Hasil Studi TUM: FFP Memelihara Kesenjangan Si Kaya dan Si Miskin

Berita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Hasil Studi TUM: FFP Memelihara Kesenjangan Si Kaya dan Si Miskin

Pada 2012, UEFA mengeluarkan aturan Financial Fair Play dengan tujuan agar klub-klub Eropa menjadi lebih sehat secara finansial dan tidak menghabiskan uang secara membabi buta, khususnya bagi klub-klub Eropa yang memiliki kekuatan secara finansial. Namun, yang terjadi ternyata sebaliknya.

Kesimpulan ini didapatkan dari sebuah studi yang dilakukan oleh ekonom-ekonom dari Technical University of Munchen (TUM) selama 10 tahun ke belakang perihal aktivitas-aktivitas transfer yang dilakukan oleh klub-klub di Inggris, Spanyol, Italia, dan Prancis. Studi ini berjudul “Apakah Financial Fair Play UEFA Memberikan Dampak Bagi Liga Sepakbola Eropa?”.

Hasil studi itu pun cukup membuat dahi mengerut. Hasilnya menunjukkan bahwa peraturan FFP, alih-alih menciptakan keseimbangan finansial di Eropa, malah membuat para investor enggan untuk berinvestasi pada klub-klub kecil. Hal ini membuat jurang antara klub kecil dan klub besar semakin menganga, sekaligus membuat hirarki yang sudah tercipta antara klub besar dan klub kecil semakin kentara.

“Para investor sebenarnya memiliki kesempatan untuk menghancurkan hirarki antara klub besar dan klub kecil dengan memberikan investasi kepada klub kecil sehingga kompetisi menjadi lebih ketat – seperti halnya yang kita lihat dalam dunia ekonomi,” ujar Dr. Daniel Urban, co-author dari studi tersebut seperti dilansir ESPN FC.

“Namun, peraturan dari UEFA tersebut (Financial Fair Play), malah menciptakan sekat yang tinggi bagi para investor untuk berinvestasi pada klub kecil. Para investor tidak melihat keuntungan finansial dengan mengubah klub kecil menjadi klub kuat dengan kekuatan investasi mereka. Inilah yang membuat FFP malah semakin menguatkan hirarki antara klub besar dan klub kecil,” tambahnya.

Manchester City dan Paris-Saint Germain adalah salah dua dari klub-klub yang pernah terkena hukuman akibat melanggar aturan FFP ini. Sebab dari turunnya hukuman ini pun hampir serupa, yaitu karena mereka terlalu menghambur-hamburkan uang, dan tidak mendapatkan pendapatan yang sesuai dengan pengeluaran yang mereka keluarkan dalam bursa transfer.

Selain memberikan kritik terhadap FFP, para ekonom dari TUM itu pun memberikan sebuah saran dalam studi mereka untuk UEFA selaku pembuat kebijakan FFP ini. Ia mengujarkan agar UEFA mampu mendesain FFP agar FFP menjadi alat untuk menarik investor agar mau menanamkan investasinya kepada klub kecil.

“FFP memang tidak mengurangi jarak yang sudah terbentang antara klub besar dan klub kecil. Namun, bukan berarti ia tidak bisa digunakan untuk hal positif. Klub sepakbola dan asosiasi sepakbola dapat mengambil contoh dari dunia bisnis, dengan menggunakan aturan FFP tentunya, bagaimana caranya untuk mengkombinasikan pasar bebas, aturan kompetisi (FFP), dan praktek manajemen yang baik,” ujar Prof. Christoph Kaserer, author dari studi TUM ini.

Komentar