Madura United, Timor Leste dan Naik-Turun Karier Patrich Wanggai

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Madura United, Timor Leste dan Naik-Turun Karier Patrich Wanggai

Sempat merantau ke luar Indonesia untuk melanjutkan karier sepakbola, Patrich Wanggai kembali berkarier di Indonesia. Penyerang yang kini berusia 28 tahun tersebut telah resmi diperkenalkan sebagai penggawa anyar kesebelasan Indonesia Soccer Championship, Madura United, pada Sabtu (27/8).

Sebelumnya, Patrich membela kesebelasan Timor Leste, Karketu Dilli. Kesebelasannya itu pun sebenarnya ingin memperpanjang kontrak Patrich untuk musim yang baru. Hanya saja Patrich lebih memilih untuk kembali berkarier di Indonesia.

"Yang pasti lebih enak main di rumah sendiri meski liga di luar lebih bagus," tutur Patrich ketika kami tanyai langsung lewat telepon. "Emang pengen balik, euforianya [di Indonesia] udah bagus lagi."

Keinginannya untuk kembali berkarier di Indonesia memang tak terbantahkan lagi. Pemain yang pernah membela Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura ini pun tak menjadikan timnas Indonesia yang tengah dipersiapkan untuk Piala AFF 2016 sebagai tujuan utamanya kembali ke Indonesia. Apalagi ia merasa para pemain muda Indonesia saat ini memiliki kemampuan yang menjanjikan.

"Kalau saya sekarang motivasi ke timnas ga terlalu. Bukan gak mau, tapi semua terserah pelatih. Kalau dipanggil, syukur. Kalau tidak, gak apa-apa. Lagipula sekarang banyak pemain muda yang lebih punya kemampuan dan semangat. Saya yang penting konsentrasi buat tim [Madura United]," papar Patrich.

Patrich bergabung ke Madura United berbarengan dengan penyerang asing yang dinaturalisasi, Guy Junior. Bergabungnya kedua pemain ini jelas akan membuat pelatih Madura United, Gomes Olivera, memiliki banyak pilihan pemain berkualitas di lini depan.

Meskipun begitu, menumpuknya pemain berkualitas di posisi di depan juga akan melahirkan persaingan antar pemain. Karena saat ini Madura United memiliki Bayu Gatra, Engelbert Sani, Elthon Maran dan Aracil Pablo. Hanya saja bagi Patrich, hal ini akan ia jadikan sebagai tantangan.

"Sebelum Madura, ada tawaran dari klub Kalimantan sama Jawa Timur. Tapi kalau ke Madura, saya lebih mencari tantangan dengan banyaknya persaingan," ungkap pemain kelahiran Nabire ini.

"Madura United juga di papan atas, beban pasti ada. Tapi saya jadikan motivasi. Selain itu saya juga ada beberapa teman. Saya juga pernah main bareng Bayu Gatra waktu tarkam di Habibie Cup, di Parepare," tambahnya.

Naik-Turun Karier Patrich Wanggai

Karier Patrich Wanggai sendiri memang bak roller coaster. Meski pernah menjalani hukuman larangan bermain, ia pernah menjadi andalan timnas Indonesia U23 pada 2011 bersama Titus Bonai. Ia juga menjadi bagian skuat juara Persipura Jayapura pada 2013.

Di Persipura ia menceritakan sejumlah momen terbaiknya, salah satunya ketika mendapatkan suplai dari Zah Rahan. Menurut pemain kelahiran 27 Juni 1988 ini ia menemukan kenyamanan bermain saat satu tim dengan Eduard Ivakdalam di Persidafon dan Zah Rahan di Persipura.

"Saya paling suka waktu main bareng Kakak Edu [Eduard Ivakdalam] atau Zah Rahan," aku Patrich. "Keduanya punya kelebihan dan kekurangan, tapi keduanya sama-sama bisa atur ritme. Saya juga suka sama gaya main Erick Weeks, stylish. Tapi baru nanti akan satu tim."

Selama berkarier, Patrich menyebutkan saat di Persipura memang menjadi saat di mana ia begitu nyaman bermain. Walau sebenarnya ia bisa dipasang di posisi manapun, tergantung kebutuhan pelatih, tapi di Persipura ia merasa mampu menampilkan kemampuan terbaiknya.

"Saya bisa jadi penyerang atau second striker. Semua tergantung pelatih, juga tergantung komposisi pemain. Apalagi saya sebelumnya pernah main di wing kiri, gelandang bertahan, dan gelandang serang. Tapi saya lebih suka waktu di Persipura, main 4-2-3-1 saya sebagai penyerang tengah," jelas Patrich.

Uniknya, Patrich tidak pernah tergabung dalam Sekolah Sepak Bola (SSB) saat ia kecil. Kemampuan bermain bolanya muncul secara alami. Meskipun begitu, sebenarnya hal ini tak terlalu mengherankan karena ia lahir di keluarga yang sangat menyukai sepakbola, di mana Izaac Wanggai merupakan kakaknya sementara Immanuel Wanggai merupakan sepupu Patrich. Kedua saudaranya itu saat ini bermain untuk Persipura Jayapura.

Sejak kecil Patrich selalu hidup di lingkungan yang menyukai sepakbola. Penyerang muda Persipura Jayapura, Ricky Kayame, juga berasal dari daerah yang sama dengannya. Keduanya sering bermain bersama ketika keduanya pulang kampung untuk mengisi waktu libur.

Meskipun begitu, Patrich memiliki dua sosok yang cukup berjasa bagi karier sepakbolanya. Yang pertama adalah pelatihnya di Manokwari, Syamsudin. Patrich saat itu sempat putus asa dan berpikir untuk mengakhiri karier sepakbolanya ketika ia diskors dua tahun. Namun Syamsudin terus mengajaknya berlatih meski ia tak bisa mengikuti ajang resmi.

"Di Manokwari, ada Pak Syamsudin. Dia yang ngembaliin kepercayaan diri waktu saya drop, waktu diskors dua tahun (saat membela tim PON Papua Barat). Saya sempat gak mau main bola lagi. Tapi Pak Syamsudin terus ajak saya latihan keras Sabtu-Minggu. Waktu itu sama Irvan Mofu, yang sekarang main di Perseru Serui," tukas pemain yang menyebut Fabiano Beltrame sebagai lawan tersulitnya ini.

Yang kedua adalah pelatih asal Inggris, Paul Cummings. Patrich bercerita, ia ditemukan Paul Cummings untuk kemudian membela kesebelasan pertamanya, Persewon Wondama. Dari situ ia mulai mendapatkan panggilan dari tim PON Papua Barat hingga akhirnya hijrah ke Perseman Manokwari.

Tapi untuk gaya kepelatihan, Patrich menunjuk Rahmad Darmawan sebagai salah satu pelatih favoritnya, "Rahmad Darmawan tahu kapan jadi pelatih, kapan jadi teman, kapan jadi orang tua. Selain itu pendekatan dan gaya latihannya juga sangat bisa diterima oleh para pemain."

Sepakbola Timor Leste di Mata Patrich Wanggai

Selain tentang karier dan klub barunya, Patrich juga sedikit bercerita tentang pengalamannya bermain di Timor Leste. Menurutnya, Timor Leste berpotensi mengejar Indonesia secara prestasi sepakbola jika Indonesia tidak segera berbenah.

"Yang pasti kita masih jauh di atas Timor Leste. Liganya masih baru, dari semi-pro ke profesional. Tapi mereka mau belajar. Saya takut mereka bisa lebih di atas kita dua atau tiga tahun ke depan," papar Patrich.

"Stadion yang dipakai liga cuma satu. Tapi mereka ada kemauan untuk terus belajar. Lagi bangun empat stadion baru. Yang satu sudah mulai jadi, tiga lagi baru tahun depan selesai. Yang kemarin dipakai liga juga sedang direnovasi. Intinya mereka cukup serius," tambahnya.

Secara kualitas permainan, Patrich menjelaskan bahwa Indonesia masih jauh di atas Timor Leste. Hanya saja menurutnya, para pemain di sana memiliki potensi dan prospek yang bagus. Tak mengherankan memang karena saat ini Timor Leste mulai mengekspor para pemainnya ke luar negeri, termasuk ke Indonesia.

"Banyak pemain bagus di sana. Pemain muda juga sangat ada potensi. Kurangnya mereka ga punya pelatih lokal yang punya lisensi. Makanya kalau pengurus mereka serius, mereka pasti bakal terus lebih baik lagi."

Patrich memang cukup khawatir dengan sepakbola saat ini yang kurang menunjukkan prestasi. Dengan pengalamannya pernah bermain di luar Indonesia, yakni di Timor Leste dan Malaysia, setidaknya ia bisa membandingkan kualitas sepakbola Indonesia dengan dua tetangga Indonesia tersebut.

"Kalau soal atmosfer penonton kita jauh unggul. Kalau soal kualitas permainan, sepakbola kita masih di atas Malaysia, tapi sedikit. Itu tahun 2014, sekarang saya kurang tahu. Sekarang timnas kita sudah jalan kan enak, jadi kita bisa tahu juga kualitas kita sampai di mana."

Kembalinya Patrich ke Indonesia jelas akan menyemarakkan sepakbola Indonesia. Bergabung dengan Madura United yang merupakan juara paruh musim ISC, ia harus bisa membuktikan diri di tengah persaingan ketat lini depan Madura United. Bermain di Indonesia juga akan membuat namanya masuk radar Alfred Riedl. Karena meski ia tak menargetkan masuk timnas, jika Patrich bermain bagus, bukan tak mungkin namanya akan kembali menghiasi timnas Indonesia.

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar