Perjalanan Panjang Victor Moses Membelah Buruknya Masa Lalu

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 33003

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Perjalanan Panjang Victor Moses Membelah Buruknya Masa Lalu

Chelsea berhasil mengalahkan Leicester City dengan skor telak, 3-0, pada laga yang digelar Sabtu, 15 Oktober 2016, di Stadion Stamford Bridge. Kemenangan Chelsea tersebut membuat kursi kepelatihan Antonio Conte yang sempat diguncang isu pemecatan kembali mereda.

Dalam partai melawan Leicester, Conte menurunkan kembali formasi dasar 3-4-3. Secara permainan, Chelsea sudah tampil cukup mengesankan. Apalagi jika melihat hasil kala melawan Hull City, yang menjadi laga pertama Conte menurunkan formasi dasar 3-4-3, Chelsea belum kebobolan.

Dari kedua laga Chelsea menggunakan 3-4-3 ini, terdapat satu sosok pemain yang menjadi bagian penting dalam skema Conte; Victor Moses. Moses secara berturut-turut dipasang sejak menit pertama. Dan Moses menjawab kepercayaan Conte tersebut dengan penampilan impresif, yang bahkan bisa menjadi jawaban apa yang selama ini Conte cari dalam menyempurnakan skema tiga bek yang hendak ia pakai di Chelsea.

Kepercayaan Conte yang Dibalas dengan Penampilan Impresif Moses

Conte dikenal sebagai pelatih yang mengandalkan skema tiga bek sejak di Juventus. Meski pada awal kariernya ia menggunakan skema empat bek, namun perlahan-lahan ia menemukan sistem yang pas dalam penggunaan skema tiga bek.

Skema ini kemudian menghadirkan tiga scudetto untuk Juventus. Kemudian kala menukangi timnas Italia, mantan pelatih Siena ini mengguncang Piala Eropa 2016 dengan skema tiga beknya, walau gagal berprestasi setelah kalah dari Jerman di babak semifinal.

Hijrah ke Chelsea per musim 2016/2017, Conte pun hendak menggunakan skema tiga bek. Namun skema ini sulit terealisasi karena beberapa pemain incaran gagal didapatkan, khususnya untuk pos pemain bek tengah.

Conte pun pada akhirnya tidak bisa menggunakan skema tiga bek di awal kepemimpinannya bersama Chelsea. Skema empat bek bahkan masih digunakan meski Chelsea telah mendapatkan Marcos Alonso dan David Luiz di tenggat transfer musim panas.

Kehadiran Alonso membuat Chelsea memiliki pilihan pemain untuk wing-back kiri. Kehadiran Alonso juga membuat Cesar Azpilicueta yang biasa diplot sebagai full-back kiri, bisa kembali bermain sebagai full-back kanan bahkan wing-back kanan yang merupakan posisi naturalnya. Hanya saja Conte masih belum berani menerapkan skema tiga bek.

Skema tiga bek baru diperagakan saat Chelsea menghadapi Leicester City di ajang EFL Cup. Itu pun dilakukan ketika Leicester City bermain dengan 10 pemain jelang babak kedua berakhir (skor saat itu masih 2-2). Hasilnya cukup efektif, di mana Chelsea mampu mencetak dua gol tambahan di babak perpanjangan waktu.

Melihat itu, skema tiga bek pun coba dipraktikkan Conte di Liga Primer. Tak tanggung-tanggung, laga melawan Arsenal menjadi ajang percobaan Conte menerapkan skema tiga bek. Saat itu, Chelsea bertransformasi dari 4-1-4-1 menjadi 3-6-1 saat bertahan.

Namun hasilnya gagal total, Chelsea tampil canggung di 20 menit pertama. Bahkan Arsenal berhasil unggul 3-0 pada babak pertama. Conte pun kembali menggunakan 4-1-4-1 saat bertahan.

Saat itu, Willian Borges diplot sebagai pemain yang mengisi sisi kanan Chelsea saat lini pertahanan membentuk skema 3-6-1, sebagai wing-back. Skema dasar baru diubah menjadi 3-4-3 setelah Alonso masuk pada menit ke-55 menggantikan Cesc Fabregas. Azpilicueta diplot sebagai wing-back kanan.

Namun permainan Azpilicueta sebagai wing-back tampaknya kurang mengesankan Conte. Selama 35 menit, tak sekalipun bek asal Spanyol ini mencatatkan tekel berhasil. Selain itu, Chelsea pun gagal mengejar ketertinggalan, bahkan tak sanggup menjebol gawang Arsenal.

Tak maksimalnya Azpilicueta sebagai wing-back-lah yang membuat Conte memutar otaknya ketika ia hendak ingin kembali menerapkan skema 3-4-3 melawan Hull City. Perjudian pun ia lakukan dengan memasang Victor Moses pada posisi tersebut. Padahal sebelumnya, Moses tak pernah bermain sejak menit pertama di Liga Primer musim ini.

Eksperimen Chelsea tak hanya memercayakan pos wing-back kanan pada Moses, tapi juga memasang Azpilicueta sebagai salah satu dari tiga bek tengah Chelsea. Azpili menempati bek tengah menemani Gary Cahill dan David Luiz.

Di laga melawan Hull-lah Moses menunjukkan potensinya. Bermain selama 90 menit, ia mencatatkan dua tekel berhasil dari dua kali percobaan tekel. Tiga sapuan pun melengkapi penampilan pemain timnas Nigeria tersebut. Belum lagi tak sekalipun ia berhasil dilewati oleh pemain Hull.

Tak hanya dalam bertahan, saat menyerang, Moses pun cukup memberikan kontribusi. Tercatat ia empat kali keberhasilan dribble dari enam kali percobaan. Catatan tersebut merupakan terbanyak kedua setelah Hazard yang mencatatkan lima kali tekel berhasil dari lima percobaan.

Apa yang disajikan Moses kala itu membuat Chelsea kokoh saat bertahan dan kuat dalam menyerang. Berkat kemampuannya dalam bertahan, Willian pun cukup leluasa dalam menyerang, tak perlu mengkhawatirkan sisi kanan pertahanan karena adanya Moses yang disiplin naik dan turun menyisir sayap kanan. Willian mencetak gol yang disusul oleh gol Diego Costa; Chelsea memenangi pertandingan dengan skor 2-0.

Kemenangan Chelsea dan penampilan impresif Moses tersebut membuat Moses kembali dipercaya mengisi pos wing-back kanan Chelsea saat menghadapi Leicester. Yang terjadi pun tak jauh berbeda, Moses tampil menonjol, di mana ia turut menyumbang satu gol dalam kemenangan 3-0 Chelsea.

Pada laga tersebut, Moses lagi-lagi tak bisa dilewati satu pun pemain lawan. Dua percobaan tekelnya berbuah dua tekel berhasil. Catatan tersebut melengkapi torehan dua sapuan dan dua intersep yang ia lakukan.

Untuk menyerang, Moses mencatatkan dua dribble berhasil dari empat kali percobaan. Bahkan pemain berusia 25 tahun ini berhasil mencatatkan dua tembakan yang keduanya mengarah sasaran (termasuk satu yang menjadi gol).

Potensi Moses yang Dimaksimalkan Conte

Selidik punya selidik, Moses memang sudah dipersiapkan Conte untuk menjadi bagian dari skuat Chelsea musim ini. Manajer asal Italia tersebut percaya bahwa pemain kelahiran kota Lagos, Nigeria, ini memiliki potensi untuk menjadi pemain yang berguna bagi skemanya dan ia puas karena Moses menjawab tantangan bermain sebagai wing-back dengan baik.

"Ketika saya pertama datang ke Chelsea, saya berbicara pada klub jika saya ingin melihat permainan Moses di pramusim karena saya mengetahui betul dirinya bahwa ia punya potensi besar," ujar Conte usai laga melawan Leicester.

"Ia bermain luar biasa sebagai pemain sayap ketika kami bermain dengan 4-2-4. Ia pemain yang sangat bagus. Sekarang ia bermain sebagai wing-back dan luar biasa ia bisa menaruh perhatian besar ketika bertahan dan bisa mendapatkan peluang satu lawan satu ketika menyerang. Ia belajar dengan luar biasa," tambahnya.

Apa yang dikatakan Conte sebenarnya tidak berlebihan. Sejak usia muda, Moses memang sudah memiliki bakat yang luar biasa. Ia sudah digadang-gadang sebagai pemain besar sejak usia 14 tahun.

Pada 2005, Moses berhasil membawa sekolahnya, Whifgift School, menjuarai FA Youth Cup setelah mengalahkan Grimsby School di babak final dengan skor 5-0. Moses kecil memborong kelima gol tersebut.

Bersambung ke halaman berikutnya....

Komentar