Ivan Kolev dan Kecintaannya Kepada Sepakbola Indonesia

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ivan Kolev dan Kecintaannya Kepada Sepakbola Indonesia

Tidak banyak pelatih asing yang bisa menuai kesuksesan di pentas sepakbola Indonesia. Hanya segelintir nama saja, yang salah satunya adalah Ivan Venko Kolev. Mendengar namanya, tentu publik sepakbola nasional tak asing dengan sosok pelatih asal Bulgaria itu, karena cukup lama ia beredar di pentas sepakbola Indonesia.

Selain timnas Indonesia, Kolev juga pernah menukangi beberapa kesebelasan top tanah air seperti Sriwijaya FC, Persipura Jayapura, hingga Persija Jakarta. Merunut pada kiprahnya di Indonesia, pelatih berusia 60 tahun itu sudah memulai karier kepelatihannya di Indonesia dimulai sejak tahun 1999.

Waktu yang panjang tentunya, namun belum banyak yang mengetahui bagaimana awal mulanya Kolev bisa berkarier di Indonesia. Ditemui di Hotel Sutan Raja, Soreang, Kabupaten Bandung pada Jumat (5/8), Kolev bercerita bahwa semua berawal dari salah satu turnamen di Italia.

Kala itu ia menukangi timnas Bulgaria U-19 yang secara mengejutkan mampu menjuarai turnamen tersebut. Dari sana, ia dihampiri oleh beberapa agen yang menawarinya pekerjaan. Hingga ada salah satu agen asal Italia yang memberi rekomendasi padanya untuk menjalani karier di Indonesia.

“Saya lupa namanya siapa. Tapi dia kasih saya saran untuk melatih di Indonesia, karena memang pada saat itu pengalaman saya melatih tim senior masih minim. Saya tidak tahu pertamanya Indonesia itu di mana. Informasi juga tidak terlalu banyak untuk saya,” katanya.

Saat tengah mencari-cari informasi soal sepakbola Indonesia, ia akhirnya bertemu dengan Aleksandar Kostov, yang sebelumnya pernah berkiprah di Indonesia bersama Persebaya Surabaya. Dari Kostov, ia kemudian banyak mendapat informasi soal sepakbola Indonesia, dan merasa tertarik untuk melanjutkan karier di salah satu negara kawasan Asia Tenggara itu.

“Dia (Kostov) bilang kalau sepakbola Indonesia itu bagus. Akhirnya, saya pergi ke Indonesia. Tim pertama yang saya tangani waktu itu adalah Persija Jakarta pada tahun 1999,” terangnya.

Tak butuh waktu lama bagi Kolev untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai pelatih jempolan. Pada tahun 2000, Macan Kemayoran dibuatnya mengaum di Brunei Darussalam. Kala itu, ia berhasil membawa Persija meraih gelar juara di turnamen Piala Sultan Brunei.

Prestasi Kolev di Persija berlanjut, dengan membawa tim ibu kota menjadi runner-up di Liga Indonesia musim 1999/2000. Meski gagal meraih trofi di kompetisi domestik, namun pemain-pemain bentukan Kolev pada akhirnya mampu membawa Macan Kemayoran juara Liga Indonesia pada musim berikutnya.

Kembali Ke Indonesia untuk Menangani Timnas

Sementara Kolev, kembali ke negara asalnya untuk menukangi timnas Bulgaria U-21. Selama dua tahun ia menukangi timnas junior Bulgaria, Kolev kembali ke Indonesia. Debutnya sebagai pelatih timnas Indonesia yang dimulai pada tahun 2000 itu hampir ditandai dengan gelar juara di turnamen regional Asia Tenggara, Piala Tiger (sekarang Piala AFF) 2000. Sayang, mimpi Tim Garuda untuk mengangkat trofi sirna setelah tak kuasa menahan keperkasaan Si Gajah Perang, Thailand, di laga final.

Namun tinta emas berhasil Kolev torehkan di Piala Asia 2004, Indonesia menjadi tim kejutan di putaran final. Kemenangan sensasional 2-1 diraih atas Qatar di laga perdana yang kemudian membuncahkan asa pecinta sepakbola nasional kala itu. Meski pada akhirnya ekspektasi tak berbuah nyata karena perjalanan Indonesia mentok di fase grup, kemenangan atas Qatar tetap dianggap sebagai pencapaian yang cukup baik bagi Indonesia.

Namun setelah kegagalan di Piala Asia 2004, Kolev kemudian hijrah ke Myanmar. Selama satu tahun menukangi timnas Myanmar, ia kembali ke Indonesia untuk menukangi Mitra Kukar dan selanjutnya Persipura Jayapura. Kembalinya Kolev ditanggapi antusias oleh PSSI yang kemudian kembali memanggilnya untuk menukangi timnas pada tahun 2007.

Saat itu, Indonesia menghadapi ajang Piala Asia. Berstatus sebagai tuan rumah, Indonesia otomatis lolos ke putaran final. Ujian bagi Kolev adalah saat Indonesia tergabung di grup neraka bersama Arab Saudi, Korea Selatan dan Bahrain. Tapi, Indonesia tampil mengejutkan, setelah berhasil mengalahkan Bahrain dengan skor 2-1 di laga perdana, Indonesia hampir saja menahan imbang Arab Saudi di laga kedua, Sayang, pada akhirnya kalah juga dengan skor 1-2.

Pada laga terakhir menghadapi Korea Selatan, Indonesia dibekuk 0-1. Hal yang kemudian kembali menggagalkan ambisi timnas Indonesia melenggang ke fase gugur. Meski begitu, pencapaian tersebut tetap menjadi tinta emas dalam perjalanan sepakbola Indonesia di kancah internasional. Kolev, kemudian dianggap sebagai salah satu pelatih terbaik timnas Indonesia hingga saat ini karena pencapaiannya tersebut.

Setelah itu, nama Kolev kemudian perlahan memudar setelah ia memutuskan untuk berkarier di Myanmar bersama Yangon United dan Slavia Sofia serta Lokomotiv GO di Bulgaria. Tapi, pada tahun 2017 ini ia kembali ke Indonesia untuk menukangi PS TNI di Liga 1 Indonesia 2017. Kolev mengungkapkan bahwa sulit baginya untuk menolak tawaran melatih di Indonesia.

“Sebelumnya saya sudah cukup lama melatih di Indonesia. Ada sekitar tujuh sampai delapan tahun saya kerja di sini. Saya sudah dekat dengan budaya di sini. Saya tahu bagaimana karakter orang Indonesia dan saya sangat suka masyarakatnya. Saya senang kalau ada di sini,” tegasnya.

Tentang Filosofi dan Potensi Pesepakbola Indonesia

Melihat rekam jejaknya, Kolev merupakan salah satu pelatih yang memiliki pengalaman dalam melatih timnas dan klub. Ia mengungkapkan, ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan dalam menangani timnas dan klub.

"Perbedaannya cukup jauh. Kalau di timnas, kami tidak punya banyak waktu untuk membentuk tim. Di timnas itu seleksi dan TC nya cukup singkat, jadi agak sulit untuk bisa mengembangkan taktik. Jadi, kita lebih banyak pada pemulihan. Sementara di klub kita bekerja setiap hari. Kita bisa melihat perkembangan mereka setiap hari," terangnya.

Meski begitu, ia punya pencapaian yang cukup baik saat menangani timnas, bahwa beberapa klub juga pernah meraih pencapain yang memuaskan di bawah asuhannya. Bukan hal yang mudah tentunya bagi Kolev bisa meraih pencapaian-pencapaian yang cukup mengagumkan selama berkarier di Indonesia.

Mantan pelatih Akademi Levski Sofia itu mengungkapkan bahwa ia tidak pernah memaksakan para pemain, khususnya di Indonesia untuk mengikuti gaya dan cara bermain sepakbola Eropa. Baginya, pemain-pemain Indonesia punya ciri khas permainan yang berbeda. Kolev mengungkapkan bahwa akan sulit bagi pemain Indonesia untuk mengadopsi gaya permainan Eropa.

Dari segi postur, pemain Indonesia agak kuran menunjang. Tapi, para pemain Indonesia diakui Kolev punya teknik dan kecepatan yang harusnya bisa dimanfaatkan untuk mengacaukan permainan lawan.

“Kuncinya, saya tidak mau paksa pemain Indonesia main sepakbola Eropa. Saya hanya mau menggunakan kualitas yang mereka punya sendiri. Saya lihat mereka tidak tinggi, tapi mereka cepat, teknik bagus. Oleh karena itu saya pikir di sini saya manfaatkan kecepatan mereka,” tegasnya.

Kolev melanjutkan bahwa filosofinya dalam melatih adalah tidak memaksakan para pemain untuk mengikuti gaya permainan tertentu. Artinya, dalam melatih Kolev lebih mengedepankan apa yang nyaman bagi para pemain selama di lapangan.

“Filosofi saya, saya tidak mau paksa mereka bermain. Paling penting mereka main sesuai kualitas mereka. Saya, harus menyesuaikan, bukan mereka yang menyesuaikan dengan sepakbola Eropa. Intinya, jadi diri sendiri,” terangnya.

Lebih lanjut Kolev mengungkapkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki banyak pesepakbola berbakat, yang bisa membuat prestasi Indonesia di ajang internasional meningkat. Hanya saja, diakui Kolev bahwa potensi yang dimiliki pesepakbola Indonesia tidak ditunjang dengan fasilitas sepakbola yang cukup baik.

“Menurut saya, pemain Indonesia cukup bagus. Tapi tidak ditunjang dengan fasilitas yang bagus juga. Saya jarang lihat di Indonesia ada lapangan sintetis, padahal menurut saya di Indonesia penggunaan lapangan sintetis sangat cocok, karena cuacanya,” terangnya.

“Saya pikir itu bisa jadi solusi untuk meningkatkan fasilitas sepakbola di sini. Memang harganya cukup mahal, tapi lapangan sintetis bisa dipakai 10 sampai 15 tahun. Jadi saya pikir ini penting untuk pesepakbola muda menguasai taktik dan teknik dasar sepakbola. Saya pikir, kalau fasilitas bagus pemain Indonesia bisa maju,” tegasnya.

Komentar