Mou vs Pep adalah Perang!

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Mou vs Pep adalah Perang!

Derby Manchester pertama pada musim 2016/2017 diproyeksi akan lebih panas dari pertemuan sebelum-sebelumnya. Pasalnya saat ini, manajer yang melatih Manchester Merah dan Manchester Biru memiliki hubungan yang tidak harmonis; Jose Mourinho dan Pep Guardiola.

Panasnya hubungan antara Mou dan Pep lebih banyak diketahui karena insiden penolakan halus Barcelona pada Mou (selengkapnya baca artikel "Pep, Natal dan Mourinho"). Padahal, Mou tak mendapatkan pekerjaan impiannya, menjadi pelatih Barcelona, karena Pep dianggap pelatih asal Portugal tersebut telah `mencuri ilmu miliknya`.

Mencuri, di sinilah cerita Pep yang tak banyak diceritakan. Semua pemberitaan teralihkan pada Mou, The Special One yang gemar menabuh genderang perang dengan pelatih lain. Sementara sakit hati Mou lebih dari sekadar kegagalannya menduduki jabatan pelatih Barcelona.

Lewat sebuah cuplikan video atau gambar perayaan Barcelona menjuarai Piala Winners 1997, terlihat Mou dan Pep berjingkrak kegirangan sambil berpelukan. Sementara lewat sebuah foto di mana keduanya duduk di atas rumput, tampak hubungan keduanya begitu dekat, meski sebenarnya tak demikian.

Saat di Barcelona, keduanya memang menjadi sosok penting dalam pemaparan strategi yang diterapkan pelatih Barcelona saat itu, Sir Bobby Robson ataupun Louis van Gaal. Mou mengenal Pep lebih dekat karena Pep, sebagai kapten tim, akan menjadi orang pertama yang diajak berdiskusi mengenai detil strategi yang akan diterapkan Robson atau Van Gaal.

"Mister Robson tak pernah jelas pada pemain. Instruksinya cukup sulit dimengerti, tapi Mourinho dan Pep bekerja sama agar hal tersebut bisa sampai pada pemain lainnya," ujar seorang pemain yang berasal dari era tersebut, yang tak disebutkan namanya, pada Sportsmail.

Lebih spesifik, keduanya dekat hanya sebagai hubungan profesionalisme saat di Barcelona, hubungan kerja. Mou sebagai penerjemah, sementara Pep sebagai pemain Barcelona, kapten Barcelona.

"Saya hanya akan mengingatnya bahwa kami pernah bersama, dia [Mou] dan saya, selama empat tahun. Dia tahu saya, saya tahu dia. Itu sudah cukup buat saya," tutur Pep Guardiola pada konferensi pers usai pertandingan El Clasico 2011 di Santiago Bernabeu.

"Kami sering bertukar ide. Kami berteman, ya sebagai teman bekerja," ujar Pep seperti yang dikutip Dailymail.

Sementara itu tak seperti Pep, Mou mengatakan bahwa hubungannya cukup dekat dengan Pep. Hal ini pernah ia ungkapkan ketika diwawancarai di TV Spanyol, Cadena Ser, ketika ditanyai pendapatnya mengenai foto perayaan Barcelona pada Piala Winners 1997 di mana keduanya berpelukan.

"Ya, saya masih menyimpan foto ketika saya merangkulnya [Pep]. Kami cukup dekat," ujar Mou saat itu.

Sebagai pria yang delapan tahun lebih tua, Mou bisa jadi tak ingin menceritakan segalanya, segala hal yang membuat momen-momen indah bersama Pep tak lagi berarti. Padahal Mou tahu, tujuan dalam kariernya saat itu telah berubah, yang awalnya memimpikan posisi pelatih Barcelona menjadi mengalahkan Pep bersama Barcelona-nya.

Mou meninggalkan Barcelona, sebagai penerjemah pelatih Barcelona saat itu, Sir Bobby Robson yang kemudian dilanjutkan Louis van Gaal, pada 2000 untuk menjadi (asisten) pelatih di Benfica. Pep kemudian memutuskan untuk melanjutkan karier sepakbola sebagai pelatih enam tahun kemudian.

Disebutkan oleh Jason Burt, chief editor harian Telegraph, awal karier kepelatihan Pep justru dimulai dengan mendatangi Mourinho. Di 2006, Mou sudah dikenal sebagai seorang pelatih hebat karena berhasil mengantar FC Porto menjuarai Liga Champions pada 2004 dan tengah menukangi kesebelasan kaya baru, Chelsea.

Mou disebut oleh Jason Burt sebagai orang pertama yang dihubungi oleh Pep Guardiola ketika ia memutuskan untuk menjadi pelatih. Pep dikatakannya mengagumi Mou karena kemampuan Mou menjelaskan taktik dan menganalisis video pertandingan. Mou memang sempat menjadi scout (opponent analysis) Barcelona ketika Van Gaal didapuk sebagai pelatih.

Mou, yang saat itu telah dijuluki The Special One oleh media Inggris, kemudian sering mengundang Pep untuk datang melihat bagaimana caranya melatih di pusat latihan Chelsea, Cobham. Namun ketika hubungan mulai terjalin, Pep mulai menjauhinya.

"Pep diundang Mourinho untuk bertemu di Valencia sebelum pertandingan Liga Champions, tapi Pep menolaknya. Dari situ kewaspadaan akan hubungannya mulai tumbuh," tulis Jason pada esai berjudul The Inside Story on Jose Mourinho and Pep Guardiola.

Tak lama setelah itu, Pep mulai melatih Barcelona B, kurang lebih setahun setelah Mou sering mengundangnya ke tempat latihan Chelsea. Bahkan hanya butuh setahun baginya untuk bisa meyakinkan para petinggi Barcelona bahwa ia adalah pelatih yang tepat untuk skuat senior Barcelona.

Dari situlah awal cerita kebencian Mou pada Pep bermula. Saat itu Mou adalah kandidat kuat pelatih Barcelona yang baru saja berpisah dengan Frank Rijkaard. Impian Mou yang sudah berada di depan mata, dihancurkan oleh Pep dalam waktu singkat. Mou merasa Pep mengambil keuntungan darinya.

Pep kemudian menjelma menjadi sosok yang sempurna bagi Barcelona, yang membuat Mou semakin tenggelam. Ketika Mou tengah memulai perjalanannya di Italia bersama Internazionale Milan, Pep memamerkan kemampuannya dalam menciptakan sebuah kesebelasan dengan permainan terbaik sedunia, yang mana treble winners langsung melambungkan namanya.

Baca juga: Mengenal Barcelona Triangles

Mou yang kala itu meraih trofi Serie A dan menjuarai Supercoppa Italia di awal musim, seolah tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pencapaian Pep. Bahkan di babak grup Liga Champions 2009/2010, musim pertama Mou bertemu dengan Pep sebagai sesama pelatih, ia harus mengakui kekalahan setelah pada pertemuan pertama bermain imbang tanpa gol.

"Kami jauh dari Barca, baik secara kualitas individu maupun sebagai identitas. Sebagai tim, Barcelona lebih baik dari kami," ujar Mourinho seperti yang dikutip Skysport usai pertandingan yang menghasilkan agregat 0-2 untuk Barca.

"Tapi jika saya bisa menghadapi Barca lagi di kemudian hari, saya akan lebih siap. Jika Anda berkata Inter akan menghadapi Barca di semi-final, saya akan menerimanya sekarang juga," tambahnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

Komentar