutan termahal Manchester United sepanjang masa memilih hengkang ke Paris Saint germain. Mantan pemain belakang  Man United, Rio Ferdinand, pun angkat bicara atas kepindahan pemain yang hanya bertahan satu musim tersebut.

“Sebagai seorang profesional, saya tidak ingin sesuatu seperti itu dalam catatan karir saya yaitu gagal di MU. Jika saya masih bisa memperbaiki dan mencoba untuk membuktikan diri saya, saya akan melakukan hal tersebut,” ujar Rio Ferdinand.

Simak cerita menarik ini: Kasus Mencengangkan dari Nasib Kiper Cadangan.

Melihat dua kasus di atas, tentunya yang pantas menjadi panutan dan layak disebut supersub sejati adalah Ole Gunnar Solskjaer. Solskjaer bukanlah salah satu pemain terbaik dunia, namun pantas jika dia disebut  sebagai supersub jempolan. Seorang pemain rendah hati yang patut diteladani.

"Kau masih bisa memberi dampak yang besar bahkan walau kau tidak menjadi pemain utama secara reguler,” kata Ole.

Tentu masih banyak yang ingat salah satu comeback terbaik yang pernah terjadi di sepak bola, ketika United berhasil membalikkan keadaan di Final Liga Champions 1998/1999 menghadapi Bayern Munchen. Sempat tertinggal hingga menit 89, MU berhasil mencetak 2 gol di masa injury time lewat dua  pemain pengganti: Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer.

Perihal laga di Nou Camp antara Man United vs Bayern Muenchen itu, simak dua ulasan yang membahas gol-gol menit akhir itu:

Kebetulan-kebetulan yang Logis dalam Sepakbola

Bagaimana Pierluigi Collina Mengenang Final 1999


Hal itu membuktikan jika pemain pengganti -- saya menolak kata “cadangan” karena terdengar tak penting penting amat-- bisa berperan sangat besar terhadap hasil pertandingan.

Sepanjang karirnya, Solskjaer mencetak 29 dari 126 golnya bersama Manchester United sebagai pemain pengganti. Gol di debut dan pertandingan terakhirnya bersama Manchester United pun dia cetak dalam status sebagai pemain pengganti. Caranya melihat ruang kosong di celah pertahanan lawan, kebiasaan para pemain belakang juga kiper lawan di tengah pertandingan tentu diperolehnya dari tekun mengamati jalannya pertandingan saat duduk di bangku cadangan.

Di Liga Serie A  italia sendiri kita mengenal supersub jempolan macam Kovacevic di Juventus, Ricardo Cruz di inter Milan, dan Jon Dhal Tomason di AC Milan.

Tak banyak memang di sepakbola sekarang yang dengan kerendahan hati dan sikap profesional mampu menjalankan tugas sebagai supersub. Namun kehadiran pemain-pemain dari bench dinilai sangat penting demi menjaga kualitas permainan. Sebab sepakbola adalah permainan tim. Ketika tim bermain buruk atau baik, setiap elemen berperan penting sekalipun hadir dari pinggir lapangan.

Penulis adalah pecinta sepakbola, khususnya Seria A. Sedang bekerja di salah satu stasiun Tv swasta di Jakarta. Twitter: @agengbd.

Komentar